Jumat. Minggu Biasa XXXIV, Hari Biasa (H)
- Why. 20:1-4.11-21:2
- Mzm. 84:3.4.5-6a.8a
- Luk. 21:29-33
Lectio
29 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. 30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.
31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Meditatio-Exegese
Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja
“Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat,” sabda-Nya (Luk. 21:29-30).
Para bapa Konsili Vatikan II menanggapi dengan ajaran, “Untuk menunaikan tugas seperti itu, Gereja selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil.
Demikianlah Gereja – dengan cara yang sesuai dengan setiap angkatan – akan dapat menanggapi pertanyaan-pertanyaan, yang di segala zaman diajukan oleh orang-orang tentang makna hidup sekarang dan di masa mendatang, serta hubungan timbal balik antara keduanya.
Maka perlulah dikenal dan difahami dunia kediaman kita beserta harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dan sifat-sifatnya yang sering dramatis.” (Konstitusi Pastoral Tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, Gaudium et Spes, 4).
Ketika memperhatikan dan membaca tanda jaman, pusat perhatian Gereja tidak diarahkan kepada kapan dan di mana akhir dunia terjadi. Tiap murid Yesus mengarahkan perhatian pada apa yang dilakukan untuk mempersiapkan kedatangan-Nya.
Pemahaman tentang kedatangan Kristus beragam di antara orang yang mengaku Kristen. Jemaat di Tesalonika percaya, berdasarkan ajaran Paulus, bahwa “Yesus segera datang.” (1Tes. 4:13-18; 2Tes. 2:2).
Paulus menanggapi bahwa apa yang mereka yakini tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Maka pada mereka yang tidak bekerja, ia menegur, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2Tes. 3:10).
Barangkali pemikiran itu datang justru dari orang yang setiap hari menggedor pintu rumah jemaat satu ke jemaat lain hanya untuk sepiring makan. Jemaat Kristen lain mengira bahwa Yesus akan kembali setelah Injil diwartakan ke seluruh dunia (Kis. 1:6-11).
Mereka mengira bahwa semakin giat mereka bekerja mewartakan Injil, semakin cepatlah kedatangan-Nya. Orang lain lain, karena lelah menanti kedatangannya, berkata, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” (2Ptr. 3:4).
Sebenarnya, Kerajaan Allah, Yesus, sudah tinggal di antara manusia dan menyertai tiap pribadi sampai akhir zaman (Mat. 1:23; 28:20). Ia menyertai tiap pribadi ketika berjuang mewujudnyatakan Kerajaan-Nya. Ia hadir ketika tiap murid-Nya berjuang untuk keadilan, perdamaian, hidup dan keutuhan lingkungan.
Pesan ini persis seperti ketika Ia mengutus murid Yohanes Pembaptis untuk menyampaikan kepada anak Imam Zakharia itu, “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk. 7:18).
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu
Setiap anggota keluarga Gereja dipanggil untuk mewujud nyatakan Kerajaan Allah melalui corak hidup masing-masing. Perjuangan itu berlangsung terus-menerus hingga kedatangan-Nya kembali.
Dan dengan penuh keyakinan, masing-masing meyakini sabda-Nya (Luk. 21:33), “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”, Caelum, et terra transibunt; verba autem mea non transient.
Yesus menggemakan sabda Allah melalui Nabi Yesaya, “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yes 40:7-8).
Sabda-Nya adalah sumber pengharapan. Apa yang Ia sabdakan pasti berbuah.
Katekese
Arahkanlah pandanganmu pada Sang Juruselamat. Santo Verecundus, Uskup Junca, Afrika, abad ke-6, wafat 552:
“Ketika Hizkia, raja Yehuda dan anak Ahaz, jatuh sakit dan hampir mati seperti nubuat Nabi Yesaya, ia memalingkan muka menghadap ke tembok dan menangis tersedu-sedu (2Raj. 20:1-3).
Segera Tuhan dalam belas kasih-Nya tidak hanya membatalkan kematian yang segera menjemputnya, tetapi juga menambahkan 15 tahun masa hidupnya. Lalu, pada akhirnya Hizkia menyanyikan madah ini (Yes 38:10-20).
Hizkia, orang suci yang memerintah seluruh Israel saat itu, menunjukkan teladan Tuhan sediri: melalui setiap gerak tubuhnya, jiwa dan budinya, ia menyerahkan diri pada Allah, dan mau menanggung akibat atas penyakit dan kelemahannya sendiri.
Tanpa ragu ia sadar melalui nubuat nabi bahwa akhir hidupnya sedang mendekat. Karena semakin lama nampaknya kita hidup, semakin tak pasti kematian di masa depan dinubuatkan bagi kita.
Dan jika kita memalingkan wajah ke tembok ketika dikejutkan oleh ketakutan atas kematian, yakni, jika kita mengarahkan pandangan hati kita kepada Sang Juruselamat, yang hadir di sini dalam rupa dinding karena di tepat lain Ia disapa sebagai ‘tembok’, kita akan diselamatkan, terlebih, Ia menyelamatkan umat beriman yang berlindung pada-Nya dari serangan musuh yang menderu.
Nabi Yesaya mewartakan, “Pada kita ada kota yang kuat, untuk keselamatan kita TUHAN telah memasang tembok dan benteng” (Yes. 26:1). Lihatlah, Sang Juruselamat disebut sebagai tembok.” (Commentary On The Canticle Of Ezekiel 5.1–2)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkaulah Batu Karang dan Kubu Pertahananku yang kokoh. Bantulah aku untuk hidup sesuai dengan kehendak-Mu, agar aku kuat menghadipi gejolak zaman dan selalu berpegang teguh pada warisan iman para Rasul. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan untuk menghadirkan Yesus di tengah komunitas kita masing-masing?
Caelum, et terra transibunt; verba autem mea non transient – Lucam 21:33