Lectio Divina, 9.06.2020 – Garam dan Terang

0
879 views
Menjadi terang dan garam by ist

Selasa (H)     

  • 1Raj. 17:7-16
  • Mzm. 4:2-3,4-5,7-8
  • Mat. 5:13-16

Lectio

13  “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14  Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15  Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16  Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Meditatio-Exegese

Garam

Tiap rumah tangga sejak jaman kuna, kaya dan miskin, pasti menyimpan garam di rumah. Garam digunakan untuk membumbui masakan supaya sedap dan enak. Garam mempunyai banyak kegunaan. Pengawet, sama seperti jaman sekarang, garam digunakan untuk mengawetkan makanan sebelum kulkas ditemukan. Ikan asin, misalnya, menjadi makanan pokok pada jaman Kekaisaran Romawi.

Kesehatan, orang-orang pada kuna mnaburkan sejumput garam pada makanan, selain untuk menyedapkan, juga percaya garam itu akan menjaga kesehatan mereka.

Pemurni, garam yang dikandung air laut berfungsi  untuk memurnikan dan membersihkan, dan sistem pemurnian air juga masih menggunakan garam sebagai sarana penjernihan.

Penyubur, petani jaman kuna menggunakan garam untuk menyuburkan tanaman, semacam pupuk. Maka, garam yang sudah kehilangan keasinannya pasti sangat jelek kualitasnya, karena tidak mampu lagi menjadi pemicu kesuburan. Garam yang diambil dari Laut Mati, misalnya, yang akan terasa asin sebentar dan tidak mampu menyuburkan, hanya akan dibuang dan diinjak-injak.

Santo Matius menggunakan kata γης, ges, bumi; dan di Vulgata digunakan kata terra. Kata ini juga bisa dimaknai sebagai manusia. Maka, konsekuensi yang harus ditanggung oleh para pengikut Yesus, sebagai berikut.

Ketika manusia menghadapi kebusukan spiritual dan kehilangan hasrat untuk hidup kudus, orang Kristen harus mewartakan kebenaran agar mampu mengawetkan apa yang kudus dan baik, menyelamatkan hidup manusia melalui cara hidup benar, yang ditimba dari penghayatan atas Ekaristi.

Ketika manusia lebih memilih peri hidup yang tidak sehat secara spiritual dan jasmaniah, orang Kristen harus menggemakan bahwa hidup manusia, jiwa dan raganya bermakna.

Hukum Tuhan dan Kabar Suka Cita mengudang manusia untuk menghormati jiwa dan raga, karena Ia akan mengubah yang fana menjadi abadi.

Ketika manusia lebih memilih penguruh busuk atau mementingkan materi dan diri sendiri, orang Kristen harus menjadi teladan dalam hidup murni – jiwa, raga dan rohnya.

Ia harus menghayati kasih seperti Yesus, yang mau mengorbankan diri sampai mati bagi orang lain dan seluruh dunia.

Ketika  manusia takut menghadapi penghukuman abadi, orang Kristen harus menjadi teladan bahwa Allah yang mereka imani adalah Dia yang maha rahim dan penuh belas kasih.

Orang Kristen perlu hidup dalam tata hidup kudus dalam hidup bakti, perkawinan, keluarga dan Gereja. Maka, orang Kristen sejatinya menjadi alter Christus, ‘kembaran’ Kristus yang sedang mengajar di dunia. 

Terang dunia

Terang dunia adalah Yesus Kristus. Ia bersabda (Yoh. 8:12), “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”, Ego sum lux mundi; qui sequitur me, non ambulabit in tenebris, sed habebit lucem vitae. Dalam Yoh. 12:35-36 dan 12:46, Ia juga mengidentifikasi diri-Nya sebagai Terang.

Tetapi dalam Mat. 5: 14, Yesus menyatakan bahwa orang Kristen adalah terang dunia. Benar, orang Kristen tidak menghasilkan terang dari dirinya sendiri. Hanya Yesus menciptakan terang dalam hati dan jiwa. Menjadi terang adalah panggilan dan undangan-Nya untuk memancarkan terang bagi sesama.

