Senin. Pekan Adven I (U)
- Yes.2:1-5
- Mzm. 122:1-2.3-4a.8-9
- Mat. 8:5-11
Lectio
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” 7 Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyembuhkannya.”
8 etapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: datang, maka ia datang, atau pun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.”
10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.
Meditatio-Exegese
Seorang perwira mendapatkan Dia
Seorang perwira Romawi menemui Yesus. Ia mengepalai antara 60 hingga 100 orang prajurit. Nampaknya ia menikmati hidup karena jabatan tingginya.
Tetapi, ternyata ia mengalami tekanan, pemerasan dan penghisapan sosial, “Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit.” (Mat 8: 9).
Polybius, penulis sejarah Romawi, mendeskripsikan seorang centurion, “Mereka tidak harus seseorang yang selalu menunjukkan keberanian di tengah bahaya yang mencancam prajurit yang dipimpinnya, siap bertindak, dan gagah perkasa.
Mereka seharusnya tidak mengalami kecemasan berlebihan untuk bertempur. Tetapi ketika pasukan mengalami tekanan berat, mereka harus siap membela tanah yang mereka pijak, dan mati di tempat tugas.” (http://penelope.uchicago.edu/Thayer/e/roman/texts/polybius/6*.html).
Mengabaikan semua ejekan dan pandangan buruk orang sebangsanya, ia menemui Yesus dan memohon kepadaNya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita” (Mat 8: 6). Ia mengatasi segala hambatan, sekat sosial-budaya, dan kepercayaan demi seorang hamba.
Si hamba Ibrani ini pasti memiliki pengabdian luar biasa pada sang perwira, sehingga ia berani membelanya ketika menghadapi maut.
Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel
Yesus menanggapi permohonan centurion itu dengan jawaban, “Aku akan datang menyembuhkannya” (Mat 8: 7). Ia hendak pergi ke rumah sang centurion. Pergi dan masuk rumah merupakan tanda penerimaan.
Hati Yesus mampu menjangkau setiap relung jiwa manusia tanpa membedakan. Dan ketika Ia berkunjung, di situ terjadi keselamatan.
Perwira Romawi itu, ternyata, menolak kedatangan-Nya. Ia merasa tidak pantas menyambut-Nya di rumah. Di hadapan Yesus, ia merasa kecil, bukan siapa-siapa, tiada sesuatu pun yang bisa dibanggakan.
Kata perwira itu kepada-Nya, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat 8: 8).
Kata-kata centurion itu selalu diulang sesaat sebelum menerima hosti suci dalam Ekaristi, “Ya Tuhan, saya tidak pantas, Tuhan datang kepada saya, tapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” Domine, non sum dignus ut intres sub tectum meum: sed tantum dic verbo, et sanabitur anama mea.
Tetapi, dari pengalaman hidup sebagai prajurit Romawi, ia tahu sabda-Nya bisa diandalkan. Dalam benak ia membayangkan: “Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini, maka ia mengerjakannya.” (Mat 8: 9).
Demikian pula dengan sabda Yesus. Sabda yang penuh kuasa akan bekerja sesuai dengan kehendakNya. Yesus memuji iman perwira asing ini, “Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.” (Mat 8: 10).
Orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama di dalam Kerajaan Surga
Yesus menggambarkan akan adanya pesta yan diikuti semua orang yang percaya pada-Nya. Mereka dapat ikut serta dalam pesta itu setelah mereka mau menjalin persahabatan dengan Allah, seperti yang dilakukan Abraham, Ishak dan Yakub.
Persahabatan dengan Allah terjadi ketika manusia mau membuka hati bagi Allah, agar Ia berkenan “membersihkan kekotoran Puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar.” (Yes 4:4).
Manusia menjumpai Tuhan, membiarkan diri supaya Ia mengajar tentang jalan-jalan-Nya, dan berjalan menempuhnya.(Yes. 2: 3)
Katekese
Menyambut Tuhan dengan iman yang penuh harapan dan kerendahan hati. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430 :
“Ketika Tuhan berjanji untuk pergi ke rumah perwira Romawi itu untuk menyembuhkan budaknya, perwira itu menjawab, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh”.
Dengan memandang diri sendiri tidak layak menerima Yesus, Yesus menilik hatinya bahwa ia layak menerima-Nya, tidak hanya menerima di rumah, tetapi juga di dalam hatinya.
Ia tidak mungkin berkata demikian dengan iman dan kerendahan yang kokoh jika, di hati, ia tidak menerima lebih dulu Dia yang datang ke rumahnya.
Demikian juga, tidak akan ada suka cita yang besar pada Tuhan Yesus untuk masuk ke rumah dan hatinya, jika tidak ada penerimaan. Guru yang rendah itu baik dalam kata-kata dan teladan juga singgah dan duduk di rumah orang Farisi yang sombong, Simon.
Walau Ia singgah di rumah itu, ternyata, tidak ada tempat bagi-Nya di hati si Farisi. Karena di dalam hatinya, Anak Manusia tak dapat meletakkan kepala-Nya.” (Sermon 62.1)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkau memberi kami makanan rohani tiap hari dengan sabda yang menghidupkan. Engkau pula menjaga kami dalam peziarahan kami menuju tanah air sejati, Kerajaan-Mu.
Semoga aku tidak kehilangan harapan dan kehabisan daya dan upaya untuk mewartakan Kerajaan-Mu. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan supaya memiliki iman sekokoh perwira Romawi itu?
Amen, dico vobis, non inveni tantam fidem in Israel – Matthaeum 8:10