Kamis. Pekan Biasa XXVI. Peringatan Wajib Santo Hieronimus (P)
- Neh. 8:1-4a.5-6.7b-12
- Mzm.19:8.9.10.11
- Luk. 10:1-12
Lectio
1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 2 Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. 4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. 5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.
6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
10 Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 11 Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. 12 Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”
Meditatio-Exegese
Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain
Kisah perutusan tujuh puluh dua orang murid hanya terdapat dalam Injil Santo Lukas. Dalam terjemahan baru (TB) diterjemahkan angka tujuh puluh.
Sedangkan dalam teks Vulgata resmi diakui Gereja Katolik tertulis, designavit Dominus alios septuaginta duos. Tuhan menunjuk tujuh puluh dua murid yang lain (12×6) (lih. http://www.vatican.va/archive/bible/nova_vulgata/documents/nova-vulgata_nt_evang-lucam_lt.html). Mereka diutus ke pelbagai kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya.
Setiap murid Tuhan menerima panggilan dari-Nya (bdk. Luk 9:57-62) dan ditambahkan pada jumlah para rasul (bdk. Mrk 2:15). Tidak diketahui siapa saja mereka.
Mungkin saja beberapa di antara mereka pernah berjumpa dengan-Nya waktu Ia dibaptis di Sungai Yordan dan mengikuti-Nya hingga menjelang kenaikan-Nya ke surga, seperti Yusuf yang disebut Barsabas atau Yustus dan Matias (bdk. Kis 1:21-26).
Dua orang bersahabat dekat yang ditemui Yesus di jalan ke Emaus, Kleopas dan sahabatnya (Luk 24:13-35) mungkin termasuk di antara mereka. Mereka dipilih dan diutus untuk menyembuhkan orang dan mewartakan kedatangan Kerajaan Allah.
Yesus memberi perintah bagaimana tiap pasang melaksanakan tugas perutusan mereka. Mereka harus pergi dan melayani dengan hati yang tulus, penuh kasih dan damai, serta sederhana. Mereka harus memperhatikan bahwa yang mereka wartakan adalah Kerajaan Allah dan tidak tergoda melaksanakan hal lain yang sepele.
Dalam perjalanan mereka harus membawa barang yang perlu, agar memusatkan perhatian pada pewartaan Kerajaan-Nya dan menyembuhkan orang. Mereka harus melaksanakan tugas perutusan mereka, bukan apa yang dapat mereka peroleh dari tugas itu.
Mereka harus memberikan seluruh yang mereka miliki untuk kesejahteraan yang mereka layani, tanpa mengharapkan imbalan. Sama seperti para rasul, Tuhan menghendaki ketujuh puluh dua murid itu bergantung pada-Nya, percaya pada penyelenggaraan ilahi, providentia Dei. Mereka menanggalkan kelekatan dan mempercayakan diri pada-Nya (bdk. Luk 9:1-5).
Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit
Sering Yesus menggambarkan kedatangan Kerajaan-Nya dengan perumpamaan tentang ladang yang luas dan tanaman gandum yang siap panen. Panen selalu merupakan hasil dari kerja keras dan pertumbuhan – mulai dari menabur benih, tumbuh hingga matang, dan, akhirnya, buah yang masak siap dituai.
Dalam hati Yesus, saat panen merupakan saat untuk mengumpulkan tidak hanya umat Israel, tetapi juga seluruh umat manusia dari segala bangsa.
Santo Yohanes menulis dalam Injilnya (Yoh 3:16), “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”, Sic enim dilexit Deus mundum, ut Filium suum unigenitum daret, ut omnis, qui credit in eum, non pereat, sed habeat vitam aeternam.
Perikop ini sering dipahami hanya untuk promosi panggilan: imam, bruder atau suster. Benar mereka dibutuhkan dalam tugas perutusan Gereja, tetapi yang dimaksud Yesus tentu lebih dari sekedar panggilan khusus itu.
