Lectio Divina 9.1.2025 – Mereka Menolak-Nya

0
27 views
Yesus mengajar di sinagoga Nazaret, by James Tissot

Kamis. Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)

  • 1Yoh. 4:19-5:4.
  • Mzm. 72:2.14.15bc.17.
  • Luk. 4:14-22a.

Lectio

14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Lalu tersebarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. 15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. 16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri untuk membaca.

17 Kepada-Nya diberikan gulungan kitab Nabi Yesaya. Ia membukanya dan menemukan nas, di mana tertulis, 18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, 19 untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.”

20 Ia menutup gulungan itu, memberikannya kembali kepada petugas, lalu duduk. Mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Ia memulai berkata kepada mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarkannya.”

22 Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan perkataan penuh rahmat yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?”

Meditatio-Exegese

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan

Dalam naungan dan bimbingan Roh Kudus, Yesus kembali ke Nazaret, kampung halaman-Nya.  Seperti kebiasaan, pemimpin sinagoga meminta seseorang untuk tampil membacakan sabda Tuhan dalam Kitab Suci, berkhotbah, mengajar dan semua yang hadir mendengarkannya. Setelah selesai pemimpin sinagoga atau imam yang hadir menutup dengan doa dan berkat (bdk. Bil. 6:22-27).

Yesus hadir di sinagoga Nazaret. Di tempat itu, Ia selalu hadir sejak masa kecil hingga dewasa. Di tempat itu, Ia belajar seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi. Di tempat itu pula, Ia dididik untuk setia pada agama dan tradisi nenek moyang-Nya.

Di hari Sabat itu, Yesus membacakan kutipan dari Nabi Yesaya yang berbicara tentang kaum miskin, tawanan, orang buta dan orang tertindas (Yes. 61-1-2). Teks ini sangat relevan dengan situasi yang dialami seluruh komunitas dan Yesus sendiri di wilayah Galilea. Semua orang takjub mendengar penjelasan-Nya.

Semua orang heran, karena Ia memberi makna baru atas sabda Allah. Melalui sabda itu Yesus mengumumkan tugas perutusan-Nya: mewartakan Kabar Sukacita bagi kaum miskin; mewartakan pembasan bagi kaum tawanan; membuka mata orang buta; membebaskan para tawanan; dan mewartakan ‘Tahun Rahmat Tuhan’.

Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarkannya

Dalam tradisi Kitab Suci, Tahun Rahmat Tuhan dirayakan setiap tujuh tahun (Ul. 15:1; Im. 25:3). Tahun Rahmat penting dirayakan untuk mengembalikan hak atas tanah kepada marga pemilik asal.

Semua harus dapat dikembalikan kepada pemilik asal. Dengan cara ini bangsa Israel menghindari pemilikan lahan tanpa kendali dan memberi jaminan kesejahteraan kepada tiap keluarga.

Pada tahun ini juga seluruh hutang dihapus dan para budak ditebus untuk mendapatkan kemerdekaan (Ul. 15:1-18). Tetapi rupanya bangsa itu tegar tengkuk dan berbalik membatalkan kesepatan yang telah dibuat dengan Allah (bdk. Yer. 34:8-16). Sesudah pembuangan Babel Tahun Rahmat Tuhan dirayakan tiap lima puluh tahun (bdk. Im. 25:8-12).

Tujuan Tahun Rahmat tetap sama dan diteruskan: mengembalikan hak-hak kaum miskin; menerima mereka yang disingkirkan dan menyatukan dalam komunitas. Tahun Rahmat menjadi sarana legal untuk kembali setia pada Hukum Tuhan.

Inilah kesempatan untuk kembali menempuh jalan yang benar, menemukan dan memperbaiki kesalahan dan memulai pembaharuan hidup. Yesus mengawali pewartaanNya dengan bersabda (Luk. 4:19; bdk. Yes. 61:1-2), “Tahun rahmat Tuhan telah datang”, annum Domini acceptum.

