Lectio Divina 5.8.2024 – Diberkati, Dipecah, dan Dibagikan

0
42 views
Lima roti dan dua ikan, by Vatican News

Senin. Minggu Biasa XVIII, Pemberkatan Gereja Basilik Santa Perawan Maria (H)

  • Yer. 28:1-17
  • Mzm. 119:29.43.79.80.95.102
  • Mat. 14:13-21

Lectio

13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.

14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” 17 Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.”

18 Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.” 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Meditatio-Exegese

Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya

Disajikan pertentangan dua orang nabi, Yeremia, nabi Allah dan Hananya, nabi palsu. Hananya, bermakna ‘Allah yang baik hati’, menggunakan cara seperti yang digunakan Nabi Yeremia untuk menyampaikan pesan kepada umat di Bait Suci.

Nabi yang bekerja untuk Raja Zedekia berkata, “Beginilah firman Tuhan semesta alam, Allah Israel.” dan bernubuat bahwa dalam dua tahun Allah akan mematahkan kuk atau penjajahan Nebukadnezar pada Yehuda. Semua harta Bait Allah dan orang buangan akan dikembalikan ke tempat semula.

Dengan kata terdengar kasar, Nabi Yeremia menanggapi dengan mengatakan bahwa seluruh perkataan Hananya benar dan luar biasa bila para tawanan dan harta benda Bait Allah kembali ke tempat asal.

Selanjutnya, ia mengejutkan Hananya dengan mengingatkan di masa lalu nabi bernubuat tentang perang, kelaparan dan sampar. Nubuat itu menjadi kenyataan karena memang akan terjadi, karena manusia berbuat dosa dan menyembah berhala.

Tantangan yang di hadapi sekarang berbeda, karena “Mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan.” (Yer. 28:9).

Dengan kata lain, kebenaran nubuat Nabi Hananya tentang Nebukadnezar dibuktikan dengan terciptanya damai di Yehuda dan Yerusalem. 

Lalu Hananya mengambil gandar dari bahu Yeremia dan mematahkannya. Tindakannya tidak hanya melambangkan bahwa penjajahan oleh Nebukadnezar akan berakhir dalam dua tahun. Tetapi juga runtuhnya kewibawaan Nabi Yeremia, yang bernubuat melawannya.

Saat hendak meninggalkan Bait Suci, Allah meminta Nabi Yeremia menyingkapkan kebenaran. Katanya (Yer. 18:13), “Beginilah firman Tuhan: Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya.”, Haec dicit Dominus: Iuga lignea contrivisti et facies pro eis iuga ferrea.

Gandar dan kuk, lambang penjajahan, akan dikenakan di tengkuk tiap bangsa yang ditaklukkan Nebukadnezar. Yehuda tidak akan mengalami dalam waktu singkat, dua tahun, seperti ramalan Hananya, tetapi 70 tahun seperti dinubuatkan Nabi Yeremia (bdk. Yer. 25:11-12).

Nubuat Nabi Yesaya membuat seluruh omongan nabi palsu menjadi ilusi. Para nabi palsu seolah lupa pada sabda-Nya, “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.” (Ul. 18: 20; bdk. Ul. 13:5).

Dua bulan setelah silang pendapat dengan Nabi Yeremia, Hanaya kehilanan nyawanya.

Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit

Yesus pasti mengalami kesedihan. Ia ditolak tetangga yang dikenal-Nya sejak kecil di Nazaret (Mat. 13:53-58). Penolakan itu memaksa-Nya meninggalkan desa asal dan menyingkir ke Kapenaum (Luk. 4:31).

Hati-Nya semakin pedih saat mendengar bahwa sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, dipenggal oleh Herodes Antipas. Kabar itu cepat merembet dari Tiberias, ibu kota Galilea, hingga Kapernaum (Mat. 14:13).

Maka, Yesus memutuskan untuk menyingkir ke tempat sunyi dan menata hidup. Kematian Yohanes, pasti, akan menjadi penyebab penangkapan atas diri-Nya juga.

Tetapi, keinginan untuk tinggal di tempat yang sunyi harus dikesampingkan-Nya. Ke manapun Ia pergi orang banyak berkumpul untuk berjumpa dengan-Nya – kaya dan miskin, pegawai dan buruh, laki-laki dan perempuan, bahkan orang yang disingkirkan dan orang asing.

