Kamis (M)
- Kis. 22:30; 23:6-11
- Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11
- Yoh. 17:20-26
Lectio
20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. 24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
Meditatio-Exegese
Aku berdoa
Yesus memberi teladan bahwa kita memikul tanggung jawab untuk berdoa bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga sesama. Yesus menghayati doa, berkat dan syukur pada Bapa-Nya di sorga. Ia berdoa bagi para murid-Nya, khususnya ketika mereka sangat membutuhkan atau dalam bahaya.
Santo Markus mengisahkan dalam Injilnya (Mrk. 6:46-51) saat Yesus berdoa sendirian di gunung, para murid sudah di tengah danau. Perahu mereka yang berjalan tenang, tiba-tiba ditimbus ombak dan taufan; perahu terombang-ambing, hampir tenggelam. Berjalan di atas air, Ia meneduhkan angin dan gelombang!
Santo Lukas mencatat sabda Yesus pada Petrus sebelum Ia ditangkap, “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (Luk. 22:32).
Dalam tiap doa Yesus mengungkap perasaan pribadi terdalam, langsung pada BapaNya, menghendaki damai sejahtera bagi orang lain, khususnya, supaya mereka menemukan damai dan hidup bersatu dengan Allah dan sesama manusia. Dan doa yang sama didaraskan Yesus untuk orang-orang yang percaya kepadaNya karena pemberitaan dan kesaksian murid-murid-Nya.
Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau
Yesus memperluas cakrawala pandangan dan doaNya pada Bapa. Sabda-Nya (Yoh. 17:20-21), ”Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Pusat perhatian Yesus adalah persatuan yang seharusnya tumbuh dan berkembang dalam komunitas iman yang didirikan-Nya. Persatuan bukan sekedar bermakna keseragaman, tetapi, terlebih, selalu tinggal di dalam kasih, walau tekanan dan konflik melanda. Kasih selalu memiliki daya untuk mencipta dan menjadikan segalanya baik dan sungguh amat baik (Kej 1:10.31).
Kasih selalu bersumber dari relasi Allah Tritunggal Mahakudus; dan, manusia diharapkan mampu meneladan dan menjadikanNya model relasi dengan sesama. Sumber persatuan Gereja mengalir dari persatuan Allah Tritunggal Mahakudus, yang saling mengasihi.
Jemaat Gereja Perdana dikenal sebagai jemaat yang hidup saling dalam persekutan yang satu dan saling mengasihi, “Lihat, mereka saling mengasihi satu sama lain”.
Doa Yesus diakhiri dengan permohonan akan persatuan di antara seluruh manusia yang percaya kepada-Nya. Yesus berdoa bagi seluruh laki-laki dan perempuan yang kelak akan mengikutiNya sebagai murid-murid-Nya (Yoh 17:20).
Dengan cara khusus Yesus berdoa bagi masing-masing orang, agar sebagai anggota tubuh Gereja, kita, anda dan saya, akan menjadi satu, seperti Yesus dan Bapa adalah satu.
Persatuan Yesus, Anak Allah yang tunggal, dengan Bapa menuntut tiap murid-Nya untuk tanpa henti saling mengasihi, menghormati, melayani, melengkapi dan hidup sebagai saudara-saudari dengan semua yang menjadi milik Kristus. Namun dalam perkembangan sejarah, umat yang didirikan Yesus ditantang untuk kembali bersatu menjadi satu kawanan dan satu gembala.
Sabda-Nya, (Yoh 10:16), ”Mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”, et vocem meam audient et fient unus grex, unus pastor.
Para Bapa Konsili Vatikan II dalam Dekrit Tentang Ekumenisme, mendesak setiap murid Kristus, khususnya anggota Gereja Katolik untuk berdoa bagi persatuan umat Kristen, “Sebab bagi umat katolik merupakan kebiasaan baik sekali : sering berkumpul untuk mendoakan kesatuan Gereja, seperti oleh Sang Penyelamat sendiri pada malam menjelang wafat-Nya telah dimohon secara mendesak dari Bapa : “Supaya bersatulah mereka semua” (Yoh. 17:21).
Dalam berbagai situasi yang istimewa, misalnya bila dipanjatkan doa permohonan “untuk kesatuan”, begitu pula dalam pertemuan-pertemuan ekumenis, umat katolik diperkenankan, bahkan dianjurkan, untuk bergabung dalam doa bersama dengan saudara-saudari yang terpisah.
