Lentera Keluarga – Berjalan Sendiri

0
437 views

Tahun A-2. Minggu Biasa XIV

Selasa,  7 Juli 2020. 

Bacaan:  Hos 8:4-7.11-13; Mzm 115:3-4.5-6.7ab-8.9-10; Mat 9:23-38.

Renungan: 

Kita Hosea mengungkapkan betapa Allah ditinggalkan dalam hidup bangsa Israel. Mereka mengambil keputusan sendiri dalam mengangkat raja, pemuka agama dan berbalik hati kepada para berhala. Ketidaksetiaan dan otonomi hidup ini membawa Israel pada kehancuran. Mereka menambur angin dan menuai badai. 

Dalam hidup perkawinan, kita mengenal adalah menikah tetapi sendiri, yaitu pribadi-pribadi yang walaupun sudah menikah tetapi mereka masing menghayati pola hidup single : mengambil keputusan sendiri dalam aneka bidang  dan mengklaim privasi dan my time serta hak kebebasannya. Otonomi dan pola hidup single ini muncul bukan karena orang tidak tahu apa artinya menikah tetapi kerena kebiasaan hidup sendiri-sendiri yang sudah biasa dipraktekkan sejak kecil, suatu pola hidup keluarga yang kurang komunikasi dan kebersamaan. 

Otonomi dan pola hidup sendiri ini dapat dihayati oleh satu pasang atau bahkan dua-duanya, dan membawa kehambaran dan kehampaan dalam relasi perkawinan. Jika sejak awal perkawinan sudah berjalan dengan pola seperti ini, maka kita sudah menabur “angin” dimana pada suatu saat kita akan menuai badai yang lebih besar yaitu ketidaksetiaan, baik oleh salah satu ataupun oleh kedua-duanya. 

Kisah dan pewartaan nabi Hosea tentang perkawinan mengajak kita untuk membangun kebersamaan dan kesatuan hati sebagai suami dan isteri. Perlu proses penundukan diri, penyerahan kebebasan, tahu membatasi diri dan selalu sadar bahwa dalam keadaan apapun dan dimanapun pasangan kita selalu ada bersama kita. Keputusan dan tindakan yang kita ambil kita komunikasikan dengan pasangan walaupun itu menyangkut hal-hal sederhana.  Jika kita melatih kebiasaan ini sejak awal perkawinan, atau bahkan masa pacaran, maka kita akan menuai kebahagiaan dan keindahan dalam perkawinan. Kita akan semakin menyadari bahwa kebersamaan dan kesatuan hati  itu menjaga kita dari dosa, menumbuhkan kasih kita dan membahagiakan. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana Allah merasa ditinggalkan oleh Israel pasanganNya dan bagaimana otonomi Israel membuat dirinya sendiri jatuh dalam kehancuran. 

Refleksi:

Bagaimana aku mengusakan kesatuan hidup dan hati dalam relasiku dengan pasangan maupun keluarga atau bahkan komunitas?

Doa:

Ya Bapa, semoga kami senantiasa bertumbuh dalam kesatuan hati, dan menjauhkan diri dari hidup single. 

Perutusan:

Taburkanlah kesatuan hati dari awal hidup pacaran – perkawinan anda, maka anda akan menuai kebahagiaan dan keindahan dalam hidup perkawinan anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here