Selasa. Hari Biasa, Pekan Biasa XIII. Peringatan Wajib Santo Ireneus, Uskup dan Martir (M)
- Am. 3:1-8; 4:11-12.
- Mzm. 5:5-6.7.8.
- Mat. 8:23-27.
Lectio
23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”
26 Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Meditatio-Exegese
Tuhan, tolonglah, kita binasa
Jemaat yan dibina Santo Matius hidup dalam situasi sangat sulit. Mereka mengalami persekusi, yang dilakukan Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi, dan Kekaisaran Romawi pada tahun 70-an. Situasi sulit itu dilukiskan seperti perahu yang sedang ditimbus angin sakal dan harapan untuk mencapai tujuan memudar.
Dalam situasi yang demikian berbahaya, Santo Matius menyingkapkan identitas Yesus, yang mampu menaklukkan kuasa alam (Mat. 8:23-27); yang mampu mengalahkan dan mengatasi kuasa setan (Mat. 9: 28-34); dan yang mampu mengampuni dosa (Mat. 9:1-8).
Pesannya sangat kuat dalam membina jemaat: dalam situasi sulit sekali pun, jemaat tidak boleh kehilangan harapan dan tidak ada setitik alasan untuk takut.
Dibandingkan dengan perikop paralel pada Santo Markus, Santo Matius menulis secara lebih singkat. Ia hanya menggambarkan bahwa Yesus naik ke perahu dan para murid mengikuti-Nya (Mat. 8:23).
Setelah berlayar beberapa saat Danau Galilea yang dikelilingi perbukitan tiba-tiba diterpa badai ganas. Badai menggoncang perahu. Air masuk ke dalam perahu kayu yang dikemudikan para nelayan berpengalaman. Tetapi, di hadapan ganasnya alam, Petrus, Andreas, Yohanes dan Yakobus (Mat. 4:18-22) kehilangan seluruh keahlian mereka.
Keempat orang itu gagal mengendalikan perahu untuk menerjang badai. Kalau mereka mengira akan tenggelam, berarti situasi yang dihadapi sangat sulit dan berbahaya. Sebaliknya, Yesus sangat tenang, tidak mengalami kekhawatiran, bahkan Ia terus tidur (Mat. 8:24-25).
Maka mereka berseru kepada Yesus untuk minta diselamatkan, karena akan binasa (Mat. 8:25), “Tuhan, selamatkan kami, kita binasa.”, Domine, salva nos, perimus.
Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?
Yesus bangun dari tidur, bukan karena Ia takut akan bahaya tenggelam, tetapi karena dibangunkan para murid yang ketakutan. Lalu, Ia berseru kepada mereka, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu Ia menghardik angin dan danau; alam pun taat padaNya dan menjadi teduh (Mat. 8:26).
Tindakan Yesus meredakan badai dan gelombang mengingatkan akan episode ketika umat Israel tanpa takut menyeberangi Laut Teberau yang terbelah airnya bagai tembok (Kel. 14:22). Ia menciptakan kembali kisah bersejarah itu sekarang.
Ia juga mengingatkan akan sabda Allah melalui Nabi Yesaya, “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau.” (Yes. 43:2). Yesus memenuhi nubuat yang dikidungkan pemazmur :
“Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas; mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam. Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya.
Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka; mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal.
Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.” (Mzm. 107:23-30).
Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?
Para murid seperti kehilangan akal ketika menyaksikan kuasa Yesus yang mampu mengatasi badai. Mereka bertanya-tanya tentang siapakan Dia sebenarnya. Yesus sepertinya menjadi orang asing bagi mereka. Ia nampak amat jauh.
Mereka hanya berani berkata (Mat. 8: 27), “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”, Qualis est hic, quia et venti et mare oboediunt ei?
Ia selalu mengundang, “Ayo, dekatlah pada-Ku dan Aku menjadi sahabatmu.”
Katekese
Latihan keberanian dan daya tahan. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Yesus mengjak para murid menyertai-Nya. Ia mengajak mereka bukan tanpa tujuan dan tidak sekedar untuk menghadapi bahaya yang tak masuk akal sehat. Tetapi Ia menjadikan mereka saksi atas mukjizat yang terjadi di laut. Karena, seperti pelatih yang hebat, secara bertahap Ia melatih dan mendidik para murid memiliki daya tahan yang kuat.
Ada dua tujuan yang ada di benak-Nya. Ia ingin mengajar mereka untuk tetap tidak tergoyahkan dalam bahaya dan sederhana saat dimuliakan. Maka, untuk menjaga diri mereka sendiri dari pemusatan pada kepentingan diri sendiri, setelah mengutus mereka menjumpai banyak orang, Ia tetap meminta mereka dekat pada-Nya dan membiarkan diombang-ambingkan dalam badai. Dengan cara inilah Ia mendidik mereka untuk menanggung setiap pencobaan dengan keteguhan hati.
Mukjizat-mukjizat yang telah dibuatNya tentu saja sangat bermakna, tetapi mukjizat ini memuat pelajaran unik dan sangat penting. Karena mukjizat ini merupakan tanda yang serupa dengan yang terjadi di masa lalu [karena mengacu pada saat Musa membelah Laut Teberau].
Dengan membuat mukjizat ini, Yesus mendekatkan para murid dengan diri-Nya. Ia memungkinkan orang lain untuk menyaksikan mukjizat yang lain, namun ketika pencobaan dan ancaman menerjang, Ia tak akan mendekatkan siapa pun kecuali mereka yang telah dilatihNya untuk menjadi pemenang Injil.” (The Gospel Of Matthew, Homily 28.1.2)
Meditatio-Missio
Tuan, tambahkanlah imanku dengan kuasa dan kasih-Mu. Semoga aku selalu tinggal dalam hadirat-Mu. Dan kuatkanlah aku untuk menghadapi setiap kesulitan, pencobaan dan tantangan. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan menghilangkan kekhawatiran, ketakutan dan ketidak-percayaan padaNya?
Qualis est hic, quia et venti et mare oboediunt ei? – Matthaeum 8: 27