Mereka tertarik karena Ia mampu menyembuhkan penyakit, membuat banyak tanda heran. Namun, banyak juga yang tertarik karena karena pesan yang disampaikan-Nya, yaitu: Kerajaan Allah.

Mereka mengharapkan, melalui Dia, Kerajaan itu ditegakkan. Mereka percaya akan rencana Allah untuk membebaskan manusia dari dosa dan penindasan, serta membawa damai sejahtera.

Yesus mengabaikan kegalauan hati-Nya sendiri dan mengarahkan bela rasa-Nya pada mereka yang lebih membutuhkan-Nya. Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan dan menyembuhkan yang sakit. Mereka “lelah dan terlantar seperti domba-domba tanpa gembala.” (Mat. 9:36; 20:34).

Digunakan ungkapan misertus est eius untuk melukiskan bahwa hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia seperti seorang ibu yang secara naluriah memperhatikan dan merawat anak-anaknya. Kata misertus mengandung makna belas kasih, kerahiman, pengampunan.

Dalam liturgi dipakai ungkapan: miserere nobis, kasihanilah kami dalam madah Gloria, Kemuliaan. Belas kasih Yesus meluap, ketika menjumpai sahabat karib yang mati dan dikubur di Betania, Lazarus (Yoh. 11:38).  

Menengadah, mengucap berkat, memecah-mecahkan dan memberikan roti kepada muridNya

Kisah Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang dikisahkan oleh empat Injil (Luk. 9:10-17, Mrk. 6:34-44, Yoh. 6:51-58, Mat.  14:13-21).  Kisah ini sangat penting, karena mengingatkan akan karya Allah di padang gurun saat Ia memberi makan manna kepada ribuan orang Israel  (Kel. 16).

Ia memberi makan pada umat Israel tiap hari selama empat puluh tahun di tanah yang gersang sepanjang masa pengembaraan mereka. Kisah itu menjadi pralambang roti surgawi yang dianugerahkan Yesus pada saat Perjamuan Terakhir pada malam sebelum Ia mengorbankan diri-Nya di salib.

Yesus menyingkapkan hanya Allah mampu menganugerahkan roti surgawi yang mampu menghapus rasa lapar tak bertepi yang dialami setiap manusia (bdk. Yoh. 6:32-35).

Yesus menerima yang serba sedikit, lima roti dan dua ikan. Roti bukan dari gandum yang mahal, tetapi dari jelai, bahan pangan pokok rakyat jelata; dan dua ikan kering dari Danau Galilea.

Saat menerima yang serba sedikit (Mat. 14:19), “Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya.”, aspiciens in caelum benedixit et fregit et dedit discipulis panes.

Saat Yesus memberi makan ribuan orang, tata gerak tubuh-Nya sama dengan saat Ia menetapkan Ekaristi. Santo Markus mencatat, “Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka.” (Mrk. 14:22).

Perjamuan Ekaristi yang diwariskan-Nya menemani perziarahan para murid-Nya hingga kelak masuk dalam Kerajaan Surga. Syarat untuk masuk adalah kehendak untuk mau diberkati, dipecah-pecahkan dan dibagikan kepada banyak orang.  

Katekese

Tuhan memenuhi segala sesuatu dengan berkat dari atas. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:

“Melalui pelbagai macam cara Tuhan dikenal sebagai Sang Khalik, termasuk melalui alam semesta. Ia melipat-gandakan apa yang sedikit; dan Ia menengadah ke langit seolah meminta berkat dari atas.

Sekarang Ia melakukan ini demi karya penyelamatan ilahi, demi kita. Karena Dialah yang memenuhi segala sesuatu, berkat dari atas dan dari Bapa.

Tetapi, agar kita dapat belajar bahwa ketika kita bertanggungjawab atas meja dan bersiap untuk memecah-pecahkan roti, kita harus mempersembahkan roti-roti itu kepada Tuhan dengan tangan terangkat dan menurunkankannya dengan berkat dari atas. Maka Ia menjadi awal mula, teladan dan cara kita hidup.” (Fragment 177)

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan ungkapan syukur atas berkat-Mu dan berilah semangat untuk memberi dengan tulus dan membagikan anugerah-Mu kepada sesama dengan penuh sukacita. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar mau ‘diberkati, dipecah-pecah dan dibagikan’ untuk Tuhan dan sesama? 

aspiciens in caelum benedixit et fregit et dedit discipulis panes – Matthaeum 14:19

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here