Lectio Divina 8.8.2024 – Gereja Didirikan di Atas Batu Karang

0
44 views
Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, by Vatican News

Kamis. Minggu Biasa XVIII. Perayaan Wajib Santo Dominikus (P)

  • Yer 31:31-34
  • Mzm 51:12-13.14-15.18-19
  • Mt 16:13-23

Lectio

13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 14 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” 16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” 17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.

18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias. 21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan Ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Meditatio-Exegese

Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi

Meninggalkan wilayah Galilea, Yesus dan para murid-Nya sampai di wilayah Kaisarea Filipi. Kota ini bukan kota yang megah, hanya kota kecil.

Kaisarea dibangun Herodes Agung di dekat Laut Mediterania. Setelah Herodes Agung meninggal dunia kota ini dibangun kembali anaknya, Filipus.

Filipus memberi nama kota yang dibangunnya kembali dengan menggabungkan nama kaisar Romawi dan dirinya sendiri: Kaisar Tiberius dan Filipus. Kota ini terletak di utara Danau Galilea dan dekat dengan punggung pegunungan Hermon.

Nama asli kota ini adalah Paneas, yang dipersembahkan kepada Dewa Pan, salah satu dewa Yunani dan sekarang dikenal sebagai Kato Banias.

Mayoritas penduduk yang menghuni wilayah Kaisarea Filipi berasal dari bangsa bukan Yahudi, bahkan, kebanyakan dari mereka berasal dari Romawi. Maka, penyingkapan dan pewartaan identitas Yesus menjadi hal yang tak terduga dan tepat.

Wilayah bangsa bukan Yahudi menjadi penanda bahwa Yesus bukan hanya berkarya untuk bangsa-Nya sendiri, tetapi juga bagi dunia semesta. Ia meneruskan karya yang dipicu ungkapan iman perempuan Kanaan, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Mat. 15:27).

Ia memenuhi nubuat Nabi Yesaya, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” (Mat. 4:15-16; bdk. Yes. 8:23-9:1).

Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?

Kesatuan jemaat pada dua dasa warsa akhir abad pertama rupanya terancam. Memang, komunitas-komunitas Kristiani saat itu memiliki ikatan erat dengan para bapa pendiri mereka. Jemaat Antiokhia Siria mengakui wibawa Petrus. Wilayah lain mengakui wibawa Yohanes Penginjil. Dan wilayah Yunani Paulus.

Ikatan ini tidak hanya membantu dalam mengembangkan identitas dan spiritualitas jemaat. Tetapi di sisi lain, mengancam kesatuan iman.

Santo Paulus mengecam sisi buruk ini, “Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan… tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.” (1Kor. 1:11-12).

Dialog Yesus dengan para murid di daerah asing berfokus pada siapakah yang menjadi landasan persatuan jemaat. Seluruh jemaat disatukan oleh iman akan Kristus, Yang Diurapi, Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 13:16).

Pengakuan iman Petrus bukan hal baru. Ia telah menyatakan sebelumnya (bdk.Mat 14:33). Ungkapan iman yang sama diucapkan juga oleh Marta, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh. 11:27).

Pengakuan iman ini ditanggapi Yesus, “Berbahagialah engkau.” (Mat. 16:17), yang juga bukan sebuah tanggapan baru.

Sebelumnya, Ia memuji karena pengakuan itu keluar dari mulut orang sederhana (Mat. 11:25-27) dan karena para murid percaya setelah melihat dan mendengar pengakuan baru itu, yang belum penah sekalipun diketahui atau didengar oleh banyak orang sebelum mereka (bdk. Mat. 13:16-17).

Engkau adalah Petrus

Petrus menjadi pondasi Gereja yang kokoh dan kuat. Yesus berkata pada Petrus (Mat. 16:18), “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”; Tu es Petrus, et super hanc petram aedificabo Ecclesiam meam.

Dalam tradisi para Rasuli dan Kitab Suci, kata ecclesia, baik dalam bahasa Yunani dan Latin, merupakan padanan dari kata Ibrani qahal: umat Allah. Karena Gereja didirikan dan berpusat pada Yesus Kristus, alam maut pun tidak mampu menggoncangkannya.

Jemaat yang dalam pengejaran dan kesulitan pun akan mampu menemukan landasan kesatuan iman yang kokoh pada Petrus. Nabi Yesaya menubuatkan, “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari Tuhan.

Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia.” (Yes. 51:1-2).

Di atas landasan Petrus dan diteruskan oleh pengganti-penggantinya, dimulailah Jemaat Baru. Masing-masing dihimpun karena iman akan Kristus, Yesus.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga

Kunci melambangkan kuasa untuk mengikat dan melepaskan. Petrus diberi dan menerima kunci Kerajaan Surga; selanjutnya juga diberikan kepada jemaat (Mat 18:18) dan kepada murid yang lain (Yoh 20:23).

Salah satu butir pesan penting dalam Injil Matius adalah desakan untuk segera menjalin pendamaian, rekonsiliasi, dan pengampunan. Hal ini menjadi salah satu tugas penting yang harus dijalankan para pemuka jemaat dalam jemaat yang dibina Santo Matius.

Meneladan Petrus, mereka harus mengikat dan melepaskan, yakni: melakukan segala upaya untuk membangun jemaat dengan cara mengedepankan pendamaian, rekonsiliasi dan saling menerima sesama anggota jemaat.

