Lectio Divina 27.10.2024 – Yang Melihat dan Yang Buta

0
31 views

Minggu. Minggu Biasa XXX, Hari Biasa (H)

  • Yer. 31:7-9
  • Mzm. 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
  • Ibr. 5:1-6
  • Mrk. 10:46-52

Lectio Mrk. 10:46-52

46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.

47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” 48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku.”

49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia.” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” 50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.

51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat.”

52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Meditatio-Exegese

Tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho

Sikap iman yang saling bertentangan tersingkap dalam perjalanan Yesus dan para murid-Nya ke Yerusalem (Mrk. 10:32). Para murid-Nya yang melihat mementingkan keinginan mereka masing-masing. Sedangkan yang buta, yang disingkirkan memihak-Nya.

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus melangkah amat cepat sedikit di depan mereka. Ia tampak tergesa.

Ia sadar bahwa para pemuka bangsa – imam kepala, ahli Kitab, kaum Farisi, kaum Saduki, kaum Herodian – bersekongkol melawan-Nya. Mereka menebar ancaman pada-Nya, bahkan hendak membunuh-Nya, bila kesempatan datang.

Persekongkolan antara kaum Farisi dan kaum Herodian untuk membunuh-Nya mulai dibentuk pada awal karya-Nya di Galilea (Mrk 3:6). Permufakatan jahat itu terus berlanjut hingga di Yerusalem saat mereka menjerat-Nya tentang kewajiban membayar  pajak kepada Allah dan kaisar Romawi (Mrk. 12:13-17).

Yesus sadar bahwa kematian-Nya semakin dekat. Ia akan mati karena ketaatan-Nya mengikuti kehendak Bapa-Nya: mewartakan Kerajaan Allah.

Sabda-Nya (Mrk. 1:15), “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”, Impletum est tempus, et appropinquavit regnum Dei; paenitemini et credite evangelio.

Pewartaan-Nya menarik hati banyak orang dan menggoncang pusat kekuasaan politik dan agama Yahudi di Yerusalem dan Galilea. Maka, kematian yang menanti-Nya bukanlah karena tulah (bdk. Ul 21:23).

Nabi Yesaya telah menubuatkan kematian-Nya (Yes. 50:4-6; 53:1-10). Tiga kali Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang cara Dia akan mati di Yerusalem (Mrk. 8:31; 9:31; 10:33). Para murid diminta untuk mengikuti Sang Guru, bahkan menderita dan mati bersama-Nya (Mrk. 8:34-35).

Tetapi mereka menghardik-Nya dan mengikuti-Nya dengan tawar hati (Mrk 9:32). Terlebih mereka tidak memahami apa yang sedang terjadi pada Sang Guru.

Para rasul, saat itu, tidak pernah memahami kehadiran Yesus sebagai Mesias dalam terang nubuat Nabi Yesaya. Maka, mereka tidak hanya gagal paham, tetapi juga terus mempertahankan keinginan pribadi.

Yakobus dan Yohanes meminta kedudukan penting di sisi kiri dan kanan-Nya saat Ia dimuliakan dalam Kerajaan Allah (Mrk 10:35-37). Mereka menghendaki kedudukan melampaui Petrus.

Mereka tidak mau mengerti dan memahami rencana Yesus. Mereka hanya mementingkan minat dan keinginan pribadi masing-masing. Sikap batin ini ditemukan juga dalam Gereja sekarang dan di sini.

Yesus menanggapi dengan sabda yang sangat pendek (Mrk. 10:38), “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.”, Nescitis quid petatis.

Yesus kemudian bertanya kepada mereka apakah sanggup meminum piala yang akan Ia minum dan menerima pembaptisan yang akan Ia terima. Piala yang akan Ia minum adalah sengsara yang akan ditanggung-Nya. Baptisan yang akan diterima-Nya adalah baptisan darah. 

Yesus menghendaki para murid-Nya seharusnya mengesampingkan pilihan untuk menempati tempat terhormat. Mereka hendaknya memilih menyerahkan seluruh hidup mereka, termasuk nyawanya sendiri.

Mereka menjawab, “Kami dapat.” (Mrk. 10:39). Jawaban ini pasti tidak keluar dari lubuk hati, karena beberapa hari kemudian mereka meninggalkan Yesus dan membiarkan-Nya sendirian dalam saat-saat penuh sengsara dan derita (Mrk 14:50).

Mata mereka melihat. Tetapi, hati mereka tertutup. Maka, mereka tidak mengenal Yesus sama sekali.  

Dalam pengajaran-Nya, Yesus menyingkapkan cara baru dalam menjalankan kuasa (bdk. Mrk 9:33-35). Pada saat itu, mereka yang memegang tampuk kekuasaan tidak pernah memperhatikan hidup rakyat.

