Lentera Keluarga – Allah Menghibur UmatNya

0
601 views

Tahun C-1 Adven II
Selasa, 11 Desember 2018.
Bacaan: Yes 40:1-11; Mzm 96:1-3.10ac.11-13; Mat 18:12-14

Renungan

HIBURLAH, hiburlah umatKu! Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya”.  Walaupun Allah “menghukum” Israel karena ketidaksetiaannya pada perjanjian, tetapi Allah  tidak menghancurkan dan meninggalkan bangsaNya. Allah memulihkan bangsaNya dan menggambarkan diriNya sebagai seorang gembala yang memanggu anak-anak domba dan menunut induk-induk domba dengan hati-hati. Bahkan lebih kuat lagi belaskasih dan kebaikan Allah itu ditampakkan oleh Tuhan Yesus dalam figur gembala yang mencari seekor domba yang hilang sampai menemukannya.

Ketidaksetiaan itu adalah pengalaman menyakitkan baik dalam hidup beriman, perkawinan maupun dalam hidup religius/imamat. Ketidaksetiaan itu kadang membawa kita pada kebencian, sakit hati dan dendam yang kemudian berujung pada menginggalkan-menghancurkan pribadi dan menutup peluang untuk “recovery”. Sikap Allah sebagai seorang gembala menjadi undangan bagi kita tidak sekedar membuka  pintu rekonsiliasi dan menanantinya sampai kembali tetapi mengundang kita mencari sampai menemukannya kembali. Ini tidak berbicara soal benar dan salah; atau gengsi/harga diri; tetapi berbicara mengenai panggilan untuk menyelamatkan. Sikap ini juga menuntut dari kita bersikap dewasa untuk mengganti kebencian, sakit hati dan dendam dengan sikap belaskasih Allah yang menyelamatkan semua orang : “Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorangpun dari anak-anak ini hilang.”.

Mari kita cari anggota keluarga dan komunitas kita yang  “hilang” dari kita; berkat kuasa Allah, tidak ada yang mustahil bagi sebuah rekonsiliasi dan pembaharuan kesatuan hidup.

Kontemplasi

Gambarkan kebaikan Allah sebagai gembala sebagaimana digambarkan oleh Yesaya dan Tuhan Yesus.

Refleksi

Bagaimana sikapku terhadap mereka yang telah  “tidak setia” dan “hilang” dari keluarga dan komunitas?  Bagaimana usahaku untuk menumbuhkan sikap belaskasih dan merangkul mereka kembali?

Doa

Ya Bapa, semoga aku semakin bertumbuh dalam sikap belaskasih, membuka pintu kerahiman dan mau mencari-menemukan mereka yang hilang dalam hidupku. Amin.

Perutusan

Marilah kita berdoa bagi pemulihan keluarga yang retak dan hancur karena ketidaksetiaan supaya belaskasih semakin bertumbuh mengalahkan sikap benci, sakit hati dan dendam.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here