Dengan cara ini persaudaraan sehati-sejiwa, cor unum et anima una, dibangun, bahkan pada saat-saat sulit yang dialami, seperti pada saat persekusi, pengejaran, penganiayaan dan, bahkan, pembunuhan (Mat. 18:22)

Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan

Saat Yesus bersabda bahwa Ia harus pergi ke pusat Agama Yahudi, Yerusalem dan mengalami perlakukan buruk, termasuk di bunuh, tetapi pada hari ketiga dibangitkan, Ia menyingkapkan bahwa Ia harus memenuhi nubuat para nabi.

Yesus menuruti tradisi Kitab Suci bahwa jalan untuk menyelamatkan manusia adalah melalui jalan Hamba Yahwe yang menderita seperti Nubuat Nabi Yesaya. Maka, jalan yang harus ditempuh oleh Sang Mesias bukan hanya jalan kemuliaan dan keagungan, tetapi juga jalan penderitaan dan, bahkan, jalan salib, via crucis.

Jika Petrus menerima Yesus sebagai Sang Mesia dan Anak Allah, ia harus menerima-Nya sebagai Hamba Yahwe yang menerita dan dibunuh. Petrus tidak mau menerima koreksi Yesus atas pemikirannya yang keliru dan menegur-Nya dengan keras, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Mat. 16:22).

Tanggapan Yesus atas penolakan Petrus mencengangkan. Petrus mengusahakan pelbagai cara untuk membelokkan arah dan tujuan Yesus ke Yerusalem.

Maka, Yesus dengan keras menegurnya (Mat. 16:23), “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”, Vade post me, Satana. Scandalum es mihi, quia non sapis ea, quae Dei sunt, sed ea, quae hominum.

Petrus dan semua murid-Nya seharusnya mengikuti Yesus, bukan yang lain. Ia adalah Jalan yang mengarahkan kepada Bapa (bdk. Yoh. 14:6). Setan adalah pribadi yang membelokkan manusia dari jalan yang dilalui Yesus.

Sekali lagi, Santo Matius memperlawanan kata πετρα, petra, dengan σκανδαλον, skandalon: batu karang berlawanan dengan batu sandungan. Pada saat yang sama, Petrus menjadi batu karang dan batu sandungan.

Jemaat yang dibina Santo Matius mengalami situasi yang semacam ini: batu karang pasti menopang iman; sedangkan, batu sandungan selalu menghalangi tumbuh kembang iman. Tetapi, tiap anggota jemaat harus memikirkan apa yang dipikirkan Allah.

Katekese

Petrus: karang, batu dan kerikil. Paus Fransiskus, 136 – sekarang:

Petrus adalah karang, batu, dan, bahkan, cuma kerikil, yang sering muncul karena kecilnya. Kadang-kadang ia tidak mengerti apa yang Yesus lakukan (Mrk. 8:32-33; Yoh. 13:6-9).

Ketika dihadapkan pada penangkapan Yesus, Petrus membiarkan rasa takut menguasai dirinya dan menyangkal Yesus, kemudian bertobat dan menangis penuh kesedihan (Luk. 22:54-62). Terlebih, ia kehilangan keberanian untuk berdiri di bawah salib. Ia mengurung dirinya bersama para murid lain di Ruang Atas karena takut ditangkap (Yoh. 20:19).

Di Antiokhia, ia merasa malu berada bersama orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat. Saat itu, Paulus menegur dan memintanya untuk konsisten menerima orang yang tidak bersunat (Gal 2:11-14). Akhirnya, menurut tradisi Quo vadis, ia mencoba melarikan diri ketika dihadapkan pada kemartiran. Namun setelah bertemu Yesus di jalan, ia menemukan kembali keberanian untuk kembali kepada-Nya.

Ini semua ada pada Petrus: kekuatan karang, keandalan batu, dan kecilnya kerikil. Ia bukan manusia super – ia adalah manusia biasa, seperti kita semua, yang dengan murah hati mengatakan “ya” kepada Yesus dalam ketidaksempurnaan.

Namun justru seperti inilah, seperti yang terjadi pada Paulus dan semua orang kudus,  keyakinan kita bahwa Allah membuat Petrus kuat dengan kasih karunia-Nya. Ia mempersatukan kita dengan kasih-Nya, dan mengampuni kita dengan rahmat-Nya.

Dan dengan kemanusiaan sejati inilah Roh Kudus membentuk Gereja. Petrus dan Paulus adalah orang-orang yang nyata. Dan saat ini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan orang-orang yang nyata.” (Angelus, Lapangan Santo Petrus, Kamis, 29 Juni 2023).

Oratio-Missio

Tuhan, aku mengaku dan percaya bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku, yang diutus untuk membebaskan aku dari dosa dan tipu mulihat iblis. Buatlah imanku kuat seperti iman Santo Petrus dan Paulus, serta berilah aku keberanian untuk bersaksi tentangMu di hadapan sesama, agar mereka mengenalMu sebagai Tuhan dan Juruselamat. Amin.      

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya mejadi batu karang yang menopang tumbuh kembangnya iman?

Tu es Petrus et super hanc petram aedificabo ecclesiam meam – Matthaeum 16:18 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here