Lentera Keluarga – Aku sendirilah ini

0
280 views

Tahun A-2. Oktaf Paskah

Kamis, 15 April 2020

Bacaan: Kis 3:1-26; Mzm 8:2a.5.6-7.8-9; Luk 24:35-48

Renungan: 

TUHAN menyatakan diriNya kepada murid-muridNya. Itu bukan mimpi. DI tengah-tengah murid-muridNya, Ia datang membawa damai : “Damai sejahtera bagi kamu.” Namun damai itu masih ditangkap dengan ketakutan dan keraguan, sehingga Yesus membuktikan dirinya dengan “raba”, menunjukkan tangan dan kakiNya (bekas salib), dan bahkan makan di depan mata mereka.  Ia hidup, tetapi berbeda dengan kehidupan kembali pemuda di Nain dan Lazarus di Betania. Inilah misteri tubuh kebangkitan yang unik dialami oleh Tuhan Yesus. Semangat kebangkitan ternyata dikobarkan melalui kesaksian dan bermuara pada perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit. Polanya sama dengan proses pemuridan : kesaksian yang dilanjutkan pada perjumpaan pribadi. Sedikitlah Injil mencatat 10 kali Yesus yang bangkit menampakkan diri. 

Pertanyaan bagi kita adalah apakah penampakan Kristus itu masih ada pada jaman kita? Jawabannya adalah masih karena Ia menunjukkan diriNya dengan cara yang tidak bisa atur. Beberapa orang kudus mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus yang unik, seperti St. Stefanus, St. Paulus, St, Fransisus Asisi,  St. Juliana dari Liege, St Ludgarde, St Matchtilde, St Getrudis,  St Katarina, Sr Teresa, St. Yohanes dari Salib, Padre Pio – Santa Faustina dll. Penampakkan itu tidak membawa wahyu baru tetapi sebuah perjumpaan iman yang mengobarkan hidup iman pribadi dan gereja. Mereka menjadi teladan dan influencer iman bagi gereja. Keaslian pengalaman iman ini tentunya tidak berlawanan dengan warisan yang kita terima dari Kristus Sejarah dan Para Rasul. 

Tuhan Yesus yang bangkit menampakkan diriNya juga kepada kita dalam pengalaman-pengalaman hidup kita walaupun mungkin tidak seperti yang dialami oleh para murid dan orang kudus. Tuhan punya cara tersendiri untuk membantu kita bertumbuh dalam iman dan menjadi influencer iman bagi orang lain. Itulah yang disebut sebagai pengalaman iman. Kita bersyukur karena kita boleh mengalami perjumpaan-perjumpaan pribadi dengan Tuhan secara intens dalam hidup kita. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Tuhan menyatakan diriNya kepada para murid. 

Refleksi:

Kapan aku merasakan perjumpaan dengan Tuhan secara intens dalam hidupku? Apa dampaknya dalam hidupku dan pelayananku?

Doa:

Ya Bapa, kami percaya dan yakin bahwa Yesus PuteraMu menyapa dan menjumpai kami melalui aneka pengalaman hidup. Semoga iman kami semakin berkobar dan kami mampu menjadi influencer iman.

Perutusan:

Ingatlah dan kembalilah kepada pengalaman perjumpaan anda dengan Tuhan yang anda rasakan paling mengubah hidup anda.

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here