Tahun A-2. Pekan Adven 1
Senin, 2 Desember 2019.
Bacaan: Yes 4:2-6; Mzm 122:1-4a.4b-7.8-9; Mat 8:5-11
Renungan:
PEMBUANGAN bangsa Israel, terutama orang-orang berkualitas ke Babilonia, disertai dengan kehancuran Yerusalem menyisakan pengalaman putus asa dan luka yang mendalam bagi bangsa: akankah bangsa ini pulih atau hancur untuk selamanya? Di dalam situasi seperti inilah, Yesaya tampil dan memberikan pengharapan : “yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus” karena Allah “membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem”. Allah berkenan memulihkan yang sisa, “tidak berarti” dan putus asa itu menjadi sebuah tanda kemuliaan Allah.
Kadang-kadang kita dilanda pengalaman yang sama baik dalam komunitas, baik gereja maupun religius, berhadapan dengan situasi minim kita: minim tenaga berkaulitas yang mau terlibat, minim keuangan, minim pengalaman dll; sementara tuntutan pelayanan dan tantangan semakin besar. Beberapa pelayanan kita mulai kesulitan dan gulung tikar; gereja semakin ditinggalkan umatNya, seminari mulai sepi serta semakin susah mencari pelayanan Tuhan. Kita tidak lagi hebat dan besar seperti dulu.
Seruan Yesaya menjadi penghiburan bagi kita untuk tidak terjebak pada pesimisme. Jika kita berpikir dari sini kita, dan ingin mengontrol semua; maka kita akan tidak berdaya untuk bergerak dan bertumbuh. Perubahan dimulai dari iman. Iman bahwa Tuhan akan melakukan yang baik bagi umatNya; iman seperti perwira. Iman inilah yang dapat membawa komunitas sekecil dan sekurang apapun untuk bertumbuh dan berbuah. Allah tidak akan tinggal diam; Ia akan mengerjakan keselamatan dengan caraNya.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Yesaya mengundang umat yang tersisa untuk berlajar percaya kepada Allah.
Refleksi:
Apakah aku mudah jatuh dalam perhitungan manusiawi dan pesimisme? Ataukah aku boleh semakin optimis dan percaya bahwa Allah tidak akan diam untuk mengusahakan kebaikan bagi umat pilihanNya?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami semakin bertumbuh dalam iman akan Engkau yang memulihkan komunitas dan keluarga kami.
Perutusan:
Belajar untuk beriman; kalahkan pikiran, perasaan persimisme dan rasa kecil hati.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)