Sabtu. Hari Ke-6 Oktaf Natal (P)
- 1Yoh. 2:12-17
- Mzm. 96:7-8a.8b-9.10
- Luk. 2:36-40
Lectio
36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari Suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun.
Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. 40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Meditatio-Exegese
Hana berbicara tentang Anak itu
Inilah kesempatan ketiga kelahiran Yesus diwartakan: pada para gembala (Luk. 2:8-18) dan orang Majus (Mat. 2:1-11). Sekarang, Yesus hadir di antara Nabi Simeon dan Nabiah Hana. Santo Lukas melukiskan secara rinci hidup sang nabiah, “Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer.
Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.” (Luk. 2:36-37).
Sama seperti Yudith (Ydt. 8:1-8), Hana juga seorang janda. Seperti Debora (Hak. 4:4), ia seorang nabiah, yakni: orang yang berbicara atas nama Tuhan dan menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia. Hana menikah selama tujuh tahun.
Setelah kematian suaminya, ia mempersembahkan hidupnya kepada Allah hingga usia lanjut, 84 tahun. Tradisi ini terus berlanjur hingga sekarang di pelbagai penjuru dunia. Komunitas para ibu sepuh, kebanyakan janda, mempersembahkan hidup dalam doa dan pelayanan kepada sesama.
Nabiah Hana pergi ke Bait Allah bersamaan dengan Nabi Simeon yang sedang menatang Bayi Yesus dan berbicara tentang masa depan Anak itu (Luk. 2:25-33). Hana rupanya ambil bagian dalam kegiatan ini.
Penglihatan Hana adalah penglihatan iman. Ia melihat Anak yang digendong ibu-Nya dan mengimani-Nya sebagai Juruselamat dunia.
Ia juga bersuka cita dan memuji Allah atas kedatangan Anak itu. Suka cita dan syukurnya diungkapkan dengan pewartaan tentang kedatangan Sang Mesias. Ia berseru tentang Allah yang datang dan membela manusia, supaya manusia membuka hati untuk dipulihkan-Nya.
Santo Lukas melukiskan (Luk. 2:38), ”Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.”, Et haec ipsa hora superveniens confitebatur Deo et loquebatur de illo omnibus, qui exspectabant redemptionem Ierusalem.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya
Melalui lukisan kata yang singkat disingkapkan misteri inkarnasi, penjelmaan Tuhan. “Sang Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.” (Yoh. 1:14). Anak Allah menjadi sama dengan kita dalam segala hal, bahkan merendahkan diri sebagai Hamba (Fil. 2:7). Ia taat bahkan taat sampai mati di salib (Fil. 2:8).
Ia hidup tiga puluh tiga tahun di antara kita. Dan menghabiskan 30 tahun di Nazaret. Ia hidup seperti orang biasa di wilayah Galilea: bermain, belajar, membaca Kitab Suci, bekerja sebagai tukang kayu seperti Bapak Yusuf, sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa (Ibr. 4:15).
Santo Lukas melukiskan (Luk .2:39), “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.”, Puer autem crescebat et confortabatur plenus sapientia; et gratia Dei erat super illum.
Penuh hikmat bermakna seseorang memiliki pengetahuan yang memadai tentang apa yang baik dan apa yang jahat, menimbang dan memutuskan dengan benar, berbakti pada Allah, tahu adat, dan sebagainya. Semua hal ini dipelajari dalam hidup bersama dengan warga sekitar.
Bertambah besar berarti tumbuh dari kecil hingga dewasa. Pertumbuhan bio-psikologis sangat manusiawi, dipenuhi kegembiraan dan kesedihan, suka cita dan keputus asaan, amarah dan kasih. Pertumbuhan ini dipelajari dengan hidup bersama dalam keluarga, saudara-saudari, kerabat, tetangga dekat dan tetangga jauh.
Kasih karunia Allah ada pada-Nya bermakna menemukan kehadiran Allah dalam hidup, karya-Nya dalam segala, dan panggilan-Nya. Surat kepada Orang Ibrani bersaksi, “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.” (Ibr. 5:8).
Dan dalam setiap peristiwa, termasuk dalam kisah tentang kelahiran Anak Allah, Ia selalu mengutus, pria dan wanita utama untuk mewartakan karya keselamatan-Nya, misalnya: Zakharia dan Elizabet; Yusuf dan Maria; Simeon dan Hana.
Katekese
Kristus yang kaya menjadi miskin. Origenes dari Alexandria, 185-254:
“Karena alasan ini, yang nampak mengagumkan bahwa persembahan Ibu Maria bukan korban bakaran yang menjadi pilihan pertama, yakni ‘kambing atau domba berumur satu tahun’, tetapi pilihan kedua, karena ‘ia tidak mampu untuk menyediakan (Im 5:7) yang pertama.
Karena tertulis tentang dia, orang tua Yesus datang ‘untuk mempersembahkan korban’ bagiNya, ‘menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati’. Korban ini juga menyingkapkan kebenaran yang tertulis, bahwa Yesus Kristus, “menjadi miskin, sekalipun Ia kaya.” (2 Kor. 8:9).
Maka, karena alasan inilah, Ia memilih seorang ibu yang miskin, yang melahirkan-Nya, dan tanah kelahiran yang miskin, seperti ada tertulis, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda”, (Mi. 5:2, dan seterusnya).” (Homilies On Leviticus 8.4.3)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku tak pernah berhenti menaruh kepercayaanku pada-Mu. Penuhilah aku dengan sukacita dan kekuatan Roh-Mu, agar aku tak gentar bersaksi bahwa Engkau selalu menyelamatkan dan penuh belas kasih bagi siapa pun. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu menantikan dan mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Yesus?
Et haec ipsa hora superveniens confitebatur Deo et loquebatur de illo omnibus, qui exspectabant redemptionem Ierusalem – Lucam 2:38