HASIL pemilu presiden Perancis pada hari Senin pagi tanggal 8 Mei 2017 ini menghasilkan kejutan: sebuah babak lembaran baru dalam sejarah politik dan kepemimpinan nasional di Perancis. Yakni, munculnya sosok politisi muda dari sayap tengah Emmanuel Macron yang menjadi Presiden Perancis termuda dalam sejarah sejak Perancis mengadopsi pemerintahan republik modern sejak tahun 1958.
Macron pulalah yang mencatatkan rekor sebagai politisi sayap tengah yang berhasil melangkah masuk ke Champs Elysées—nama keren untuk menyebut Istana Kepresiden Perancis.
Sebagai Presiden Perancis Terpilih hasil pemilu terakhir ini, Macron menyadari bahwa pada tahun-tahun terakhir ini masyarakat Negeri Anggur ini telah terseret pada dua kutub berlawanan. Ia ingin merespon fenomena itu dan kini saatnya sebagai pemimpin nasional –kata dia—“saya akan bertanggungjawab untuk meresponnya.”
Segala kecemasan, kemarahan, keraguan yang sempat mengoyak Perancis pada beberapa kutub pendapat atau preferensi politik, kata Macron, inilah saatnya kembali menyatukan apa yang telah terpisahkan.
“Babak baru dalam sejarah politik kita petang ini sudah bergulir. Saya ingin lembaran baru ini berisi harapan dan pulihnya rasa saling percaya, kembalinya kehidupan sosial keseharian. Semua itu akan menjadi dasar darimana saya akan berkiprah pada hari pertama pemerintahan saya sebagai Presiden Perancis,” kata Macron dalam sebuah pidato kemenangan di markas partainya sebagaimana dilansir oleh jaringan BBC Senin pagi ini.
Kemenangan Macron menuju kursi kepresiden Perancis menjadi kenyataan setelah ia berhasil menjungkalkan Marine Le Pen dari sayap kanan dari persaingan ketat menuju Champs Elysées. Di atas kertas, Macron berhasil mendulang suara sebanyak 66.06% semenara Le Pen hanya mampu mengumpulkan jumlah suara sebanyak 33.94%.
Dalam usianya yang ke-39 tahun, Macron akan menjadi Presiden Perancis termuda dalam sejarah nasional Perancis. Ia akan menggantikan posisi Presiden Francois Hollande yang baru saja mengunjungi Indonesia belum lama ini.
Sumber: BBC.
