Lectio Divina 9.12.2024 – Salam Bagimu Yang Tak Bernoda

0
48 views
Salam, Engkau penuh rahmat, by Leon Picardo

Senin. Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa (P)

  • Kej 3:9-15.20
  • Mzm 98:1.2-3ab.3bc-4
  • Ef 1:3-6.11-12
  • Luk 1:26-38

Lectio

26 Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 28 Ketika datang kepada Maria, malaikat itu berkata: “Salam, hai Engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau.”

29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 30 Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. 31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau harus menamai Dia Yesus.

32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” 34 Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum pernah berhubungan dengan laki-laki?”

35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Anak yang dilahirkan itu kudus dan akan disebut Anak Allah. 36 Lihat, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.

37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” 38 Kata Maria: “Aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Meditatio-Exegese

Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, “Di manakah engkau?

Dampak dosa asal dilukiskan sejernih kristal. Adam dan Hawa telah mengetahui dosa dan akibat yang ditimbulkan pada tubuh mereka. 

Keselarasan batin seperti dideskripsikan dalam Kej 2:25, saat mereka telanjang dan tidak malu, telah rusak. Dan concupiscentia, kecenderungan untuk berbuat dosa, terus mendesak makin kuat.

Dosa telah merusak persahabatan dengan Allah. Karena mereka memunggungi Allah, manusia melarikan diri dari hadirat-Nya, menghindarkan diri agar ketelanjangan mereka tidak dilihat Allah. Sangka mereka: Sang Pencipta tidak melihat mereka.

Relasi antara Adam dan Hawa pun luluh lantak. Adam menyalahkan Hawa, dan Hawa, pada gilirannya, melempar kesalahannya pada ular. Ketiganya saling bertanggung jawab atas dosa. Maka, masing-masing harus menanggung penghukuman.

Bunda Gereja mengajarkan, “Keselarasan yang mereka miliki berkat keadilan asli, sudah rusak; kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan, sudah dipatahkan; kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan; hubungan mereka ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa.

Juga keselarasan dengan ciptaan rusak: ciptaan kelihatan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia. Karena manusia, seluruh makhluk “telah ditaklukkan kepada kesia-siaan” (Rm. 8:20).

Akhirnya akan jadilah akibatnya, yang telah diramalkan dengan jelas sebelum dosa ketidaktaatan: “manusia adalah debu, dan akan kembali menjadi debu” (Kej. 3:19). Maut memasuki sejarah umat manusia.” (Katekismus Gereja Katolik, 400).

Penghukuman yang dijatuhkan Allah pada si ular mencakup perseteruan antara perempuan dan ular, antara manusia dan setan. Allah juga berjanji demi diri-Nya sendiri  bahwa manusia akan mengalahkan si ular, setan.

Sabda-Nya (Kej. 3:15), “Keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya”, ipsum conteret caput tuum, et tu conteres calcaneum eius.

Janji-Nya menyingkapkan pewartaan pertama, proto-evangelium, akan Kabar Gembira tentang Mesias-Sang Juruselamat. Ia akan meremukkan kepala setan, pralambang kematian permanen. Sedangkan luka gigitan ular di tumit  pasti dapat disembuhkan.

Para Bapa Konsili Vatikan II dalam, mengajarkan : “Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui sabda-Nya (lih. Yoh. 1:3), serta melestarikannya, dalam makhluk-makhluk senantiasa memberikan kesaksian tentang diri-Nya kepada manusia (lih. Rom. 1:19-20).

Lagi pula karena Ia bermaksud membuka jalan menuju keselamatan di sorga, Ia sejak awal mula telah menampakkan Diri kepada manusia pertama. Setelah mereka jatuh, dengan menjanjikan penebusan Ia mengangkat mereka untuk mengharapkan keselamatan (lih. Kej. 3:15).” (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, 3).

Mesias, keturunan Hawa, kelak, akan mengalahkan sang penguasa kegelapan. Gereja selalu membaca nubuat ini terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Ibu Maria, Hawa yang baru, mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat yang dijanjikan.

Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan, “Naskah-naskah kuno itu, sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih lanjut yang penuh, langkah-demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang wanita, Bunda Penebus. Dalam terang itu ia sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang diberikan kepada leluhur pertama yang jatuh berdosa, yang akan diberi nama Imanuel (lih. Yes. 7:14; bdk. Mi. 5:2-3; Mat. 1:22-23). […]

Demikianlah Maria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan.

Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerjasama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas.

Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” [S. Ireneus, Melawan Bidaah-bidaah III, 22,4: PG 7,959A; Harvey 2,123].

Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” [S. Ireneus, di tempat yang sama: Harvey 2,124].

Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup” [S. Epifanius, Melawan bidaah, 78,18: PG 42,728CD-729AB]. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” [S. Hironimus, Surat 22,21: PL 22,408. dll.].” (Konstitusi Dogmatik Terang Bangsa-Bangsa, Lumen Gentium, 55-56).

