Lectio Divina 28.12.2021 – Kupanggil Anak-Ku dari Mesir

0
317 views
Pergilah ke Mesir, tinggallah di sana sampai Aku memanggilmu pulang, by Vatican News.

Selasa. Hari Ke 4 Oktaf Natal. Pesta Kanak-Kanak Suci (M)            

  • 1Yoh. 1:5-2:2
  • Mzm. 124:2-3.4-5.7b-8
  • Mat. 2:13-18

Lectio

13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.”

14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, 15  dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”

16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.

17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: 18  “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”

Meditatio-Exegese

Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi

“Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” (Mat. 2:13). Perintah malaikat yang sangat jelas didengar Yusuf. Anak itu dicari Herodes Agung untuk dibunuh.

Kisah kanak-kanak Yesus menjadi pralambang kisah sengsara dan kebangkitan-Nya. Pengejaran pada Bayi Yesus dan mimpi Yusuf untuk menyelamatkan hidup-Nya dan mimpi orang majus mempralambangkan mimpi isteri Pontius Pilatus dengan pesan supaya ia tidak mencampuri perkara Yesus (Mat 27:19).

Mimpi itu memang tidak menghindarkan Yesus, yang telah dewasa, dari pengadilan palsu, penyiksaan dan hukuman mati. Bahkan kematian-Nya yang menyebabkan banyak orang dibangkit dari kematian (Mat 27:51-53) menjadi pralambang kebangkitan badan di masa depan.

Santo Matius beberapa menggunakan kata παραλαβε, paralabe, dari kata dasar paralambano, menerima dan menjadikan dekat, yakni menjadikan seperti anggota keluarga/sahabat dekat, mengambil. Kata ini digunakan pada saat Santo Yusup melindungi Sang Bayi dan ibu-Nya (Mat. 1:20.24; 2:20).

Lawan kata dari kata ini adalah παραδιδωμι, paradidomi, menyerahkan (menangkap, mengkhianati). Kata ini secara khusus digukanan dalam kisah sengsara-Nya (Mat. 26:2. 15. 16. 21. 23. 24. 25. 45. 46. 48. 50; Mat. 27:2. 3. 4. 18. 26).

Kisah pengejaran dan ancaman akan kematian serta pelarian Keluarga Kudus selalu menjadi sumber penghiburan dan harapan bagi para murid-Nya. Para murid Yesus juga akan mengalami kisah yang sama karena mengimani-Nya (Mat. 5:10-12; 10:24-25; 24:16).

Kisah ini juga menyingkapkan kesamaan antara Yesus dan Musa. Keduanya selamat dari ancaman kematian oleh penguasa bengis di saat masih bayi.

Saat menyelamatkan Bayi Yesus dan ibu-Nya, Yusuf mengambil tindakan sebagai seorang sahabat Allah. Tanpa penundaan ia menaati kehendak-Nya, ”Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir.” (Mat. 2:14).

Mesir

Mesir sering disebut sebagai tempat pengungsian (bdk. Kej. 10:13; 1Raj. 11:40; Yer. 26:21). Namun di tempat itu, Abraham merasa khawatir bahwa istrinya, Sara, akan mendapatkan perlakuan tidak senonoh.

Kemudian, para bapa bangsa generasi kedua, yang hidup sebagai gembala, mengalami perilaku kurang mengenakkan karena kebencian orang Mesir.

Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir harus dipahami dalam kisah Injil saja. Yesus justru dihormati bangsa-bangsa bukan Yahudi, bukan oleh penguasa dan pemerintah bangsa-Nya sendiri. Ia aman di tangan dan tanah bangsa asing, tetapi diancam kematian di tanah air-Nya sendiri.

Maka, kisah pengungsian ke Mesir merupakan nubuat tentang orang-orang yang datang dan duduk dalam meja perjamuan Tuhan, “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.” (Mat. 8:11).

Penolakan atas Bayi Yesus harus dipahami pula sebagai nubuat akan penolakan saudara-saudari sebangsa-Nya, saat Ia berkhotbah tentang Niniwe, “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga.

Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus.

Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo.” (Mat. 12:41-42).

Dan pengungsian ke Mesir menjadi pralambang akan tugas perutusan Gereja untuk mewartakan Kabar Suka Cita bagi segala bangsa (Mat. 28:19).

Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku

Santo Matius mengutip nubuat Nabi Hosea (Hos. 11:1). Dalam nubuat ini, Nabi mengacu pada kisah keluaran dari Mesir. Walau Allah sungguh mengasihi dan merawat umat-Nya dengan penuh belas kasih, umat-Nya justru tidak setia pada-Nya  (Hos. 11:2-4).

Ketidak-setiaan seolah tidak bisa dihentikan dan mereka menolak bertobat. Maka, mereka menanggung pembuangan ke Mesir dan Asyur (Hos. 11:5-7).

Namun kasih Allah selalu berkobar-kobar, tak bisa dikalahkan oleh ketidak-setiaan umat-Nya. Ia terus memanggil mereka pulang ke haribaan-Nya. Ia memanggil mereka pulang dari Mesir dan Asyur dan merawat mereka (Hos. 11:10-11).