Yesus menyatakan bahwa nas dari Nabi Yesaya adalah benar dan harus dilaksanakan, saat Ia bersabda (Luk. 4:21), “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarkannya”, Hodie impleta est haec Scriptura in auribus vestris.

Dengan cara ini Ia menyatakan diri sebagai Mesias yang datang untuk memenuhi nubuat itu.

Tetapi, ternyata, yang dihadapi-Nya adalah penolakan dari seluruh hadirin, orang-orang yang dikenal-Nya sejak dari masa kecil, saat Bapa Yusup dan Ibu Maria membawa-Nya pulang ke Nazaret dari pengungsian di Mesir (Mat. 2:19-23).

Mereka tidak mau menerima Yesus yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya. Mereka berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (Luk. 4:22).

Nada yang terkandung dalam kalimat itu seperti mengandung pelecehan. Mereka tidak percaya bahwa Yesus sungguh anak Yusup.

Mereka tidak percaya pada yang peristiwa suci yang terjadi karana kehendak Allah. Terlebih, mereka menolak gagasan untuk menerima kaum miskin, buta dan tertindas.

Maka ketika Ia mewartakan apa yang menjadi tugas pengutusan-Nya, segera, Ia mengalami penolakan.

Katekese

Gereja yang miskin dan bagi kaum miskin. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936- sekarang.

“Bagi Gereja, keberpihakan pada orang-orang miskin pada pokoknya adalah kategori teologis daripada kategori budaya, sosiologis, politis atau filosofis. Allah menunjukkan kepada kaum miskin “kemurahan hati-Nya yang pertama.” Preferensi ilahi ini memiliki konsekuensi bagi hidup beriman semua umat Kristiani, karena kita dipanggil untuk memiliki “pikiran… yang terdapat juga dalam Yesus Kristus” (Flp. 2:5).

Diilhami oleh sabda ini, Gereja telah memihak orang-orang miskin yang dipahami sebagai “bentuk khusus prioritas dalam mengamalkan cinta kasih Kristiani. Seluruh Tradisi Gereja memberi kesaksian tentang itu.” 

Pemihakan ini, seperti diajarkan oleh Benediktus XVI, “tersirat dalam iman Kristiani kita akan Allah yang menjadi miskin bagi kita, agar kita menjadi kaya karena kemiskinan-Nya.”

Inilah mengapa saya menginginkan Gereja yang miskin dan bagi orang-orang miskin. Mereka memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita. Mereka tidak hanya berbagi dalam sensus fidei, tetapi dalam kesulitan-kesulitan mereka, mereka mengenal Kristus yang menderita. Kita perlu membiarkan diri kita diberi pewartaan Kabar Baik oleh mereka.

Evangelisasi baru merupakan undangan untuk mengakui daya penyelamatan yang bekerja dalam hidup mereka dan untuk menaruh mereka di pusat jalan  peziarahan Gereja.

Kita dipanggil untuk menemukan Kristus di dalam diri mereka, untuk meminjamkan suara kita bagi perkara-perkara mereka, tetapi juga menjadi sahabat-sahabat mereka, mendengarkan mereka, memahami mereka dan menerima hikmat tersembunyi yang ingin disampaikan Allah kepada kita melalui mereka.” (Seruan Apostolik Sukacita Injil, Evangelii Gaudium, 198).

Oratio-Missio

Tuhan, ajarilah aku untuk selalu menerima-Mu. Dan kobarkanlah hatiku untuk tetap setia menjadi saksi-Mu walau ada seribu musuh di sebelah kananku dan ribuan seteru di sisi kiriku. Amin.   

  • Apa yang perlu kulakukan untuk ambil bagian dalam mewartakan Kabar Sukacita  sesamaku yang miskin?

Hodie impleta est haec Scriptura in auribus vestris – Lucam 4:21

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here