Rabu. Peringatan Wajib Santa Monika (H)
- Sir. 26:1-4,16-21
- Mzm. 131:1,2,3
- Luk. 7:11-17
Lectio
11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” 14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” 15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” 17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Meditatio-Exegese
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan
Dalam banyak kesempatan para penginjil mengungkapkan bahwa Yesus tergerak oleh belas kasihan. Lukas menggunakan ungkapan εσπλαγχνισθη, esplagchnisthe, misericordia motus (Vulgata). Dalam teks yang diakui Gereja Katolik kata misericordia terbentuk dari dua kata miser, sengsara, kesedihan, kasihan; dan cor, hati, inti terdalam hakikat manusia.
Maka, misericoria bermakna ‘hati yang turut menanggung/merasakan kesengsaraan/kesedihan/duka cita yang dialami sesama’. Ungkapan Latin lain yang semakna adalah compassio, cum-passio, bersama-sama menanggung kesengsaraan. Maka hati Yesus mudah tergerak oleh belas kasih. Ia mudah tersentuh atas duka dan derita.
Yesus tersentuh hati-Nya karena Ia menyaksikan kemalangan si janda yang telah di tinggal mati suaminya; dan sekarang anaknya. Kehilangan keduanya berarti dia kehilangan jaminan kesejahteraan hidup.
Pada Yesus berkarya, kaum laki-laki menjadi penopang hidup ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Bila ia meninggal, anak laki-laki menggantikan peran sang ayah.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar
Lukas melukiskan dengan indah perjumpaan dua rombongan. Yesus beserta rombongan dan hendak masuk kota melambangkan iring-iringan kehidupan; sedangkan yang keluar dari kota Nain dan sedang menuju pekuburan adalah lambang kematian. Kedua rombongan bertemu di bidang tanah lapang. Di situlah Yesus mengungkapkan bela rasaNya pada si janda yang kehilangan satu-satunya penjamin kesejahteraan, anaknya.
Jangan menangis!
Ketika Yesus melihat janda itu, ia berkata, “Jangan menangis!”, Noli flere! HatiNya tergerak oleh belas kasihan. Ia merasa senasib, sepenanggungan dengan si janda. Yesus berbela rasa pada janda yang telah kehilangan penjamin hidup, suaminya; dan, sekarang, kehilangan masa depannya. Karena itulah, Yesus melawan seluruh hukum kenajisan Yahudi.
Ia menghampiri usungan itu, menyentuh pemuda yang mati itu, dan berkata (Luk 7:14), ”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”, Adulescens, tibi dico: Surge!. Yesus menampakkan wajah “Allah yang hidup.” Inilah mukjizat pertama Yesus membangkitkan orang mati.
Aku berkata kepadamu, bangkitlah!
Perjumpaan Yesus ini menyingkapkan fakta bahwa Allah yang diwartakan Yesus adalah Allah orang hidup. Saat Allah mewahyukan diri pada Musa, Ia bersabda, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Kel. 3:6). Allah menghendaki hidup, bukan mati. Allah yang hidup menghendaki hidup, sekalipun itu adalah orang fasik. Pada mereka Ia berseru supaya bertobat, agar memperoleh hidup (bdk. Yeh. 33:11).
Kematian datang ketika manusia menutup pintu bagi Allah. Saat Yudas meninggalkan ruang perjamuan dan menutup pintu, pasti sedih hatilah Yesus. Ia menghendaki Yudas Iskariot hidup. Di ruang itu ada Sang Terang (Yoh. 8:12; 9:5). Tetapi si rasul justru memilih kematian.
Santo Yohanes dengan dramatis menuliskan, “Yudas … segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam” (Yoh. 13:30). Sang Terang tidak mampu bercahaya, karena dipadamkan. Ia lebih senang memilih kegelapan, dosa (bdk. Yoh. 1:5; 3:19). Dan upah dosa adalah maut (Rom. 6:23).
Katekese
Orang mati yang berjumpa dengan Sang Hidup dan Kebangkitan. Santo Cyrilus dariAlexandria, 376-444:
“Orang mati itu akan dikubur, dan banyak orang mengusungnya ke kuburan. Kristus, sang Hidup dan Kebangkitan, berjumpa dengannya di sama. Ia adalah Sang Penghancur kematian dan dosa. Pada-Nyalah kita hidup, bergerak dan ada.
Ia telah memulihkan kodrat manusia kembali ke asal muasalnya dan membenaskan kita dari perbudakan dosa dan dari jerat kematian. Ia berbelas kasih kepada wanita itu, dan menghendaki air matanya berhenti menetes.
Ia memerintahkan kartu yang dapat menghentikan tangis para perempuan itu, ketika Ia bertanya. “Jangan menangis.” Seketika itu, penyebab tangisan perempuan itu lenyap” (diringkas dari Commentary on Luke, Homily 36).
Oratio-Missio
- Tuhan, kehadiranMu menyembuhkan luka-luka dan memulihkan hidup, agar kami sehat budi, raga dan jiwa. Bersabdalah, ya Tuhan, anugerahkanlah harapan, kekuatan dan keberanian untuk mengikutiMu di tengah duka dan suka cita hidup kami. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk memperoleh hidup kekal?
Et ait, “Adulescens, tibi dico: Surge!” – Lucam 7: 14