Rabu, 14 Maret 2018.
Bacaan: Yes 49:8-15; Mzm 145:8-9.13c-14.17-18; Yoh 5:17-30
Renungan
KARENA dosa, bangsa Israel menjadi terpuruk dan mengalamai pembuangan. Hidup bangsa hancur. Di tengah situasi tiada harapan itu, bangsa Israel ingast akan Tuhan dan berpikir bahwa “Allah telah meninggalkan dan melupakannya”. Melihat situasi tersebut, Allah mengutus Yesaya untuk memberikan peneguhan iman dan harapan “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakan, Aku tidak akan melupakan engkau.”. Allah tidak pernah melupakan bangsa pilihanNya atas ketidaksetiaan dan atas akibat dari ketidaksetiaan itu.
Tidak mudah bagi sebuah keluarga untuk menerima salah satu anggotanya yang telah menyimpang dalam dosa, melukai hati seluruh keluarga dan kemudian sekarang ia hancur karena dosa itu. Kadang kita mudah mengatakan “rasakah dan tanggung sendiri akibatnya” dan kemudian kita menolaknya. Semangat nabi Yesaya mengajak kita untuk tetap membuka pintu kerahiman itu kepada anggota keluarga kita yang jatuh dan hancur karena dosa. Walaupun tidak mudah, kita belajar mengenakan sikap Allah “Aku tidak pernah melupakan engkau”. Pintu kerahiman dan pemulihan harus tetap kita buka lebar-lebar.
Dan bagi kita yang sekarang ini baru merasakan “titik nol” kehancuran hidup sebagai akibat dosa itu dan dikucilkan oleh mereka yang telah kita lukai hatinya, ingat bahwa hidup kita tidak selesai dengan kehancuran. Masih ada pribadi yang mengingat dan mencintai kita yaitu Allah. Kata-kata ini hendaknya kita jauhkan dari kita “percuma saya bertobat, karena saya juga tidak diterima oleh anggota keluarga kita”. Tidak ada kata percuma dalam pertobatan, walaupun penerimaan pertobataan itu membutuhkan waktu untuk rekonsiliasi dengan mereka yang pernah kita lukai hatinya.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Yesaya memberikan peneguhan iman dan harapan bagi bangsa Israel yang mengalamai situasi sendirian dan ditinggalkan.
Refleksi
Apa arti kata “Allah tidak meninggalkanmu dan melupakanmu” dalam hidupku? Apakah kata-kata itu juga kuhidupi sebagai sikap terhadap mereka sedang mengalami “kehacuran hidup” karena dosa?
Doa
Ya Bapa, terima kasih atas kasih dan setiaMu yang lebih besar daripada pelanggaran dan dosa. Amin.
Perutusan
Bukanlah pintu kerahiman bagi mereka yang datang kembali kepada anda.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)