Lectio Divina 6.7.2024 – Selalu Segar dan Baru

0
33 views
Anggur baru di kantong baru, by Nicole Murray

Sabtu. Minggu Biasa XIII. Hari Sabtu Imam (H)

  • Am. 9:11-15
  • Mzm. 85:9.11-12.13-14
  • Mat. 9:14-17

Lectio

14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” 15 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?

Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. 16 Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.

17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”  

Meditatio-Exegese

Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh

Nubuat tentang berkat berlawanan dengan tuduhan-tuduhan pada Israel yang menjadi tema utama kitab ini. Ucapan-ucapan berkat dimulai dengan ungkapan ‘pada hari itu’ dan diikuti nubuat bernada positif yang mengungkapkan keselamatan bagi orang-orang benar.  

Dinubuatkan bahwa keruntuhan tidak hanya dialami oleh Kerajaan Utara, tetapi juga Yehuda di selatan. Tetapi, pondok Daud yang telah roboh akan didirikan kembali (Am. 9:11) di hadapan Edom dan segala bangsa (Am. 9:12).   

Umat yang telah pecah akan dipulihkan kembali. Ciri-ciri umat Israel yang baru dan pulih: tanah menjadi subur (Am. 9:13-14); orang yang dibuang pulang (Am. 9:14); dan mereka tidak akan dicabut lagi (Am. 9:15).

Nabi bernubuat akan suatu masa kesejahteraan yang pasti datang dan tidak pernah menyebutkan Mesias. Meski demikian, dalam Konsili Yerusalem Yakobus, saudara Tuhan, sadar akan warta keselamatan untuk seluruh bangsa.

Katanya, “Hai saudara-saudara, dengarkanlah aku: Simon telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya. Hal itu sesuai dengan ucapan-ucapan para nabi seperti yang tertulis:

Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui dari sejak semula.

Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah […]” (Kis 15:13-19).

Melalui pernyataan Yakobus, para Bapa Gereja menemukan kesinambungan antara Perjanjian Baru dan janji-janji yang terkandung dalam Perjanjian Lama.

Santo Irenaeus menulis bahwa para Rasul mewartakan, “Allah Bapa yang satu dan sama, dan Yesus Kristus yang bangkit dari mati, kepada mereka yang tidak percaya pada Anak Allah.

Mereka juga menyampaikan nubuat para nabi, bahwa Allah berjanji mengutus Yesus Kristus, yang mereka salibkan dan dibangkitkan Allah. […] Maka, mereka tidak mewartakan keberadaan Bapa yang lain.

Sebaliknya, mereka mewartakan Perjanjian Baru tentang pembebasan dari dosa kepada mereka yang kembali kepada Allah melalui kuasa Roh Kudus.” (Adversus Haereses, Book III, Chapter 12)

Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?

Puasa merupakan salah satu dari tiga keutamaan dalam agama Yahudi, selain memberi sedekah dan berdoa. Praktik puasa pun sudah berakar dalam tradisi agama itu selama berabad-abad. Yesus pun mengikuti tradisi berpuasa selama empat puluh hari (Mat. 4:2).

Namun, Ia tidak mewajibkan para murid-Nya berpuasa. Ia membebaskan mereka untuk berpuasa atau tidak. Murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi bertanya pada Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Yesus menyamakan puasa dengan duka cita. Ia sendiri mengidentifikasikan diri sebagai Mempelai Pria. Saat mempelai pria menjamu sahabat-sahabatnya dalam pesta perkawinan, mereka tidak harus berpuasa.

Ketika Yesus masih bersama para murid, itulah saat pesta itu berlangsung. Maka, mereka tidak berpuasa. Tetapi saat mempelai itu pergi, saat berpuasa tiba. Kepergian-Nya mengacu pada saat Ia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.

Ia paham dan merasakan apabila Ia tetap berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah, para penguasa terus mengincar kematian-Nya, sama seperti burung nazar mengincar bangkai (Mat. 24:28).

Aggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula

Santo Matius menyajikan dua ‘perumpamaan’ dengan makna serupa: secarik kain yang belum susut pada baju yang tua dan anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua. Bila menambal kain tua dengan secarik kain baru, saat dicuci, kain tua pasti terkoyak lebih lebar.

Bila mengisi anggur baru pada kantong kulit yang tua, wadah itu pasti robek dan anggur tumpah tak berguna. Sabda-Nya (Mat. 9:17), ”Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”, sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur.

Keyakinan yang dibela kaum Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis disamakan dengan secarik kain tua atau kantong kulit tua. Mentalitas mereka belum beranjak dari mentalitas mempertentangkan tradisi lama yang mereka anggap telah teruji dan tradisi baru yang belum tentu bermakna.

Yesus bersabda, “Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” (Mat. 13:52). Di samping tradisi rasuli, Gereja tidak mempertentangkan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama atau memilih salah satu Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama. Gereja memilih keduanya, karena keduanya adalah anugerah.

Tuhan menuntun untuk dengan bijaksana menggunakan keduanya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia tidak menghendaki para murid-Nya dengan hati panas hanya berpegang pada salah satu saja dan menentang pembaharuan yang dihembuskan Roh Kudus.

Gereja harus membaharui diri, Ecclesia semper reformanda. Tiap murid-Nya terbuka menerima anggur baru dari Roh Kudus. Dengan cara itu, Ia membaharui muka bumi, et renovabit faciem terrae.

Katekese

Tak perlu berpuasa saat Mempelai Laki-laki hadir. Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367:

“Orang Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis berpuasa; sedangkan para rasul tidak. Tetapi Yesus menjawab mereka dengan menunjukkan aspek rohani dan menunjuk pada murid Yohanes bahwa Ia adalah Sang Mempelai Laki-laki.

Yohanes mengajarkan bahwa seluruh harapan hidupnya terletak pada Kristus. Namun, sementara ia terus berkhotbah, para muridnya belum dapat diterima oleh Tuhan.

Hingga pada masa Yohanes, hukum dan para para nabi yang datang silih berganti, dan jika Hukum Taurat tidak segera berakhir, tak satu pun dari para muridnya akan menerima iman seperti dalam iman dalam Injil.

Kenyataan bahwa para murid Yesus tidak berpuasa selama Sang Mempelai bersama mereka melukiskan suka cita atas kehadiranNya dan sakramen roti yang suci, yang tidak diperlukan sementara Ia hadir, yakni, terus mengingat Kristus dalam jiwa.

Namun, seketika Ia pergi, Yesus berkata bahwa mereka akan berpuasa, karena siapa pun juga yang tidak percaya bahwa Kristus telah bangkit tidak akan pernah makan roti hidup. Melalui iman akan kebangkitan, sakramen roti sorgawi diterima. Barang siapa tidak bersama Kristus akan ditolak, karena mereka tanpa roti hidup.” (Commentary on Matthew 9.3).

Oratio-Missio

Tuhan, ajarlah aku untuk selalu mendengarkan sabda-Mu dan bantulah aku mewartakan sabda-Mu kepada sesama, agar mereka tidak kembali kepada kebodohan. Amin

  • Apa yang perlu kulakukan untuk selalu membaharui diri dan ambil bagian dalam memajukan komunitas imanku terdekat? 

 sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur – Matthaeum 9:17

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here