Senin. Minggu Biasa XIV, Hari Biasa (H)
- Hos. 2:13.14b-15.18-19
- Mzm. 145:2-3.4-5.6-7.8-9
- Mat. 9:18-26
Lectio
18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.”
19 Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.
21 Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” 22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
23 Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, 24 berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia.
25 Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 26 Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Meditatio-Exegese
Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau
Banyak orang berjuang tak kenal lelah dan putus asa untuk meminta pertolongan Yesus. Mereka tidak peduli akan kesulitan yang menghadang. Santo Matius mengisahkan perjuangan mereka.
Mengalami sakit pendarahan dalam jangka waktu yang lama, 12 tahun, membuat seolah harapan untuk sembuh hilang. Selama kurun waktu itu, perempuan tua itu mengalami pengucilan, karena ia dinyatakan najis dan orang yang bersentuhan dengannya juga dinyatakan najis (bdk. Im. 15:19.25).
Ketika melihat Yesus, iman dan harapannya menyala. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Mengetahui iman, harapan dan kasih perempuan itu, Yesus menyalakan harapan, “Teguhkanlah hatimu.”
Ungkapan, “Hai anak-Ku”, menyingkapkan Yesus merengkuh mereka yang dianggap najis dan disingkirkan oleh komunitas. Ia mencari, menemukan dan membawa pulang ke kandang tiap domba yang hilang.
Terlebih, Yesus menyalakan dan memulihkan iman perempuan yang sakit itu. Padanya Ia menyingkapkan wajah Allah yang berbelas kasih, Misericordiae Vultus.
Ia bersabda (Mat. 9:22) , “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.”, Confide, filia; fides tua te salvam fecit.
Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur
Yesus mengabaikan keraguan dan tertawaan orang banyak. Mereka tertawa karena tahu bagaimana membedakan orang mati dan orang tidur.
Abraham dan Sara juga tertawa atas rencana Allah yang ditujukan padanya, karena Allah tak mungkin melakukan hal yang tak masuk akal (lih. Kej. 17:17; 18:12-14; Luk. 1:27).
Terlebih, kematian sering kali menghambat orang untuk melewati ambang batas keraguan dan tetap berpegang pada iman yang sejati dan menjadikan orang najis (Im. 21:11). Tetapi Ia bersabda, “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.”, Recedite; non est enim mortua puella, sed dormit.
Melihat kepercayaan ayah gadis itu yang tidak mempedulikan pandangan orang tentang dirinya, Yesus masuk ke rumah pemimpin sinagoga Kapernaum. Memegang tangan anak itu. Dan bangkitlah anak itu.
Orang mengimani Yesus sebagai Tuhan atas kehidupan dan Ia mengatasi maut, kematian. Santo Markus menambahkan (Mrk. 5:41), “Talita kúm!”, “Hai anakKu, Aku berkata kepadamu, bangunlah.”
Katekese
Anakku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Maka, apa yang dilakukan Mesias? Ia tidak membiarkan perempuan itu pergi dengan tangan kosong dan membiarkan dia menjadi pusat perhatian orang banyak dan membuatnya kembali bergaul dengan orang banyak. Ia memiliki banyak alasan untuk melaksanakan karya ini.
Beberapa orang mengira ‘Ia melakukan hanya karena suka akan pujian – sebaliknya, mengapa ia tidak membiarkannya tetap tersembunyi?’ tetapi apapun yang mereka kemukakan siapa yang mengatakan ini?
Bahwa Ia harus membuatnya diam, bahwa Ia harus mengabaikan kebutuhannya, dan mengabaikan banyak mukjizat, semua karena Ia suka dengan pujian? Betapa sesat pikiran ini, karena diilhami oleh penyesat yang paling hina.
“Maka apa maksud-Nya menjumpai perempuan itu?
- Pertama, Yesus ingin mengakhiri ketakutannya. Ia tidak menghendaki ia terus terperangkap dalam ketakutan. Ia memberi kebebasan dalam lubuk hatinya agar tidak mengganggu, seolah-olah ia telah mencuri sekeping hadiah.
- Kedua, Ia mengoreksi pandangannya bahwa ia tidak memiliki hak untuk tampil.
- Ketiga, Ia menjadikan iman yang dihayatinya disaksikan orang banyak. Ia mendorong orang lain untuk meneladan kepercayaannya.
- Keempat, kuasaNya menghentikan sumber pendarahan merupakan tanda lain akan kuasaNya atas seluruh ciptaan. Dan terakhir, apakah engkau ingat pemimpin sinagoga itu?
Ia sekarang menghadapi titik nadir keputus-asaan, bahkan hidupnya terancam hancur. Secara tidak langsung Yesus mengingatkannya akan apa yang Ia sabdakan pada perempuan itu.” (The Gospel Of Matthew, Homily 31.2)
Oratio-Missio
Tuhan, lindungilah aku dan teguhkan imanku pada-Mu, terutama di saat-saat sulit. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk tidak meragukan Yesus?
Confide, filia; fides tua te salvam fecit – Matthaeum 9:22