Lentera Keluarga – Berjaga jaga

1
670 views

Selasa,  23 Oktober 2018.
Bacaan: Ef 2:12-22; Mzm 85:9ab-10-14; Luk 12:35-38.

Renungan

TUHAN Yesus mengajak para muridNya untuk berjaga-jaga: “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.” Jangan sampai bosan, terlena, nyantai seenaknya” atau tertidur. Berjaga-jaga berarti tanggungjawab dan siap melaksanakan tugas dalam situasi apapun.

Di jaman kita sekarang dapat kita bayangkan tugas dokter jaga, petugas pemadam, petugas bmkg, tentara di perbatasan/radar atau polisi yang harus selalu waspada walaupun keadaan nampaknya aman dan baik-baik saja. Waspada membuat kita peka akan situasi yang nampaknya berbeda dan jika sampai tidak tahu, kita dapat mengambil sikap yang tepat. Sikap tidak berjaga-jaga akan mengakibatkan banyak korban dan kitapun juga menjadi korban.

Sikap berjaga-jaga juga dapat kita terapkan dalam hidup perkawinan. Walaupun pasangan kita adalah penjaga hidup kita, tetapi kitalah yang paling bisa menjaga hidup perkawinan kita sendiri. Kadang kita benturan dengan pasangan kita karena ia seakan membatasi dan mengekang kita. Harusnyalah kita jaga pergaulan kita dari sikap merasa diri single dan sadar selalu bahwa kita ada bersama dengan pasangan. Bahaya jika pasangan kita lelah karena merasa tidak didengarkan dan permisif karena tidak mau konflik sehingga kita berjalan sendiri. Cepat atau lambat kita jatuh dan merusak relasi.

Dalam hidup religiuspun berlaku hal yang sama. Kita adalah penjaga anggota komunitas kita. Sikap permisif, cuek, takut benturan dan masa bodoh akan membuat rekan kita tenggelam dalam kesibukan dan kemudian jatuh. Namun demikian kita sendirilah yang harus menjaga hidup kita. Semakin kuat kita mengikatkan diri pada komunitas, semakin kuat juga kita mampu merasul dan menghidupi panggilan religius kita. Jangan jadi religius single fighter walaupun kita hebat dan mampu dalam banyak hal.

Kontemplasi

Gambarkan perumpamaan yang dibuat oleh Tuhan Yesus hari ini.

Refleksi

Apakah aku sdh berjaga-jaga dalam panggilan hidupku (perkawinan-religus)? Apakah aku juga tanpa lelah tetap menjadi penjaga bagi pasangan/rekan komunitasku?

Doa

Ya Bapa, semoga kami senantiasa berjaga-jaga dan saling menjaga satu sama lain dalam panggilan hidup kami.

Perutusan 

Jadilah penjaga bagi pasangan/rekan sekomunitas. Dan jagalah hidupmu dengan ketekunan dan kesetiaan

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

1 COMMENT

  1. Pintu rumah orang kaya di jaman kuno biasanya terbuat dari kayu yang tebal, sering dikunci dari dalam, terutama pada malam hari, untuk mencegah pencuri dan pembuat onar. Orang kaya tsb mempekerjakan pelayan yg tugasnya salah satunya menjaga pintu saat sang Tuan pergi. Pelayan yang sudah hafal dengan suara Tuannya diharapkan waspada dan bersiap untuk membuka pintu saat Tuannya tiba dan membiarkannya masuk tanpa harus menunggu lama. Ini membutuhkan telinga yang mendengarkan dan semangat penuh perhatian. Jika para pelayan terlambat merespon dan menunda terlalu lama, mereka akan ditegur Tuannya atau bahkan mendapat hukuman dari Tuannya.
    Diantara anda disini tentu ada yg punya ART yg tinggal bersama anda. Jika anda bepergian keluar (ke pesta nikah, misalnya) tentu anda akan menyuruh ART anda tinggal di rumah serta mewanti-wanti supaya membukakan pintu saat anda tiba nanti (mestinya anda juga tdk perlu memberi tahu kpd ART anda, kapan anda pulang. Kan anda juragan, mau pulang kapan ya semau anda). Tentu anda akan sangat kecewa, saat anda tiba kembali di rumah dan ingin segera masuk (mungkin krn anda sedang “kebelet”) namun ART anda tidak segera membukakan pintu. Anda tidak tahu kenapa, apakah ART anda sedang sibuk mencuci baju anda; sedang istirahat krn lelah mengurus kerjaan rumah; atau sedang be’ol. Anda tidak mau tahu. Yang jelas, anda adalah Tuan dan dia itu ART (bahasa kasarnya: BABU) yg sdh anda bayar.
    Demikiankah ?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here