Lectio Divina 5.10.2024 – Bersukacita dan Berjumpa dengan-Nya

0
0 views
Lima dari 72 murid (Patrobulus, Hermas, Linus, Caius, Philologus) by pelukis tak dikenal, abad ke-10-11.

Sabtu. Minggu Biasa XXVI, Hari Sabtu Imam (H)

  • Ayb 42:1-3.5-6.12-17
  • Mzm 119:66.71.75.91.125.130
  • Luk 10:17-24

Lectio

17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” 18 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.

19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. 20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.”

21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”

23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

Meditatio-Exegese

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu

Allah menantang Ayub, “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku. Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?” (Ayb. 40:2-3).

Ayub, pertama-tama, mengakui bahwa ia berbicara tanpa mencari tahu tentang seluruh kebenaran. Ia mengabaikan hukum alam yang mengatur ciptaan (Ayb. 42:3). Ia beranggapan, misalnya, lembu betina milik orang pasti beranak dan tidak keguguran (Ayb. 21:10).  

Terhadap tantangan kedua (Ayb. 42:4), Ayub menjawab dengan penuh iman bahwa Allah berkenan menampakkan Diri-Nya padanya dan mengizinkannya memandang-Nya, seperti Musa diizinkan melihat bagian belakang-Nya (Ayb. 42:5; bdk. Kel. 33:20-23).  

Ayub, setelah merasa dihibur, berbalik pada Allah dan bertobat atas tindakannya: mengutuki hari kelahirannya, keinginannya untuk mati, keluhan dan tantangannya pada Allah, padamnya harapan dan menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan. Ia menjadi semakin rendah hati, membuka hati untuk Allah.

Pertobatan Ayub menandai kemenangan imannya. Ia dipulihkan dan ketiga sahabatnya diampuni setelah bertobat, mempersembahkan kurban bakaran dan memohon pengampunan pada Ayub. Sedangkan setan yang berusaha keras agar Ayub mengutuki Allah tidak lagi disebut.

Ayub mengimani Allah yang perkasa dan berbelas kasih. Katanya (Ayb. 42:2), “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”, Scio quia omnia potes, et nulla te latet cogitatio.

Allah memulihkan hidup dan menganugerahkan kelimpahan harta pada Ayub, dua kali lipat dari yang musnah. Pembaharuan juga terjadi pada kedudukan perempuan, yakni: ketiga anak Ayub memiliki martabat yang sama dengan anak laki-laki dan berhak atas warisan yang setara.

Bagi bapa-bapa Gereja, Ayub mempralambangkan Yesus Kristus. Santo Zeno dari Verona menulis, “Ayub dipulihkan baik kesehatan maupun harta miliknya. Dengan cara yang sama, Tuhan, melalui kebangkitan-Nya, tidak hanya menganugerahkan kesehatan, tetapi juga hidup abadi pada mereka yang percaya pada-Nya.

Ia juga memulihkan alam semesta, seperti ia sendiri menjamin ketia bersabda, “Segala sesuatu telah diberika pada-Ku oleh Bapa-Ku. Anak-anak baru yang dilahirkan dari Ayub menggantikan mereka yang telah mati.

Serupa, para rasul yang kudus yang menjadi anak-anak Tuhan sama dengan para nabi dari Perjanjian Lama. Ayub dianugerahi kebahagiaan dan meninggal dalam damai. Dan Tuhan diberkati selama-lamanya, karena Ia

tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Tractatus, 1, 15).

Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu

Ketujuh puluh dua murid pulang dari tugas pengutusan dan melaporkan apa yang mereka lakukan. “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu,” kata mereka (Luk. 10: 17).

Mereka mengusir setan atas nama Yesus. Karena Ia berkuasa atas seluruh kuasa kejahatan, termasuk kuasa setan dan roh jahat. Merekalah malaikat yang jatuh karena memberontak melawan Allah dan selalu membenci manusia.

Yesus bersabda (Yoh. 12:31), “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.”, Nunc iudicium est huius mundi, nunc princeps huius mundi eicietur foras.

Tugas pengutusan yang diterima para murid mencakup pewartaan kedatangan Kerajaan Allah dan mengusir setan atau kuasa kejahatan. Mewartakan Injil berarti berpartisipasi dalam karya Allah memulihkan kemanusiaan yang telah sobek karena dosa.

Manusia dipulihkan lagi agar serupa dengan gambar dan keserupaan dengan Allah (Kej. 1:29). Manusia yang sakit, dirawat; yang bodoh, dibantu supaya cerdas; yang dibelenggu dimerdekakan; yang dipenjara karena ketidakadilan, dilepaskan (bdk. Luk. 4:18-19).

Dalam mewartakan Injil, Ia memperlengkapi para murid dengan kuat kuasa untuk mengalahkan pekerjaan setan dan kuasa kegelapan (1Yoh. 2:13-14). Kuasa dan wewenang itu juga dianugerahkan kepada para murid untuk mengalahkan kegelapan dan kejahatan, setan, yang selalu berusaha memisahkan manusia dari Allah (1Yoh. 2:13-14).

Bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga

Yesus menanggapi suka cita ketujuh puluh dua murid dengan menukik pada inti sukacita. Sukacita murid Yesus tidak ditentukan oleh mukjizat yang mereka lakukan, walaupun dilakukan atas nama Yesus.

Sukacita selalu merupakan buah dari setiap pelaksanaan tugas pengutusan dari-Nya. Bukan dari hasil buatan manusia, tetapi Allah sendirilah Sang Sumber Sukacita.