Maka, supaya dapat memancarkan terang-Nya, setiap orang Kristen harus mau menjadi “anak-anak terang”.

Sabda-Nya dalam Yoh. 12:36, “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang”, Dum lucem habetis, credite in lucem, ut filii lucis fiatis.

Pelita di atas kaki dian

‘Terang’ anak-anak Allah adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Kristen; inilah karya Yesus Kristus, Sang Terang. Anak-anak Sang Terang menghasilkan terang; sedangkan anak kegelapan menghasilkan dosa, maut dan kematian.

Maka, orang Kristen dan komunitas imannya harus bercahaya seperti kota yang terang benderang di atas bukit.

Hidup benar dan perbuatan baik yang dilakukan orang Kristen menjadi kesaksian akan kebenaran Injil, Yesus Kristus.

Kesaksian ini dimulai dari lingkup terkecil, keluarga. Keluarga bisa bermakna keluarga alamiah, tempat setiap orang dilahirkan, dididik dan dibesarkan. Tetapi juga komunitas, keluarga baru, yang dibentuk dari mereka yang melaksanakan kehendak Allah. (Mrk. 3:35).

Pelita yang diletakkan di bawah tempayan adalah orang Kristen atau komunitas imannya yang mengabaikan Kabar Suka Cita dan memadamkan daya kuasa Roh Kudus. Komunis Kristiani macam ini tidak mewartakan kebenaran Injil dan mengamalkan karya belas kasih Allah.

Orang atau komunitas ini mengerjakan apa pun untuk menuntun orang lain berjumpa dengan Sang Terang. Mereka malah sering berpikir, merasa dan bertindak sama dengan orang yang tidak mau melihat Sang Terang. 

Menyebut beberapa tantangan yang harus dihadapi bersama dengan mereka yang berkehendak: keadilan sosial, hak asasi manusia, pembelaan terhadap nilai hidup – pro vita (aborsi, perkawinan sejenis, perceraian), pelestarian alam dan kebhinekaan dalan hidup bersama. 

Dalam berjuang bahu membahu dan menjadi terang, serta garam dunia, Yesus mengingatkan, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh. 15:18-19).

Semua dilakukan supaya manusia lebih memuliakan Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam. Dan semua harus bekerja sekeras-kerasnya demi kemuliaan Allah, Raja semesta alam, zelo zelatus sum pro Domino Deo exercituum (1Raj. 19:14).

Katekese

Terang Kebenaran. Santo Chromatius, wafat 406

“Tuhan telah menyebut para murid-Nya “garam dunia” karena mereka meresapkan kebijakan ilahi dalam hati manusia yang telah tawar karena iblis. Kini Ia menyebut mereka “terang dunia”.

Karena, diterangi oleh Diri-Nya sendiri yang adalah Terang sejati dan abadi, mereka memancarkan terang dalam kegelapan. Karena Ia sendiri adalah Surya Kebenaran, maka Ia menyebut para murid-Nya “terang dunia”.

Melalui mereka, seolah-olah melalui terang yang terus memancar, Ia mencurahkan terang pengenalan-Nya akan seluruh dunia.

Karena melalui pancaran terang kebenaran, para murid Tuhan membuat kegelapan yang menyeret manusia ke dalam dosa hilang dari hati manusia” (dikutip dari Tractate On Matthew 19.1.1-2)

Oratio-Missio

  • Tuhan, tuntunlah aku dengan terang-Mu. Penuhilah hatiku dengan dengan kebenaran dan bebaskan aku dari kebutaan karena dosa dan tipu daya yang selalu membutakan aku. Semoga aku mampu memancarkan terang dan kebenaran-Mu melalui mulut dan perbuatanku. Amin.
  • Apa yang akan aku lakukan supaya hatiku tidak tawar atau terangku tidak padam?

Sic luceat lux vestra coram hominibus, ut videant vestra bona opera et glorificent Patrem vestrum, qui in caelis est – Matthaeum 5: 16

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here