Lectio Divina 7.6.2024 – Lambung-Nya Ditikam dan Mengalir Air dan Darah

0
38 views
Lambung-Nya ditusuk tombak, by James Tissot, 1836–1902.

Jumat. Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus (P)              

  • Hos. 11:1.3-4.8c-9
  • Mzm. Tanggapan Yes.12:2-3.4bcd.5-6
  • Ef. 3:8-12.14-19
  • Yoh. 19:31-37

Lectio

31 Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -sebab Sabat itu adalah hari yang besar- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.

32 Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; 33  tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,

34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. 35 Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.

36 Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” 37 Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”

Meditatio-Exegese

Ia telah mati

Yesus dibunuh dan mati di salib pada ‘Hari Persiapan’, hari keenam dan merupakan hari persiapan Sabat Besar, atau Sabbath HaGadol, yang mendahului hari Raya Paskah. Penyaliban sama dengan penghukuman mati dengan hukum gantung, sehingga yang mati dikutuk (Ulangan 21:22-23).

Ia mati atas alasan pemberontakan dan di antara pemberontak yang disalib bersamanya. Kata benda λησται, lestai (Mat. 27:38), merujuk pada orang yang mengangkat senjata dan memberontak terhadap kekaisaran Romawi.

Yang ditangkap, diadili dan terbukti bersalah, pasti, dihukum mati dengan cara penyaliban. Alasan penghukuman terhadap Yesus sudah jelas, seperti ditulis Pontius Pilatus (Yoh 19:19), “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.”, Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum.

‘Hari Persiapan’ jatuh pada hari keenam minggu itu atau Jumat. Inilah hari ketika Allah menciptakan manusia (Kej. 1:26-31). Ia menderita hingga wafat di salib selama 6 jam, dari tiga hingga jam sembilan atau 09:00-15:00: Mrk. 15:25, 34-36).

Ia menderita dan wafat untuk manusia dan seluruh dosa yang diperbuatnya pada hari keenam minggu itu (Mat. 27:62; Mrk 15:42; Luk. 23:54-56). Pada petang itu, sebelum hari berganti menjadi Sabat, jenazah semua jenazah harus sudah diturunkan dari tiang salib dan dimakamkan. 

Untuk menjamin kekudusan hari Sabat, para pemimpin agama Yahudi meminta Pilatus memastikan kematian para penjahat yang dihukum mati. Pemastian kematian dilakukan dengan pematahan kaki. Maka, penyaliban di kekaisaran Romawi juga dikenal sebagai “pematahan kaki” (Cicero, Philippicae XIII.12).

Jenazah dikubur sebelum matahari terbenam (Ul. 21:23) dan dilakukan dengan cepat, paling lambat 24 jam setelah kematian, karena iklim panas. Pembiaran jenazah di tiang gantungan atau salib tidak hanya menyebabkan kerusakan dan dimangsa hewan serta melecehkan martabat manusia; tetapi juga menjadikan tanah najis (bdk. Ul. 21:22-23)..

Seorang di antara pemuka agama Yahudi yang menghadap Pilatus, Yusuf, orang Arimatea, meminta mayat Yesus kepada Pilatus untuk dikuburkan dalam “kuburnya yang baru” (Matius 27:60). Kubur yang belum terpakai itu milik seorang kaya.

Ia mati di antara penjahat, tetapi dikuburkan sebagai orang kaya dengan penuh martabat. Dengan demikian menggenapi nubuat nabi Yesaya 53:9.

Mereka tidak mematahkan kaki-Nya

Para prajurit Romawi mendapati bahwa dua orang pemberontak yang disalib bersama Yesus belum mati. Mereka harus memastikan kematian para terpidana dengan mematahkan kaki.

Pematahan membuat tubuh tertarik ke bawah secara tiba-tiba dan menyebabkan tercekik. Cekikan pada organ pernafasan membuat pasokan oksigen dalam darah berhenti dan karbondioksida tidak terbuang. Maka, kematian datang.

Tetapi, saat serdadu Romawi menghadapi Yesus, ternyata Ia sudah wafat. Mereka tidak bisa membunuh Yesus. Dan kematian-Nya membuka jalan bagi tiap pribadi untuk menjumpai Bapa-Nya dan mengikuti-Nya.

Peristiwa kematian-Nya menyingkapkan bahwa tak seorang pun memiliki kuasa mengambil nyawa-Nya, karena Ia memberikan hidup dari Diri-Nya sendiri. Sabda-Nya, “Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.” (Yoh. 10:18).

Seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air

Mereka tahu kalau Yesus sudah mati. Tetapi tindakan penikaman lambung-Nya menunjukkan sikap permusuhan terhadap-Nya terus dipupuk, bahkan hingga kematian-Nya.  

Seperti para pemimpin agama Yahudi, mereka hendak melenyapkan Yesus dari kenangan sejarah manusia. Tulisan Pontius Pilatus di atas kayu salib menunjukkan alasan penghukuman mati. Yesus disetarakan dengan pemberontak yang melawan kekaisaran Romawi.  

Maka, bagi pasukan Romawi, Yesus tidak bermakna. Ia layak mendapat perlakuan yang paling rendah sekali pun, termasuk pemastian kematian-Nya dengan penusukan tombak.  

Tanpa terdengar jeritan kesakitan, prajurit itu menusukkan tombak secara melintang dari lambung-Nya hingga menembus jantung dan organ penting lain di dada. Dari luka tusuk di lambung-Nya mengalirkan air dan darah. Dilukiskan (Yoh. 19:34), “Dan segera mengalir keluar darah dan air.”, et continuo exivit sanguis et aqua.

