Lectio Divina 7.7.2024 – Mengapa Tidak Percaya pada-Nya?

0
40 views
Yesus ditolak,1190-1200. The Hague, KB, 76 F 5 fol. 16r sc. 1B.

Minggu. Minggu Biasa XIV, Hari Biasa (H)

  • Yeh. 2:2-5
  • Mzm. 123:1-2a.2bcd.3-4
  • 2Kor. 12:7-10
  • Mrk. 6:1-6

Lectio

1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.

2  Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?

3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

4 Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. 6 Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Meditatio-Exegese

Mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka

Nabi Daniel dan Yehezkhiel dipanggil sebagai nabi Allah untuk melayani umat-Nya di luar tanah suci. Mereka dipanggil tidak di Israel, tetapi di pembuangan Babilon.

Balatentara Babilon menyeret Daniel dan seluruh anggota keluarga Kerajaan Selataan, Yehuda, pada tahun 605 sebelum Masehi. Mereka dibuang sebagai tanda takluk pada sang pemenang. 

Gelombang pembuangan lain datang ke Babilon tahun 597 setelah pembeberontakan Yoyakhin ditumpas Nebukadnezar. Lebih dari sepuluh ribu keluarga kerajaan dibuang ke Babilon dan yang ditinggalkan adalah mereka yang dianggap lemah.

Yehezkhiel menjadi salah satu kaum buangan dan ditempatkan di Tel Abib, di tepi Sungai Kebar di Babilon. Dari tempat ini pula ia dipanggil sebagai nabi pada tahun kelima pembuangannya, 593 (2Raj. 24:6-16; Yeh. 1:1, 4; 3:15).

Yehezkhiel melayani Allah sebagai nabi-Nya selama 22 tahun di pembuangan. Ia menerima panggilan untuk berbubuat terakhir pada bulan Maret-April 571 (Yeh. 29:17). Sebuah makam di di al Kilf, dekat Hilla di Irak, diyakini sebagai makamnya.

Nabi Yehezkhiel melaksanakan tugas perutusan sebaga nabi Allah setelah ia mengalami penglihatan bahwa Allah mengangkatnya sebagai nabi (Yeh. 1:4-2:8a). Saat memandang penyingkapan diri Allah di tepi Sungai Kebar, tatapan mata nabi menghujam dalam ke tanah.

Saat itulah tiga peristiwa terjadi dalam sekejab. Allah berbicara pada-Nya. Roh Allah memasuki dirinya, dan ia ditegakkan-Nya (Yeh. 2:2). Panggilan untuk melayani Allah menuntut hamba yang taat, diurapi oleh Roh Tuhan dan selalu bersedia mendengarkan dan melaksanakan perintah-Nya.

Allah menyapa Yehezkhiel dengan memanggil sebagai anak manusia, makhluk yang mengalami kematian. Ia kemudian mengutus Yehezkhiel untuk berbicara atas nama-Nya kepada orang Israel di pengasingan.

Hanya orang-orang yang dilayani Nabi Yehezkhiel dipandang sebagai bangsa yang suka memberontak, keras kepala dan tegar hati. Bangsa yang dimaksud Allah sebenarnya hanya dua suku selatan: Yehuda dan Banyamin, tetapi mereka dianggap mewakiliki seluruh suku Israel yang ada sebagai satu kesatuan bangsa.

Bangsa Asyur telah menghancurkan dan meluluh lantakkan persatuan sepuluh suku di Kerajaan Utara dan membuang mereka lebih seabad sebelumnya, 722 sebelum Masehi. Kesepuluh suku yang hilang telah kehilangan identitas mereka karena telah bercampur dengan pelbagai bagai macam bangsa lain.

Bangsa pemberontak melukiskan bahwa bangsa Israel tidak pernah setia dan menolak persekutuan dan relasi mesra dengan Allah seperti ditetapkan dalam Perjanjian Sinai (Kel. 24:3.7). Ungkapan ‘keras kepala’ melukiskan sikap batin yang tegar, karena selalu tidak mau taat.