Ia mengajak para murid memohon kepada Sang Pemilik Tuaian untuk mengirim lebih banyak pekerja. Dan setiap orang tidak boleh menutup diri untuk mendengarkan panggilan dan bekerja untuk-Nya.
Setiap orang Katolik, sejak pembaptisan dipanggil Tuhan untuk melaksanakan tugas perutusan dari-Nya. Para Bapa Konsili Vatikan menyerukan peran aktif kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja.
“… Kerasulan awam, yang bersumber pada panggilan kristiani mereka sendiri, tak pernah dapat tidak ada dalam Gereja. Betapa sukarela sifat gerakan semacam itu pada awal mula Gereja, dan betapa suburnya, dipaparkan dengan jelas oleh Kitab suci sendiri (lih. Kis 11:19-21; 18:26; Rom 16:1-16; Fip 4:3).
Adapun zaman kita menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas.
Sebab makin bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian besar hanya terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah-masalah baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan.
Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak dibidang kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah, ada kalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani.
Selain itu dibanyak daerah, yang jumlah imamnya sangat sedikit, atau – seperti ada kalanya terjadi – direbut kebebasan mereka yang sewajarnya untuk menunaikan pelayanan mereka, tanpa karya-kegiatan kaum awam Gereja nyaris tidak dapat hadir dan aktif.” (Dekrit Tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuocitatem, 1).
Tugas perutusan pasti tidak mudah. Tetapi, Ia tetap saja bersabda (Luk 10:3), “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”, Ite; ecce ego mitto vos sicut agnos inter lupos.
Santo Yohanes Chrysostomus berkata, “SabdaNya sudah cukup untuk menyemangati kita, memberi rasa percaya diri dan memberi keyakinan bahwa kita tidak takut terhadap mereka yang memusuhi kita.” (Homily on St. Matthew”, 33).
Keberanian para rasul dan murid yang lain dalam bersaksi berasal dari keyakinan bahwa Ia selalu menyertai sepanjang masa (Mat. 28:20). Karena penyertaan-Nya itu, Petrus berani bersaksi di hadapan Sanhedrin, Majelis Agama Yahudi, dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, “tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12).
Menyebut beberapa: para politisi dan penyelenggara negara harus mengupayakan kesejahteraan umum, bukan korupsi; guru mencerdaskan anak bangsa, bukan pembodohan; pedagang berdagang barang bermutu, bukan menipu; pelayan kesehatan mengobati dan menyelamatkan orang, bukan mencari untung di atas kemalangan.
Katekese
Tugas perutusanmu. Paus Fransiskus, 1936 – sekarang
Menjadi kudus merupakan panggilan yang sangat kuat untuk kita semua. Anda juga harus memandang seluruh hidup anda sebagai tugas pengutusan. Cobalah melaksanakannya dengan mendengarkan Allah dalam doa dan menyadari tanda-tanda yang Ia berikan pada anda.
Selalu bertanyalah pada Roh Kudus apa yang diharapkan Yesus dari anda pada setiap langkah hidup danda dan dalam setiap keputusan yang anda ambil; demikianlah anda merenungkan dan menimbang dengan tajam tugas perutusan yang anda terima.
Biarkan Roh Kudus membakar hati anda dengan misteri pribadi yang mencerminkan Yesus Kristus dalam dunia dewasa ini.” (Seruan Apostolik Gaudete Et Exsultate, 23).
Oratio-Missio
Tuhan, semoga suka cita dan kebenaran Injil mengubah hidupku, sehingga aku berani menjadi saksi-Mu bagi orang-orang di sekitarku. Tuntunlah aku agar ke mana pun aku pergi, aku mampu mewartakan kebenaran Injil-Mu dan belas kasih-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menghadapi kesulitan dalam tugas perutusanku?
Designavit Dominus alios septuaginta duos et misit illos binos ante faciem suam in omnem civitatem et locum, quo erat ipse venturus – Lucam 10:1