Namun, bagi para saksi iman, terutama penulis Injil, kematian-Nya memegang peran peting dan bermakna. Darah dan air yang mengalir dari lambung-Nya melambangkan kematian-Nya, yang Ia terima dengan rela untuk menyelamatkan dan menebus  manusia (Mat. 20:28).

Kematian-Nya menyingkapkan dan membuktikan kemuliaan dan kasih hingga pada kesudahan (bdk. Yoh. 1:14; 13:1). Melalui kematian-Nya, Yesus tidak hanya memberikan seluruh hidup Sang Gembala untuk kawanan domba-Nya (Yoh. 10:11), tetapi juga juga kepada seluruh sahabat-Nya (Yoh. 15:13).

Air dan darah yang keluar dari lambung-Nya melambangkan sakramen yang menghidupi Gereja, seperti direfleksikan Santo Augustinus, Uskup Hippo, “Dari lambung-Nya terbuka lebar pintu kehidupan, yang menjadi sumber aliran sakramen-sakramen Gereja. Tanpa sakramen-sakramen yang mengalir dari-Nya kita tidak mungkin masuk ke dalam hidup, yakni hidup sejati. […]

Kini Adam kedua dengan kepala tertunduk tidur di puncak salib. Kemudian isteri dibentuk dari-Nya, mengalir dari lambung-Nya saat Ia tidur.

O kematian, melaluimu manusia fana mendapatkan kembali hidupnya. Betapa Darah ini lebih murni dari segala darah dan tiada luka yang lebih menyembuhkan dari luka-Nya.” (In Ioann. Evang., 120, 2).

Air dan darah bersaksi tentang kasih-Nya yang yang dicurahkan tanpa batas. Air dan darah menggenapi pralambang air dan anggur di perjamuan kawin di Kana (Yoh. 2:1-11): waktunya telah tiba bagi Yesus untuk mencurahkan anggur kasih-Nya.

Kasih-Nya menjadi penggenapan atas nubuat untuk memandang Sumber Keselamatan. Melalui Nabi Zakharia, Allah bersabda (Za. 12:10), “Mereka akan memandang kepadaku yang telah mereka tikam.” et aspicient ad me, quem confixerunt.

Nabi Zakharia, yang berkarya lebih dari 400 tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus, bernubuat tentang Mesias yang akan menjadi sumber keselamatan manusia. Ia menulis, “Pada waktu itu akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran.” (Za. 13:1). 

Selanjutnya, ketika digantung di salib, Ia memenuhi hukum tertinggi yang disingkapkan-Nya (Yoh. 13:34), ”Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”, sicut dilexi vos, ut et vos diligatis invicem.

Kasih-Nya selalu dicurahkan ke dalam setiap hati oleh Roh-Nya, Roh Kudus. Kasih itu mengubah tiap hati sehingga mampu saling mengasihi dan berkembang menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).

Kesaksian ini dan kesaksiannya benar 

Adegan kematian Yesus di salib, seperti ditulis Penulis Injil, selalu mengundang tiap pribadi untuk merenungkan dan percaya akan bukti kasih Yesus. Inilah penyingkapan kasih-Nya yang terakhir  dan menjadi landasan iman para murid di masa depan.

Undangan untuk mengimani Yesus diungkapkan dengan ajakan kepada penerima pewartaannya sebagai kamu dalam bentuk jamak atau kalian.

Penginjil mengundang (Yoh. 19:35), “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.”, Et qui vidit, testimonium perhibuit, et verum est eius testimonium, et ille scit quia vera dicit, ut et vos credatis.

Katekese

Allah menganugerahkan apa yang paling berharga untuk kita. Bapa Isaak dari Nineveh, petapa Siria, guru dan uskup, 613-700:

“Segalanya diciptakan Allah, Tuhan atas segala. Ia begitu mengasihi seluruh ciptaan-Nya dan menyerahkan Anak-Nya hingga wafat di salib. Karena Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal bagi dunia.

Bukan karena Ia tidak mempu menyelamatkan kita dengan cara yang berbeda, tetapi inilah cara yang mungkin untuk menunjukkan pada kita bahwa kasih-Nya dilimpahkan secara melimpah ruah.

Kasih itu adalah Ia menarik kita menjadi dekat dengan-Nya melalui kematian Anak-Nya. Jika Ia memiliki apa pun yang sangat Ia kasihi, Ia akan memberikannya pada kita, agar melalui milik-Nya seluruh manusia menjadi milik-Nya kembali.

Dan di luar kasih-Nya yang agung, Ia tidak pernah memilih cara untuk memaksa agar kita bebas memilih-Nya, walau Ia mampu melakukannya.

Tetapi tujuan-Nya adalah bahwa kita harus datang mendekati-Nya dengan seluruh kasih yang meluap dari jiwa kita. Dan Tuhan kita taat pada Bapa-Nya karena kasih-Nya pada kita.” (Ascetical Homily 74.28)

Oratio-Missio

Tuhan, kobarkanlah kasih-Mu dalam hatiku, agar aku makin mengasihi-Mu dan melayani sesamaku dengan murah hati. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk tekun mengimani dan mewartakan kasih dan pengurbanan salib-Nya?

sed unus militum lancea latus eius aperuit, et continuo exivit sanguis et aqua – Ioannem 19:34

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here