Ketika menjadikan Allah sumber sukacita, para murid Yesus tetap dapat hidup dengan ringan, karena Allah menjamin kemenangan dalam Yesus Kristus. Nehemia mengungkapkan, “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu.” (Neh. 8:10).

Beratus tahun sebelum Nehemia, Nabi Yesaya melukiskan sukacita Allah, karena Ia mengenal setiap pribadi. Ia tidak akan pernah melupakan pribadi yang berlindung dan mengandalkan-Nya. Sabda-Nya, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.” (Yes. 49:16).

Selanjutnya, Yesus bersabda (Luk. 10:20), “Bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.”, Gaudete autem quod nomina vestra scripta sunt in caelis.

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi

Yesus bersyukur kepada Bapa karena Ia menyingkapkan kepada para murid kebijaksanaan dan pengetahuan akan Allah. Ucapan syukur Yesus mengungkapkan pengakuan iman akan Allah sebagai Bapa dan Pencipta.

Dialah asal dan tujuan segala ciptaan. Belas kasih, kebaikan hati dan kerahiman–Nya melulu dicurahkan pada semua anak-Nya. Seluruh hidup manusia sebagai pria dan wanita berasal dari-Nya (Ef. 3:14-15)

Doa ini juga berisi peringatan bahwa kesembongan dapat menjauhkan manusia dari kasih dan relasi mesra dengan Allah. Kesombongan menutup jiwa untuk menerima anugerah pengetahuan akan Allah dan relasi kasih dengan-Nya. 

Kesombongan, yang selalu digunakan setan untuk mengelabuhi manusia,  selalu mengarahkan pada ilusi seolah-olah sama dengan Allah, “Kamu akan menjadi seperti Allah.” (Kej 3: 4).

Sedangkan, manusia, pada hakekatnya, seperti diungkapkan Santo Agustinus, uskup Hippo, hanyalah pengemis di hadapan Allah. Hanya dapat bergantung pada-Nya, seraya memohon kerelaan hati-Nya untuk menganugerahkan kerahiman dan belas kasih-Nya.

Engkau nyatakan kepada orang kecil

Kerendahan hati terletak pada disposisi batin untuk mengakui ketergantungan pada Allah. Pada-Nya manusia dapat mengharapkan anugerah “keutamaan tertinggi”, summum bonum.

Kerendahan hati menjadi mahkota seluruh keutamaan, karena kerendahan hati menundukkan hati untuk mengharapkan rahmat dan kebenaran. Kerendahan hati berlawanan dengan kesombongan, sumber segala dosa.

Kitab Amsal menyingkapkan, “orang yang rendah hati dikasihani-Nya.” (Ams 3:34; Yak 4:6). Maka, biarlah Yesus menyembuhkan luka batin karena kesombongan. Biarkan Roh Kudus mengubah kita agar semakin serupa dengan Yesus, yang lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29).

Dari Ibu Maria, Bunda Yesus Kristus, kita belajar dan mendidik diri untuk rendah hati. Dan untaian rosario selalu mengantar pada ketergantungan pada Allah, seperti yang diucapkannya pada Malaikat Gabriel (Luk. 1:38), “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”, Fiat mihi secundum verbum tuum.

Memandang Yesus dengan mata kepala sendiri pasti menjadi peristiwa yang sangat mengagumkan bagi mereka yang percaya pada-Nya. Tetapi, peringatan-Nya pada Thomas juga berlaku, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh. 20:29).

Tiap pribadi menjumpai-Nya melalui pelbagai macam cara yang ditunjukkan-Nya. Kesaksian para murid-Nya dapat menuntun pada perjumpaan dengan-Nya. Ia dapat dijumpai dalam diri saudara-saudari-Nya yang paling miskin dan paling miskin dari antara kaum miskin (bdk. Mat. 25:40).

Petrus pun mengingatkan, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya.

Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1Ptr. 1: 8-9).

Katekese

Kuasa Kerajaan Allah. Santo Cyrilus dariAlexandria, 376-444:

“Yesus juga memberikan pada para rasul yang suci kuasa dan daya untuk membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, menyembuhkan orang sakit, dan menumpangkan tangan untuk memohon naungan Roh Kudus dari sorga pada siapa pun yang mereka kehendaki. Ia memberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan dosa manusia.

Sabda-Nya adalah ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” (Mat. 18:18). Inilah kuasa yang sekarang kita punya atas kehendak-Nya.

Berbahagialah mata kita dan mata mereka yang mengasihiNya. Kita telah mendengar pengajaran-Nya yang mengagumkan.

Ia telah memberikan pada kita pengenalan akan Allah Bapa, dan Ia telah menunjukkan-Nya pada kita dalam kodrat-Nya sendiri. Hal-hal yang oleh Musa hanya ditunjukkan melalui contoh dan lambang.

Kristus telah menyingkapkan kebenaran pada kita. Ia telang mengajarkan kita menghormati-Nya bukan melalui darah atau dupa, tetapi terlebih melalui korban rohani dan yang mengatasi segala pemahaman.” (Commentary On Luke, Homily 67).

Oratio-Missio

Allah yang mahatinggi dan agung, terangilah hati kami saat kami dirundung kegelapan dan anugerahkanlah iman sejati, harapan yang pasti dan kasih yang sempurna. Berilah kami kepekaan dan pengenalan akan diri-Mu, sehingga kami mampu melakukan apa saja untuk memenuhi kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.  (doa Santo Fransiskus Asisi, 1182-1226)        

  • Apa yang aku lakukan untuk semakin menjadi sederhana, rendah hati dan miskin di hadapan Allah dan sesama?

Gaudete autem quod nomina vestra scripta sunt in caelis – Lucam 10:20     

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here