Allah memang melukiskan karakter buruk bangsa yang dilayani Nabi Yehezkhiel. Ia rupanya tidak mengharapkan tanggapan positif. Akan tetapi, walau mereka menolak atau melawan nabi-Nya, Allah tetap menyertai mereka. Ia tidak pernah meninggalkan umat-Nya, terus menyertai umat-Nya melalui nabi-Nya.

Nabi Yehezkhiel tidak pernah melawan suara Allah. Ia tidak pernah menolak atau mengeluh pada Allah bila mengalami kesulitan, seperti Nabi Yesaya dan Yeremia.

Ia selalu berjuang keras dan gagah berani bertindak sekalipun umat tidak mau mendengarkan suara Allah (bdk. Yeh. 2:6-7; 3:11). Tentang Nabi Yehezkhiel, Santo Augustinus dari Hippo menulis, “Nabi yang sejati adalah mereka yang berbicara tentang sabda Allah pada manusia yang tidak dapat atau tidak mau mendengarkan Allah sendiri.” (Quaestiones in Heptateuchum, 2, 17).

Yesus tiba di tempat asal-Nya

Yesus pulang ke tempat Ia dibesarkan, Nazaret. Nazaret memang menjadi kapung halamannya, εις την πατριδα αυτου, eis ten patrida autou, in patriam suam (Vulgata).

Mungkin Ia berangkat dari Kapernaum, yang berjarak kurang lebih 47,9 km. Atau dari daerah pesisir Danau Galilea, yang berjarak 24 km. Nazaret tidak pernah sekali pun disebut dalam Perjanjian Lama, sehingga desa itu dianggap tidak penting (bdk. Yoh. 1:45-46).  

Sebagai penganut agama yang taat, Yesus memelihara dan merayakan hari Sabat sesuai dengan ketentuan Hukum Taurat. Maka Ia pergi ke sinagoga untuk merayakan Sabat bersama dengan komunitas iman yang membesarkan-Nya (bdk. Kel. 20:8-11; 31:12-17; 34:21; 35:1-3; Ul. 6:12-15; Luk. 4:16).

Ibadat korban bakaran dilaksanakan di Bait Allah di Yerusalem. Sedangakan bagi penganut agama Yahudi yang tinggal jauh dari Bait Allah harus berkumpul di sinagoga untuk membaca, merenungkan dan mendengarkan pengajaran Kitab Suci.

Kepala rumah ibadat, seperti Yairus (Mrk. 5:22), biasanya berwenang memilih laki-laki dewasa yang dianggap layak untuk membaca dan menerangkan makna Kitab Suci. Yesus diundang untuk membaca dan menguraikan makna sabda BapaNya.

Maka Ia menggunakan kesepatan itu untuk mengajar tentang Kabar Suka Cita (Mrk. 6:2). Tidak seperti Santo Lukas yang mencatat bahwa Yesus mengajar tentang dipenuhi-Nya nubuat Nabi Yesaya (Yes 61:1-2; Luk 4:16-21), Santo Markus hanya mencatat kisah tentang tanggapan buruk oleh seluruh umat di tempat ibadat itu.

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?

Melalui pengajaranNya Yesus membuat para tetanggaNya takjub, εξεπλησσοντο, exeplessonto, sama seperti orang yang hadir di sinagoga Kapernaum (Mrk. 6:2; Mrk. 1:22). Berbeda dengan orang Kapernaum yang menerima-Nya dengan senang hati, orang Nazaret mulai menunjukkan penolakan.

Orang-orang Nazaret mulai menolak fakta bahwa Yesus membawa Kabar Suka Cita seperti terjadi di Kapernaum dan wilayah sekitarnya. Dalam kemarahan, mereka lupa akan nubuat Kitab Suci dan para nabi tentang Mesias.

Mereka tidak mengingat bahwa janji keselamatan sudah datang. Mereka justru melecehkan Yesus, karena dianggap tidak memiliki wewenang untuk mengajar.

Mereka mengungkapkan kemarahan, “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?” (Mrk. 6:2).

