Tahun C-1. Pekan Biasa X.
Sabtu, 15 Juni 2019.
Bacaan: 2 Kor 5:14-21; Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12; Mat 5:33-37.
Renungan:
“BERILAH dirimu didamaikan dengan Allah” demikian undangan Paulus kepada jemaat di Korintus. Dan terlebih lagi Paulus mengungkapkan “Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.” Hidup dalam dosa adalah hidup dalam peseteruan dengan Allah. Pendamaian itu membutuhkan mediasi, yang mewakili pihak Allah untuk berbicara dari pihak Allah dan yang mewakili pihak manusia untuk berbicara dengan Allah yaitu Yesus Kristus sendiri. Pendampian itu tercapai terutama dan pertama-tama adalah pertobatan hidup. Allah tidak pernah memusuhi kita. Yang ada dalam Allah hanyalah kasih. Justru kitalah yang sebenarnya sering mendiamkan dan memusuhi Allah atas kesalahan dan keterbatasan yang kita alami. Kita harus bertobat.
Allah menghendaki kita untuk hidup damai dan menjadi duta perdamaian. Hidup damai itu tidak sekedar tidak ada konflik. Tidak ada konflik kadang terjadi bukan karena kita saling memahami, tetapi kadang karena kita tidak membuka hati-perasaan-pikiran kita dan menerima perbedaan itu sebagai kesempatan untuk memahami. Hidup damai adalah hidup di dalam komunikasi kasih yang semakin lama semakin mendalam. Jiwa yang keruh, pikiran yang penuh prasangka, perasaan yang tak terkendali adalah tantangan yang harus kita hadapi. Tanda ketidakdamaian itu adalah : ribut dan mempersalahkan hal-hal kecil dan sepele. Dalam jiwa yang jernih, pikiran yang lurus dan perasaan yang terkendali, kita dalam menemukan kedamaian dalam perbedaan apapun. “Jadilah pembawa damai” demikian doa Santo Fransiskus yang diwariskan kepada kita.
Kontemplasi:
Gambarkanlah figur seorang yang mampu menjadi pendamai.
Refleksi:
Apakah aku hidup dalam perdamaian dengan Allah dan sesama? Bagaimana aku mengatasi konflik dan perbedaan yang kualami dalam hidup perkawinan, keluarga, maupun komunitas?
Doa
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Amin.
Perutusan:
Doakanlah dan resapkanlah doa St Fransiskus Asisi “Tuhan jadikanlah aku pembawa damai”.
(Morist MSF – www.misafajava.org)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)