Pastilah doa-doa bersama seperti itu merupakan upaya yang sangat efektif untuk memperoleh rahmat kesatuan, serta merta menjadi lambang otentik ikatan-ikatan, yang masih ada antara umat katolik dan saudara-saudari terpisah : “Sebab dimana pun ada dua atau tiga yang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku berada di tengah mereka” (Mat. 18:20)” (dikutip dari Unitatis Redintegratio, 8).
Supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka
Yesus tidak pernah menghendaki para muridNya tinggal dalam kesepian. Ia bersabda (Yoh. 17:24), “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”, Pater, quod dedisti mihi, volo, ut ubi ego sum, et illi sint mecum, ut videant claritatem meam, quam dedisti mihi, quia dilexisti me ante constitutionem mundi.
Yesus pasti merasa bahagia, bila kita bersama dengan-Nya.
Ia juga menghendaki agar para murid mengalami kasih Bapa seperti yang Ia alami. Ia menginginkan para murid mengenal BapaNya seperti Ia mengenal-Nya. Pengenalan itu menuntun setiap orang untuk mengenal kasih yang membuncah dari Allah Tritunggal Mahakudus.
Pengenalan akan Allah dipupuk dalam doa dan diwujudnyatakan melalui hidup dalam persaudaraan dengan sesama tanpa batas, tertutama bersama mereka yang mengimani Kristus.
Namun persaudaraan itu harus dimulai dari diri sendiri, seperti nasihat Santo Paulus, “Kunasehatkan kepada kalian”, demikianlah Rasul para bangsa berpesan, “aku yang dipenjarakan dalam Tuhan, supaya menempuh cara hidup yang pantas meurut panggilan kalian.
Hendaklah selalu bersikap rendah hati dan lemah-lembut. Hendaklah kalian dengan sabar saling membantu dalam cinta kasih., dan sungguh berusaha memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai.” (Ef. 4:1-3)”
Tentang doa, Santo Yohanes Paulus II mengajarkan, “Doa, terlebih lagi, mengingatkan kita bahwa kesatuan merupakan anugerah Allah yang harus kita mohon dan kita persiapkan agar kita diberi anugerah itu” (dikutip dari General Audience, 17 Januari 1979).
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa
Yesus tidak hanya mendoakan kedua belas muridnya. Tetapi, pada malam perjamuan terakhir sebelum wafat di salib, Ia sebagai Imam Agung juga mendoakan kita masing-masing (Yoh. 17:20). Dan hari ini Yesus tetap berperan sebgai Pengantara kita yang terus memohon dan Bapa yang bertahta di sorga.
Santo Paulus menulis, “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Rm. 8:34; bdk. Ibr. 7: 25).
Katekese
Doa untuk persatuan semua yang percaya pada-Nya. Santo Cyprianus dari Carthago, Uskup, martir pertama dari Africa, 200-258 :
“Kebaikan kasih Tuhan, belas kasih-Nya, pasti dicurahkan bagi manusia secara melimpah ruah demi keselamatan kita. Ia pun tidak puas hanya menebus kita dengan darah-Nya, tetapi Dia juga berdoa untuk kita. Lihat, betapa agung doa permohonan-Nya. Ia juga menyingkapkan Bapa dan Putera adalah satu, sehingga kita juga harus tinggal dalam satu ikatan.
Pemahaman ini membuktikan bahwa seseorang benar-benar berdosa berat, bila ia memecah belah bersatuan dan meretakkan damai sejahtera. Karena Tuhan sendiri memohon hal itu. Tanpa diragukan Ia sendiri menghendaki umat-Nya diselamatkan dalam ikatan persatuan dan hidup dalam damai sejahtera. Karena Ia sendiri tahu bahwa perpecahan tidak mungkin membawa masuk ke dalam Kerajaan Allah (dikutip dari The Lord’s Prayer, 30.1)
Oratio-Missio
- Bapa, ampunilah kami, umatMu, yang telah Engkau tebus melalui darah PuteraMu di kayu salib. Ampunilah dosa kami dan sembuhkanlah kami dari luka-luka perpecahan yang kami timbulkan sendiri. Kuatkanlah niat kami untuk kembali menjalin dan memulihkan kasih yang terkoyak, persatuan yang terobek, dan kesucian yang ternoda, agar kami layak hidup sebagai putera dan puteri-Mu. Semoga semua orang yang mengakui Putera-Mu sebagai Tuhan dan Kristus mau bersatu hati dalam GerejaMu, yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Amin.
- Apa yang perlu kita lakukan agar seluruh pengikutnya menjadi satu kawanan dan satu gembala?
ut cognoscat mundus, quia tu me misisti et dilexisti eos, sicut me dilexisti – Ioannem 17:23