Terlebih, mereka melecehkan Yesus dengan ungkapan (Mrk. 6:3), “Bukankan Ia ini tukang kayu?” Nonne iste est faber.

Santo Markus menggunakan kata, τεκτων, tekton, orang yang terampil mengolah kayu, batu dan logam.  Ungkapan ini bermakna bahwa Ia hanya orang biasa seperti mereka. Kalaupun Ia mendapat nama di wilayah Kapernaum dan Galilea serta daerah yang berbatasan dengan bangsa asing, ketenaran-Nya akan mengancam mereka.

Mungkin mereka termakan pernyataan bohong para ahli Taurat dari Yerusalem, yang menyatakan Yesus kerasukan raja setan, Beelzebul (Mrk. 3:22). Terlebih, akhirnya, keluarga-Nya sendiri menganggap dan, kemudian menyimpulkan bahwa Ia sudah gila (Mrk. 3:21).

Yesus sendiri heran mengapa orang yang sekampung dengan-Nya tidak percaya pada-Nya. Tindakan mereka melecehkan Yesus tidak berhenti di situ. Mereka mengungkit status Yesus sebagai anak Maria.

Lazimnya Yesus disebut sebagai anak Yusuf. Ia disebut demikian karena status Maria sebagai janda Yusuf, yang menurut tradisi, telah meninggal beberapa tahun sebelum Yesus tampil di muka publik.

Seluruh perendahan dan kegagalan di Nazaret bertolak belakang dengan sambutan meriah di Kapernaum dan wilayah lain di sekitar Galilea.

Mengutip pepatah kuna dari tradisi bangsa-Nya, Ia mengungkapkan kekecewaan-Nya (Mrk. 6:4), “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”, Non est propheta sine honore nisi in patria sua et in cognatione sua et in domo sua.

Yesus seolah mengantisipasi apa yang akan terjadi kelak, tiga tahun setelah peristiwa penolakan ini. Ia akan ditolak oleh bangsaNya sendiri, disiksa, disalib; tetapi Ia bangkit mulia pada hari ketiga.

Dan Yesus sendiri heran atas penolak bahwa Allah beserta mereka. Santo Markus menulis (Mrk. 6:6), “Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.”, et mirabatur propter incredulitatem eorum.

Katekese

Membedakan kuasa Allah dan iman kita. Origenes dari Alexandria, Bapa Gereja, 185-254:

“Dan barangkali, seperti ditemukan dalam benda metalik  terdapat unsur alami yang saling tarik-menarik, seperti magnet terhadap besi, dan nafta terhadap api, demikian pula terdapat daya tarik dari iman terhadap kuasa ilahi.

Yesus bersabda, “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat. 17:20).

Santo Matius dan Markus hendak menghadirkan nilai adi koderati dari kuasa ilahi sebaga kuasa yang bekerja, bahkan dalam diri mereka yang tidak memiliki iman. Tetapi mereka tidak menyangkal bahwa rahmat berkarya jauh lebih kuatdi antara mereka yang tidak memiliki iman.

Maka, jelaslah bagi saya bahwa dengan tepat mereka berkata tidak bahwa Tuhan tidak melakukan karya apa pun yang luar biasa, karena ketidakpercayaan mereka, tetapi bahwa Ia melakukan tidak banyak hal di sana (Mrk. 6:5). 

Santo Markus tidak secara jelas mengatakan bahwa Ia tidak dapat melakukan karya yang ajaib di sana; dan pada saat tertentu berhenti berkarya.

Santo Markus justru menambahkan, “kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.” (Mrk. 6:5). Maka kuasa yang ada di dalam Dia mengatasi segala, bahkan ketidak-percayaan mereka.” (Commentary On Matthew 10.19)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah kepenuhan harapanku. Anugerahilah aku Roh KudusMu, Sang Pembawa kebenaran, kemerdekaan dan hidup yang melimpah. Nyalakanlah dalam hati, agar aku lebih menyukai kasih dan kebenaran. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar ketika Yesus singgah di hatiku, Ia menemukan iman dalam komunitasku dan diriku?

et mirabatur propter incredulitatem eorum – Marcum 6:6

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here