Jumat, 5 Oktober 2018
Bacaan: Ayb 38:1.12-21;39:36-38; Mzm 139:1-3.7-10.13-14b; Luk 10:13-16
Renungan
SETELAH berkeluh kesah kepada Allah, menuntut dan mempertanyakan kebijaksanaanNya, Allah menjawab Ayub dengan menunjukkan kebijaksanaanNya yang tercermin dalam alam semesta. Kalau Allah mampu mengatur segala sesuatu di luar kemampuan manusia, apakah masih “relevan” manusia mempertanyakan kebijaksanaanNya terhadap hidup manusia? Penjelasan Allah itu membuat Ayub hanya mampu menutup mulut dan tidak lagi mampu berbantah : “Mulutku kututup dengan tangan.Satu kali aku berbicara, tidak akan kuulangi; dua kali aku berkata, tidak akan kulanjutkan”
Jika kita mempertanyakan kebijaksaan Allah dan menuntut keadilanNya atas penderitaan, ada baiknya kita juga membuka mata hati kita untuk melihat kebiajaksanaanNya yang tercermin dalam alam semesta. Allah menata hidup alam semesta yang begitu luas dan tak terselami demikian teliti, cermat, indah, tekun, dan tepat. Demikian juga ketika Ia mendandani kita, anak-anakNya. Mari kita masuk keheningan, buka mata hati kita sebelum kita menyalahkanNya dan menuntut keadilan dariNya atas penderitaan yang kita alami.
Kontemplasi
Dalamilah dan rasakanlah apa yang dilihat, dirasakan dan dialami oleh Ayub ketika mendengarkan jawaban Allah.
Refleksi
Apakah aku mengambil sikap hening dan membuka mata hatiku lebih dalam lagi ketika aku merasakan bahwa Allah tidak adil dan tidak care pada diriku?
Doa
Ya Bapa, kebijaksanaanMu tak terselami. Jika Engkau mendandani alam semesta ini demikian luar biasa; demikian aku percaya bahwa Engkau mendandani hidup anakMu ini lebih indah dari segala sesuatu. Amin.
Perutusan
Heninglah di hadapan kebijaksanaan Tuhan yang Mahakuasa.
Mari kita berdoa pula bagi saudara-saudara kita yang sekarang ini sendang mengalami penderitaan
https://www.youtube.com/watch?v=ClW6QxQGnxo
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)