Yesus kembali dari pengungsian di Mesir, dan dipandang sebagai orang Israel sejati, yang setia pada Allah (bdk. Mat 3:15; Mat 4:1-11).

Terlebih, sang nabi menyingkapkan (Hos. 11:9) Allah adalah ”Yang Kudus di tengah-tengahmu”, in medio tui Sanctus. Gelar ini setara dengan gelar Yesus (Mat. 1:23), ”Allah menyertai kita”, ”Emmanuel”, Nobiscum Deus.

Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah

Orang majus yang diminta menyelidiki kebenaran tentang kelahiran Raja Israel ternyata tidak kembali kepada Herodes Agung. Tahu bahwa ia diperdaya, amarah Herodes menggelegak.

Ia murka dan mengamuk. Luapan amarahnya sama dengan bahaya yang ditimbulkan oleh dua orang yang kerasukan setan di pekuburan Gadara (Mat. 8:28).

Herodes kehilangan keagungannya ketika, dalam luapan amarah, memerintahkan pembunuhan atas kanak-kanak yang berumur paling tua dua tahun. Ia merasa terancam, seolah-olah tahtanya akan direbut oleh Raja alam semesta.

Ia masih menduduki tahta, tetapi tidak merajai hati manusia. Maka, amarah Herodes berbanding terbalik dengan suka cita yang dialami para majus ketika melihat bintang yang akan menuntun mereka berjumpa dengan Sang Raja (Mat. 2:10).

Amarah mengakibatkan penderitaan. Kanak-kanak menjadi korban pertama. Tiada satupun kalimat memadai untuk menjelaskan penderitaan. Derita dapat berupa penyakit, keperdihan hidup, cacat, trauma, penghinaan, pelecehan, kemiskinan dan ketidak-adilan. 

Korban pertama dan paling rentan adalah kanak-kanak. Melecehkan mereka setara dengan menyalibkan Yesus kembali. Karena, merekalah yang pertama menumpahkan darah demi Kristus.

Sejak itu, derita, persekusi, dan kemartiran selalu melekat dalam hidup setiap murid Yesus. Dan, melalui jalan salib, wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus menyelamatkan manusia. 

Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih

Rama selalu mengingatkan akan bencana yang timbul karena serangan bala tentara Asyur. Kota ini dikepung oleh pasukan Asyur (Yes. 10:29; Hos. 5:8), ketika Kerajaan Utara, Israel, terpecah belah.

Dalam Injil Matius, Rama menjadi titik kumpul orang-orang dari Kerajaan Selatan, Yehuda, saat kembali dari pembuangan Babel (Yer. 40:1). Pembuangan di Babel selalu menjadi pengalaman paling buruk bagi keturunan Raja Daud (Mat. 1:11.17).

Santo Matius mengutip nubuat Nabi Yeremia untuk mengingatkan umat agar berhenti bersedih, karena Allah akan mengubah hidup manusia menjadi penuh suka cita bila mereka sungguh-sungguh bertobat.

Herodes Agung dipandang sebagai pemimpin Babilonia baru yang memaksa Yesus pergi ke pengasingan dan memisahkan anak-anak Rahel.

Pandangan akan pemimpin yang memusuhi umat Allah akan digemakan lagi dalam Mat. 24. Sebaliknya, bagi Santo Matius dan jemaat yang dibinanya, pemimpin baru Umat Allah adalah Yesus Kristus, dan, melalui Dia, para pemuka Gereja melayani umat.

Katekese

Martir-martir pertama yang membela Kristus. Santo Chromatius, sarjana dan uskup Aquileia, Italia, wafat tahun 406:

“Di Bethlehem seluruh bayi dan kanak-kanak dibantai. Mereka yang tak berdosa dan dibunuh karena Kristus menjadi martir-martir Kristus yang pertama.

Daud mengacu pada mereka ketika ia bermadah, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam” (Mzm. 8:2). …

Karena dalam pengejaran ini, bahkan anak-anak kecil dan bayi yang menyusu dibunuh demi Kristus dan pantas diberi pujian sebagai martir. Sementara Herodes, raja yang jahat itu, dikalahkan, karena dialah yang telah menentang Sang Raja Kerajaan Allah demi mempertahankan secuil wilayah di bumi. 

Maka, kanak-kanak yang berbahagia itu layak menerima anugerah yang melampaui segala yang diterima orang lain. Merekalah yang pertama layak untuk mati demi Kristus” (dikutip dari Tractate On Matthew  6.2)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau menyerahkan hidup-Mu untuk diriku, untuk menebusku dari perbudakan dosa dan maut. Bantulah aku untuk memikul salibku dengan suka cita, agar aku mampu melaksanakan kehendak-Mu dan tidak menoleh kebelakang karena ketakutan atau bertindak sebagai pengecut. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menyelamatkan kanak-kanak dan Yesus dari ancaman musuh?

in medio tui Sanctus – Osee 11:9

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here