Lectio Divina 30.11.2024 – Tanpa Menunda Menjawab Panggilan-Nya

0
51 views
Ikutlah Aku, by Vatican News

Sabtu. Minggu Biasa XXXIV. Pesta Santo Andreas (M)

  • Rm. 10:9-18
  • Mzm. 19:2-3.4-5
  • Mat. 4:18-22

Lectio

18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Meditatio-Exegese

Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea

Menyelesaikan retret agung 40 hari di padang gurun (Mat. 4:1-11), Yesus menyadari tugas pengutusan yang harus diemban-Nya. Ia mewartakan Kerajaan Surga, supaya seluruh bangsa melihat Sang Terang dan maut dikalahkan (Mat. 4:12-17; bdk. Yes. 8:23-9:1).

Setelah Yesus meninggakan Nazaret yang menolak pewartaan-Nya (Luk. 4:22-30), Ia pindah ke Kapernaum. Dari kota ini Ia memulai karya pelayanan-Nya (Mat. 4:13). Kota itu dipilih-Nya atas pertimbangan letak yang strategis.

Kapernaum, yang dihuni orang dari pelbagai bangsa, terletak di jalur perdagangan yang menghubungkan wilayah di Laut Tengah, Mesir dan Mesopotamia. Maka, warta keselamatan-Nya, Injil Kerajaan Allah, tidak saja disampaikan kepada sesama orang Yahudi, tetapi juga mereka yang datang ke “Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain” (Mat. 4:15; Yes. 9:1).

Dari Yerusalem, wilayah ini secara geografis dipandang sebagai wilayah pinggiran, tidak penting, dan najis secara keagamaan. Mayoritas penduduk memeluk keyakinan iman yang asing, pagan.

Tidak ada yang dapat diharapkan dari wilayah ini dalam sejarah keselamatan. Tidak akan ada ‘cahaya’ yang bersinar dari wilayah bangsa-bangsa asing. Tidak ada kebenaran yang dipancarkan dari daerah pinggiran.

Saat memulai pengajaran-Nya, Yesus mengulang apa yang diwartakan Yohanes Pembaptis, sepupu-Nya, “Kerajaan Surga sudah dekat.” (Mat. 3:2; Mat 4:17). Ia mengajak tiap pribadi untuk mendekati Kerajaan-Nya dengan pertobatan dan mengikuti-Nya.

Ia tidak pernah menegakkan Kerajaan-Nya  dengan mendirikan kekuasaan politik, ekonomi, dan militer. Tetapi, damai, keadilan dan pemulihan keutuhan ciptaan-Nya.

Ia menggenapi Perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Manusia ambil bagian dalam penjaminan Perjanjian ini. Maka, masing-masing pribadi diundang untuk bertobat.

Paus Fransiskus mengajar, “Penting dicatat: pertobatan bukan sekedar mengganti cara hidup, tetapi juga cara berpikir. Pertobatan berarti perubahan seluruh hidup manusia. Bukan sekedar ganti baju, tetapi seluruh kebiasaan.

Apa pembeda Yesus dengan Yohanes Pembaptis adalah cara dan sikap. Yesus memilih untuk menjadi nabi yang berjalan keliling. Ia tidak berdiam diri dan menunggu umat. Ia pergi menjumpai mereka. Yesus selalu ada di jalan-jalan.

Tugas perutusan-Nya dimulai sepanjang pesisir danau Galilea. Ia menjumpai orang banyak, khususnya para nelayan. Di sana Ia tidak hanya mewartakan kedatangan Kerajaan Allah, tetapi juga mencari sahabat untuk bergabung dalam karya keselamatan Allah.” (Angelus, Lapangan Santo Petrus, Vatican, 22 Januari 2017).

Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon dan Andreas

Saat Yesus berkeliling menyusur Danau Galilea, Ia berjumpa dengan empat orang: Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Mereka dipanggil untuk mengikuti-Nya.

Membaca dengan teliti kisah panggilan masing-masing murid, Santo Matius mengisahkan hal yang unik. Ia tidak memanggil mereka yang berpendidikan, seperti orang Farisi atau ahli Kitab.

Ia memanggil orang biasa. Ia memanggil orang yang mau membuka hati untuk menerima Yesus tanpa syarat.

Panggilan selalu berasal dari inisiatif Yesus: Ia melihat, memanggil “Mari, ikutlah Aku.”, mengubah pekerjaan seseorang menjadi utusan-Nya “kamu akan Kujadikan penjala manusia.”, faciam vos fieri piscatores hominum.

Tanggapan keempat orang itu begitu mengejutkan: meninggalkan jala dan mengikutinya; dan meninggalkan perahu serta ayah dan mengikuti Dia. Tindakan itu dilakukan pada saat itu juga. Kata ευθεως, eutheos, segera atau saat itu juga, menggambarkan tiadanya penundaan dalam mengikuti Yesus.

Kasah panggilan murid Yesus pasti juga berakar dalam tradisi alkitabiah. Ada kisah panggilan Nabi Elisa. Elisa dipanggil saat ia sedang bekerja di ladang.

Ia pun diijinkan untuk berpamitan pada orang tuanya. Ia tidak dipanggil untuk menjadi nabi, tetapi menjadi pelayan Nabi Elia (1Raj. 19:19-21).  

Kisah panggilan murid Yesus dan Nabi Elisa mengandung perbedaan: Yesus memanggil murid atas inisiatif-Nya; Elisa dipanggil secara kebetulan ketika Elia berjumpa dengannya.