Mereka menjalankan kuasa sesuai dengan kehendak sendiri, seperti dalam kisah pembunuhan atas Yohanes Pembaptis (Mrk 6:17-29). Kekaisaran Romawi pasti memerintah dengan tangan besi dan selalu menerapkan kuasa tombak dan pedang, intrik dan kasak-kusuk, pajak, cukai dan bea.

Semua dilakukan agar seluruh sumber daya dan kekayaan terkumpul dalam genggaman segelintir orang di Roma. Penindasan dan penyalahgunaan kuasa menjadi hal biasa.

Namun, Yesus menolak mengikuti arus utama cara pikir, cara merasa dan cara tindak yang umum dilakukan. Sabda-Nya  (Mrk 10:43), “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”, Non ita est autem in vobis, sed quicumque voluerit fieri maior inter vos, erit vester minister.

Ia meminta para murid untuk menghindari segala bentuk pengistimewaan dan persaingan. Ia membongkar tangan besi menjadi tangan yang membasuh kaki (Yoh 13:1-20). Dan, akhirnya, Ia menyerahkan hidup-Nya sendiri sebagai kesaksian atas apa yang disabdakan-Nya.

“Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku

Penyembuhan orang buta tanpa nama(Mrk. 8:22-26) dan Bartimeus (Mrk. 10: 46-52) menandakan kontras antara yang buta dengan para rasul. Yang buta mampu melihat siapa Yesus. Tetapi yang  melihat buta akan kehadiran-Nya.

Di tepi jalan raya Yerikho, Bartimeus tahu siapa yang datang. Ia memanggil Yesus dengan gelar “Anak Daud”. Gelar ini hanya digunakan di Injil Markus. Maka cukup sulit untuk memahami makna gelar itu.

Namum, dalam Mrk. 12:35-37, disingkapkan bahwa Yesus memiliki relasi sangat dekat dengan Daud dan jejak keturunan-Nya. Melalui gelar ini sekaligus disingkapkan bahwa Ia jauh mengatasi keluhuran martabat raja atas anak Isai itu.

Tetapi, secara khusus, bagi Bartimeus, gelar “Anak Daud” bermakna bahwa Yesus adalah orang yang diutus Allah dan menandakan martabat rajawi-Nya. Identitas ini berperan besar ketika Yerus masuk Yerusalem (Mrk. 11:1-10), diadili oleh penguasa dunia (Mrk. 15:1-15), dan wafat di salib sebagai seorang raja(Mrk. 15:16-32).

Maka, walaupun buta dengan makna negatif (Mrk. 4:12; 8:18), Bartimeus mampu melihat identitas rajawi Yesus. Dan jauh lebih dalam, si buta ini mampu melihat hati Yesus yang berbelas kasih dan mau menyembuhkannya.

Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau

Dihalang-halangi orang banyak, Bartimeus tidak gentar. Ia tak bisa dihentikan, bahkan berteriak lebih keras. Mendengar suara panggilan itu, Yesus meminta bantuan agar si buta itu dihadapkan pada-Nya.

Saat diminta datang pada Yesus, mereka berkata (Mrk. 10:49), “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.”, Animaequior esto. Surge, vocat te.

Kabar Sukacita tentang Kerajaan Allah, Yesus,  seperti ragi, yang bekerja dalam diam, dari dalam adonan kue, dan mengubah segala. Kabar itu juga seperti bara yang ditiup-Nya, sehingga api itu membesar dan membawa suka cita.

Hal yang sama terjadi pada iman akan Yesus Kristus. Ketika ketakukatan mencengkeram seseorang, iman pasti hilang dan harapan juga padam.

Yesus mengecam para murid, ketika mereka ketakutan dan kehilangan iman (Mrk. 4:40). Yesus juga tidak bisa membuat mukjizat di Nazaret, karena mereka tidak percaya pada-Nya (Mrk 6:6). Mereka tidak percaya, karena Yesus tidak cocok dengan angan-angan mereka tentang Mesias (bdk. Mrk 6:2-3).

Ketidakpercayaan menghalangi para murid mengusir setan yang membisukan seorang anak kecil (Mrk. 9:17). Maka, Yesus mengecam mereka (Mrk 9:19), “Hai kamu angkatan yang tidak percaya.”, O generatio incredula.

Maka, Ia mengingatkan mereka akan cara untuk menyalakan kembali iman mereka (Mrk. 9:29), “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”, Hoc genus in nullo potest exire nisi in oratione.

Yesus mendorong tiap orang untuk percaya kepada-Nya. Dengan cara ini tercipta pula kepercayaan pada orang lain (Mrk. 5:34,36; 7:25-29; 9:23-29; 10:52; 12:34,41-44). Injil Markus menyingkapkan bahwa iman kepada Yesus dan sabda-Nya seperti  daya yang mengubah hidup manusia.

