Lentera Keluarga – Ajaran Sehat

0
917 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XXIV. 
PW S. Andreas Kim Taegon, Imam dan Paulus Chong Hasang dkk. Martir Korea.
Jumat, 20 September 2019. 
Bacaan: 1 Tim 6:2c-12; Mzm 49:6-10.19-20; Luk 8:1-3.

Renungan:

MELANJUTKAN nasihatnya kepada Timotius mengenai “awasilah dirimu dan pengajaranmu”, Paulus mengingatkan Timotius untuk berhati-hati terhadap para pengajar palsu yang mengajarkan ajaran yang tidak sehat. Paulus memberikan ciri-ciri para pengajar yang tidak sehat: tidak sesuai tradisi iman jemaat, dangkal pemahaman imannya tetapi merasa tahu, bersilat lidah, menimbulkan permusuhan di antara jemaat, serta mencari untung-memburu uang. Paulus mengundang Timotius “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil; untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”

Benar bahwa Sabda Tuhan itu kaya, tetapi Sabda Tuhan tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan keinginan dan maksud kita sampai ada istilah “mengadu ayat”. Penfasiran kita perlu didukung dengan pemahaman yang benar, dan gereja mempunyai tradisi dimana kebenaran pengajaran iman itu diwariskan dalam aneka sejarah yang berbeda. Dan selain itu mempunyai Magisterium, kuasa gereja untuk mengajar yang disusun demikian teliti dan bertanggungjawab dengan tetap setia pada pesan Tuhan. Seorang pengajar firman atau pembicara perlu belajar dan terus belajar. Tidak sedikit orang kristen mengritik ajarannya sendiri, kehidupan gerejanya sendiri, buat aturan sendiri, dan kadang mengumpulkan orang untuk mendukung gagasan dan ide-idenya. Atau karena tak ingin dikatakan koservatif, justru kita melontarkan gagasan-gagasan yang  baru – provokatif dan menggocangkan iman umat. 

Nasihat Paulus untuk kita sebagai pengajar iman umat sangat penting yaitu mengajarkan ajaran yang sehat, yang membangun iman umat. Ajaran sehat tidak harus kaku dan konservatif. Ajaran sehat dapat dibawakan dengan menarik dan penuh innovatif. Kita tidak perlu mencari masa dan bangga jadi pengajar yang diundang kemana-mana atau merasa iri dengan mereka yang “lebih laku” daripada kita. Semuanya sama untuk kemuliaan Tuhan. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana TImotius menerima nasihat Paulus untuk bersikap terhadap pengajar yang tidak sehat. 

Refleksi:

Apakah aku sebagai pengajar iman tekun belajar mengenal kebenaran Sabda Tuhan dan cara hidup gereja, umat Allah?  Apa yang kucari sebagai seorang pengajar iman?

Doa: 

Ya Bapa, semoga aku semakin mengenal FirmanMu lebih dalam dan tepat dalam terang iman gereja, dan mengajarkanya kebenaran itu kepada jemaat. Amin. 

Perutusan:

Belajarlah terus dan persiapkanlah pengajaran iman anda dengan sungguh-sungguh. 

(Morist MSF)- www.misafajava.org

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here