Lelah dan Tanggung Jawab; Pembelajaran dari Sebuah Keterlambatan

0
40 views
Ilustrasi.

Hidup kita sering kali melelahkan dan menantang. Namun, di balik semua itu, ada tanggung jawab yang harus kita jalani dengan semangat disiplin. Disiplin membantu kita mengelola waktu, tetap fokus, dan terus bergerak maju meski kita dalam kondisi kelelahan.

Ketika saya baru pulang kuliah pada Rabu, pukul 22.00 WIB beberapa pekan lalu, saya harus pergi menjenguk teman yang baru saja masuk rumah sakit. Saya pergi ke rumah sakit dengan beberapa teman. Saya mengajak paksa teman untuk menjenguk pada malam itu juga karena saya tahu esok pagi kami masih harus mengikuti kegiatan di kampus, pelatihan katekese digital. Jadi kami tidak akan memiliki waktu lagi untuk menjenguknya.

Sesampai di rumah sakit, kami menerima kabar teman kami akan pulang juga malam hari itu juga setelah botol infusnya habis. Seusai menunggu beberapa saat, akhirnya dia boleh pulang pukul 01.30 dini hari. Kami pun segera pulang. Rasa lelah menyelimuti tubuh hingga ketika sampai rumah, saya langsung tertidur pulas dan tidak mengabari teman satu kos melalui chat agar membangunkan saya esok hari. Dan memang dia tidak membangunkan karena melihat saya masih tampak letih usai pulang terlalu larut malam sebelumnya.

Ketika pagi hari tiba, saya terbangun kesiangan. Panik, saat menyadari saya sudah terlambat menghadiri kegiatan pelatihan katekese digital yang telah disiapkan kampus. Saya menyesal telah membiarkan kelelahan dan keterlambatan itu mengalahkan niat untuk menghadiri kegiatan pelatihan katekese digital bagi kami mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Bonaventura Delitua.

Dengan tergesa-gesa, saya bergegas berangkat dan memohon pertolongan Tuhan. Saya berdoa agar Roh Kudus memampukan saya tiba tepat waktu dan mengikuti kegiatan dengan penuh konsentrasi. Tapi saya terlambat. Meski begitu, saya tetap bersyukur dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Pengalaman ini menyadarkan bahwa rupanya saya masih berpegang teguh pada disiplin. Saya masih punya rasa tanggung jawab yang saya rasakan lewat kegelisahan yang saya alami ketika saya menyadari diri terlambat. Serta adanya usaha untuk berjuang tidak bangun kesiangan.

Saya menyadari, masih punya komitmen. Dan itu rahmat Tuhan. Tanpa rahmatNya saya tidak semangat untuk disiplin, menjaga komitmen dan semangat belajar. Tuhan telah hadir melalui semangat dan gairah itu dalam diri saya. Amin

Penulis : Margareth Hutabarat, Mahasiswi STP Bonaventura Keuskupan Agung Medan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here