Iman memungkinkan orang memperoleh pengampunan dosa (Mrk. 2:5), mengatasi penderitaan (Mrk. 4:40), memiliki daya untuk menyembuhkan dan mentahirkan (Mrk. 5:34). Iman juga mengalahkan kematian, seperti terjadi pada anak perempuan Jairus, yang menaruh kepercayaan pada diri-Nya dan sabda-Nya (Mrk. 5:36).

Imanmu telah menyelamatkan engkau

Saat dipanggil Yesus, Bartimeus meninggalkan segala yang dia punya, baju luar yang melindunginya dari panas dan dinginnya malam (bdk. Kel. 22:25-27).  Satu-satunya harta milik dilepaskannya.

Sabda Yesus pada si pengemis itu, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu, ”Rabuni, supaya aku dapat melihat.” (Mrk 10:51).

Aneh, ketika berhadapan dengan Yesus, Bartimeus tidak menggucapkan gelar Anak Daud. Ia menjumpai Yesus apa adanya, tanpa topeng, telanjang, seperti pada waktu diciptakan (Kej. 1:26; 2: 25; Ayb. 1:21). Iman membuatnya tidak malu berhadapan dengan Yesus.

Maka iman itu membuat si pengemis buta itu bersuka cita, karena Ia bersabda (Mrk. 10:52), “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”, Fides tua te salvum fecit.

Iman itu membuat siapa pun bisa berkata, “Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!”, maka gunung itu akan tercampakkan ke laut, asal tidak ada keraguan di hatinya (Mrk. 11:23-24). Sabda-Nya (Mrk. 9:23), “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.”, Omnia possibilia credenti.

Percayalah pada Allah

Yesus bersabda (Mrk. 11:22), “Percayalah pada Allah.”, Habete fidem Dei. Melalui sabda dan karya-Nya, Yesus membangkitkan daya yang tersembunyi dan tak disadari manusia.

Iman inilah yang membangkitkan anak Yairus (Mrk 5:36); menyembuhkan perempuan tua yang bertahun-tahun menderita sakit pendarahan (Mrk 5:34).

Iman seorang ayah memulihkan kesehatan anaknya yang menderita penyakit ayan, epilepsi (Mrk. 9:23-24); membuat Bartimeus melihat kembali (Mrk 10:52); dan kesaksian lainnya.

Iman pada Yesus memungkinkan setiap orang yang percaya menumbuh kembangkan hidup baru dalam diri pribadi itu dan orang-orang di sekelilingnya. Penyembuhan Bartimeus (Mrk. 10:46-52) membuktikan salah satu aspek pendidikan iman Yesus kepada para murid.

Bartimeus memanggil Yesus Anak Daud (Mrk. 10:47), gelar yang tidak disukai-Nya (Mrk. 12:35-37). Namun, Bartimeus percaya pada-Nya dan disembuhkan, walau memanggil-Nya dengan gelar yang tidak tepat.

Tidak demikian yang terjadi pada diri Petrus dan para rasul lainnya. Mereka tidak percaya pada-Nya, karena meyakini Mesias sesuai dengan apa yang mereka pikirkan, bukan yang dihayati Yesus. Bartimeus mengubah seluruh pemahamannya dan bertobat. Ia meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus sepanjang perjalanan ke Kalvari (Mrk. 10:52).

Iman mengubah hidup. Setiap orang yang percaya pada-Nya harus mau kehilangan nyawanya (Mrk. 8:35), menjadi ‘yang terakhir’ (Mrk. 9:35), ‘meminum cawan dan memanggul salib’ (Mrk. 10:38). Dan akhirnya, mengikuti Yesus di sepanjang  jalan ke Kalvari (Mrk. 10:52), supaya kelak diikutkan dalam kebangkitan-Nya.

Katekese

Kita membutuhkan Yesus. Santo Yohanes Chrysostomus, 344-407:

“Bartimeus, pengemis yang malang itu, tidak mau mendengarkan larangan orang banyak. Ia berteriak lebih keras, “Anak Daud, kasihanilah aku.”

Tuhan kita, yang sejak awal telah mendengarkannya, membiarkannya berjuang dalam doa permohonannya. Ia akan melakukan hal yang sama pada kalian. Yesus mendengarkan seruan kita dari awal mula, dan Ia menunggu.

Ia meminta kita untuk terus percaya bahwa kita membutuhkan-Nya. Ia meminta kita untuk terus memohon pada-Nya, bertekun mencari-Nya, seperti si buta itu menanti kedatangan-Nya di tepi jalan dari Yerikho.

“Mari kita meneladan Bartimeus. Bahkan jika Allah tidak segera mengabulkan apa yang kita minta, bahkan jika banyak orang mencoba menghentikan doa permohonan kita, teruslah kita berdoa.” (Homily on St. Matthew, 66).

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk percaya pada-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk percaya kepada Allah Tritunggal yang mahakudus?

Et Iesus ait illi, “Vade; fides tua te salvum fecit.” Et confestim vidit et sequebatur eum in via – (Marcum 10:52)   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here