Lentera Keluarga – Cara Hidup Kristen

0
1,305 views

Senin, 15 Januari 2018.

Bacaan: 1Sam 15:16-23; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23: Mrk 2:18-22

Renungan

SAUL tidak taat pada Allah dan membelokkan perintahNya. Ia membelokkan perintah Allah dengan membawa Raja Amalex dan membiarkan rakyat mengambil jarahan yang seharusnya ditumpas, dengan maksud baik yaitu untuk dipersembahkan kepada Allah di Gilgal. Samuel mengingatkan kepada Saul, “Apakah Tuhan berkenan kepada korban bakaran dan kurban sembelihan, sama seperti Ia berkenan kepada pengalaman sabdaNya? Persembahan hasil yang tidak halal tidak berkenan kepada Allah. Allah  menghendaki kita hidup benar.

Dari pengalaman pembciaraan Samuel dengan Saul kita dapat belajar beberapa hal:

  1. Sebagai seorang pemimpin kita tidak boleh  membelokkan perintah Tuhan untuk kepentingan diri sendiri atau maksud sendiri. Dalam organisasi, keputusan-keputusan rapat yang disepakati bersama, perlu dipegang bersama walaupun kadang secara pribadi kita tidak setuju. Jangan kita mem”blowing” ketidaksetujuan kita pribadi itu kepada publik untuk mendapatkan pembenaran dan dukungan, karena kita bisa jatuh kepada sikap Saul. Sikap kita adalah memahami dan menyampaikan perintah Tuhan ataupun kesepakatan itu dengan benar.
  2. Kita diingatkan oleh Samuel untuk tidak mempersembahkan “hasil yang tidak halal” kepada Tuhan, entah sebagai syukur atau penebusan dosa kita.  Tidak ada artinya kita memberikan sumbangan besar kepada gereja atau orang miskin, tetapi sumbangan itu dari hasil yang tidak halal: korupsi, penipuan atau pemerasan. Walaupun secara manusiawi, orang menerima persembahan itu karena ketidaktahuan, tetapi Tuhan tidak berkenan atas korban persembahan itu. Dan lebih jauh dapat kita tanyakan pada diri kita: Apakah keluarga kita akan kita beri makan juga dari hasil yang tidak halal?
  3. Kita juga diingatkan oleh Samuel akan arti hidup beriman. Beriman itu menyangkut cara hidup bukan hanya ritus.  Menjadi orang kristen juga tidak bisa mengatakan “saya tidak bisa aktif ke kegiatan gereja ; saya hanya bisa misa mingguan; tetapi jika perlu apa-apa saya dapat mendukung secara finansial.” Bagi umat mungkin kita memaklumi karena sebagaian dari kita berpikir mudah “yang penting dananya keluar daripada tidak sama sekali”.  Tetapi jika kita berpikir untuk kebaikannya kitapun juga harus mengingatkan bahwa korban bakar dam kurnan sembelihan tidak berarti kalau hidup iman kita tidak menyentuh cara hidup kita. Kekristenan tidak hanya sembahyang dan ibadat atau meyumbangkan dana, tetapi kekristenan itu mencakup soal cara hidup seperti Kristus.

Kontemplasi

Gambarkan dialog antara Samuel dengan Saul. Bagaimana Samuel mengingatkan Saul akan makna beriman kepada Allah.

Refleksi

Bagaimana dengan hidupku sebagai seorang pemimpin? Apakah aku belajar taat? Apakah aku juga mempersembahkan kepada Allah hasil jerih lelahku dan menghayati imanku sebagai sebuah cara hidup?

Doa

Ya Bapa, semoga aku semakin menghidupi dan mewujudkan kekritenan itu dalam sebuah cara hidup kristiani. Amin

Perutusan

Belajarlah menghayati iman sebuah sebuah cara hidup yang mengubah cara berpikir, perasaan, hati, dan hidup anda

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here