Engkau yang dikaruniai

Semoga setiap orang Kristen merindukan hidup yang penuh rahmat. Malaikat Gabriel masuk rumah Maria dan menyampakan salam (Luk. 1:28), Salam, hai Engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau.”, Ave, gratia plena: Dominus tecum

Untuk menjadi Ibu Sang Juruselamat, Maria senantiasa disertai Allah. Ia membuka hatinya untuk tidak menolak kehendak-Nya. Terdapat tradisi suci di antara para anggota Gereja Perdana untuk menghormati Ibu Maria sebagai yang tak bernoda, Maria Immaculata.

Santo Irenius, Uskup Lyon, 130-200, menulis, “Karena ketaatannya pada Allah, ia membawa keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia… Kekusutan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa diurai oleh ketaatan Maria. Apa yang diikat oleh Hawa melalui ketidak percayaannya, diurai oleh Maria melalui imannya pada Allah.” (Adversus haeres 3.22.4). 

Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan

Ungkapan hati Ibu Maria, “Aku ini adalah hamba Tuhan”, Ecce ancilla Domini, mengungkapkan kedalaman iman dan ketaatan Ibu Maria pada Allah. Ketika Malaikat Gabriel berkata, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah.

Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau harus menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.” (Luk. 1:30-32), Allah mengundang dan memanggilnya untuk menjadi sarana keselamatan-Nya.

Undangan itu sama dengan dengan undangan kepada manusia pertama, “Buah dari semua pohon dalam taman ini boleh kau makan dengan bebas, tetapi buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, jangan kau makan, sebab pada saat engkau memakannya, engkau pasti mati.” (Kej. 2:16-17).

Menanggapi panggilan itu dalam hati Ibu Maria sempat muncul keraguan (Luk. 1:34). Tetapi ketika Malaikat Gabriel menyentuh hatinya dengan menyingkapkan peran kuasa Roh Kudus dan tanda kehadiran Allah dalam peristiwa Elisabet, sanaknya, yang sedang mengandung, ia dengan tegas menerima tugas pengutusan Allah.

Jawaban Ibu Maria berbeda dengan Hawa. Tanpa keraguan dan penundaan, ia menjawab (Luk. 1:38), “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”, Fiat mihi secundum verbum tuum.

Akibat ketidaktaatan adalah terpisahnya relasi dengan Allah yang ditandai dengan menyembunyikan diri dari-Nya dan ketelanjangan (Kej. 3:10). Dampak ketaatan Ibu Maria adalah penebusan.

Katekese

Allah meminjam tubuh Maria untuk menghantar manusia menuju kemuliaan. Pengarang tak dikenal dari Gereja perdana Yunani:

“Menampakkan diri padamu sebelum kelahiran, Malaikat Gabriel datang dan berdiri di hadapanmu, perawan, dan memberi salam dengan berkata, “Bersukacitalah, bumi yang telah lama tidak ditanami; bersukacitalah, semak yang menyala-nyala tetapi tetap tak terbakar oleh api; Bersukacitalah, kedalaman yang terselami;

Bersukacitalah, jembatan yang menghantar ke surga; Bersukacitalah, tangga yang menjulang tinggi yang dilihat oleh Yakub; Bersukacitalah tempayan ilahi tempat menyimpan manna; Bersukacitalah, kutukan dosa telah dihancurkan; Bersuka citalah, Allah telah menebus dosa Adam, Tuhan besertamu.”

“Engkau menampakkan diri padaku dalam bentuk manusia,” kata perawan tak bernoda pada pemimpin bala tentara surga. ‘Bagaimana engkau berbicara padaku tentang hal yang mengatasi kekuatan manusiawi? Karena engkau telah berkata bahwa Allah akan menyertaiku dan akan berdiam di rahimku.

Bagaimana aku menjadi tempat kediamannya yang lapang dan menjadi tempat yang kudus sehingga ia bisa mengendarai kerub? (Mzm. 18:10) Jangan membuatku terkagum-kagum dengan tipuan; karena aku tak lagi mengenal kesenangan, aku pun belum menikah. Bagaimana mungkin aku mengandung seorang anak?’

“Lalu malaikat yang tak berbadan manusia itu menjawab, “Ketika Allah menghendaki demikian, hukum kodrat takluk. Dan apa yang di luar jangkauan pikiran manusia dapat dimengerti. Percayalah bahwa apa yang kukatakan pedamu adalah benar, ya Ibu yang kudus dan tak bernoda.”

Dan ia berkata-kara dengan suara nyaring, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu. Dan aku akan mengandung Dia yang tanpa badan,  yang menjadi daging dariku. Semoga melalui percampuran ini Ia menghantar manusia menuju ke kemuliaannya yang lama, karena hanya Dialah yang memiliki kuasa untuk melaksanakan penebusan itu.” (Stichera Of The Annunciation)

Oratio-Missio

Bapa, Engkau menganugerahkan pada kami kelimpahan rahmat, belas kasih dan pengampunan melalui Putera-Mu. Bantulan aku untuk menghayati hidup yang penuh rahmat, seperti Ibu Maria, yang selalu percaya pada janji-Mu dan tak ragu menjawab “ya” untuk melaksanakan kehendak-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk setia menjadi hamba-Nya?

Ecce ancilla Domini, fiat mihi secundum verbum tuum – Lucam 1:38  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here