Para murid segera meninggalkan segala; Elisa diizinkan pergi berpamitan. Para murid mengikuti Dia; Elisa dijadikan pelayan.

Petrus dan Andreas

Nama Petrus ditekankan oleh Santo Matius. Terdapat serangkaian kisah luar biasa tentangnya: Mat. 14:28-31; 16:17-19; 17:24-27. Sang Penginjil hendak menekankan peran Petrus secara khusus bagi jemaat Matius dan Gereja Universal, serta teladan iman dalam mengikuti Yesus.

Di samping Petrus, disebut juga Andreas, saudara kandung Petrus. Ia lahir di Betsaida pada awal abad pertama dan berprofesi sebagai nelayan.

Nama itu bermaka sangat kuat dan dikenal memiliki kemampuan pergaulan sosial sangat tinggi. Injil Yohanes mengisahkan bahwa Andreas menjadi murid Yohanes Pembaptis.

Ketika Yesus berjalan seorang diri, ia berkata tentang-Nya (Yoh. 1:36), “Lihatlah Anak Domba Allah.”, Ecce agnus Dei. Segera Andreas dan seorang murid lain mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus.

Selanjutnya, dalam kisah Yohanes, Andreas memperkenalkan Petrus pada Yesus (Yoh. 1:41-42). Kedekatan Andreas dengan Yesus nampak pada kisah ketika ia melaporkan pada-Nya tentang seorang anak kecil yang membawa roti jelai dan dua ekor ikan (Yoh. 6:8).

Filipus pun berbicara lebih dulu pada Andreas saat ada sekelompok orang berbahasa Yunani ingin bertemu dengan Yesus (Yoh. 12:22). Ia juga hadir saat Yesus menyelenggarakan Perjamuan Malam Terakhir. 

Menurut tradisi Santo Andreas berkarya di sepanjang pesisir Laut Hitam, yang merentang antara Yunani dan Turki. Ia meninggal sebagai martir di Patras.

Saat kematian, ia disalib dengan tangan dan kaki terikat dalam konfigurasi huruf X, yang dikenal sebagai crux ducussata. Dipercaya sang rasul memilih cara ini karena ia merasa kecil untuk meniru cara Tuhan disalibkan.

Sekarang relikwi Santo Andreas disimpan di Gereja Santo Andreas di Patras. Paus Paulus VI pada September 1964 memerintahkan agar relikwi yang terkumpul di Vatikan dikembalikan dan disemayamkan di Patras.

Perjalanan ini mengakhiri seluruh serakan relikwi. Sebagian disimpan oleh Santo Regulus; sebagian relikwi lain dibawa ke Konstantinopel atas perintah Kaisar Konstantinus II pada tahun 357.

Katekese

Bawalah Sang Sabda hingga seluruh ujung semesta. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 17 Desember 1936:

Di pantai danau Galilea Yesus berjumpa dengan dua pasang bersaudara: Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Ia memanggil mereka, sabda-Nya, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Mat. 4:19). Panggilan itu mereka dengarkan saat sedang melakukan pekerjaan sehari-hari.

Tuhan menyingkapkan Diri-Nya pada kita tidak dengan cara yang luar biasa atau hebat. Tetapi dengan cara sederhana sesuai dengan situasi hidup kita. Pada saat itulah kita harus menemukan Tuhan.

Di kesempatan itulah Ia menyingkapkan Diri-Nya, membuat kasih-Nya dapat kita rasakan di hati. Dan dalam kesempatan itu pula, dengan wawan rasa dengan-Nya dalam keseharian kita, Ia mengubah hati kita.

Tanggapan keempat nelayan itu adalah segera dan sukarela. “Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.” (Mat. 4:20). Pasti kita tahu bahwa mereka adalah murid-murid Yohanes Pembaptis dan, syukur atas kesaksiannya, mereka sudah mulai percaya pada Yesus, Sang Mesias (bd. Yoh. 1:35-42).  

Kita, orang-orang Kristen zaman ini, bersuka cita untuk mewartakan dan bersaksi akan iman kita. Karena ada pemberita injil pertama, karena ada yang rendah hati dan gagah berani yang segera menjawab panggilan Yesus.

Di pantai danau itu, di tanah yang tak di kenal, komunitas pertama murid-murid Kristus lahir. Semoga pengetahuan tentang komunitas awal ini membangkitkan kehendak kita untuk menjadi saksi sabda, kasih dan kelembutan hati Yesus.

Kita menjadi saksi-Nya dalam setiap waktu dan tempat, bahkan ketika menghadapi situasi dan penentangan yang sangat sulit. Kita membawa Sang Sabda hingga seluruh ujung semesta!

Seluruh ruang hati manusia menjadi tanah yang harus ditaburi benih Injil. Hingga mereka dapat menghasilkan buah-buah penebusan.” (Angelus, Lapangan Santo Petrus, Vatican, 22 Januari 2017).

Oratio-Missio

Tuhan, secara pribadi Engkau memanggilku dengan menyebut namaku, seperti ketika Engkau memanggil murid pertema, Simon, Andreas dan Yakobus. Penuhilah aku dengan suka cita Injil dan bantulah aku untuk tetap setia menjadi saksi Injil-Mu pada siapa pun yang kujumpai. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk setia mengikuti Yesus, seperti Santo Andreas?

venite post me et faciam vos fieri piscatores hominum – Matthaeum 4:19

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here