Kamis, 14 Desember 2017 . PW St. Yohanes dari Salib
Bacaan: Yes 41:13-20; Mzm 145:1.9-13b: Mat 11:11-15
Renungan
PENYERTAAN Tuhan bagi Israel digambarkan oleh Yesaya : “Aku memegang tangan kananmu…..Aku yang menolong engkau dan yang menebis engkau..” Penyertaan Tuhan itu disertai dengan perubahan identitas Israel dario “cacing Yakub, ulat Israell” menjadi “papan pengirik yang tajam” dan berkat-berkat yang ajaib dan melimpah. Penyertaan dan janji Tuhan ini dijadikan oleh Yesaya sebagai sumber penghiburan dan kekuatan bagi Israel untuk bangkit dari keterpurukan.
Ketika perkawinan dan keluarga dalam situasi terpuruk, kita bisa jatuh dalam sikap membiarkan, diam (tidak berbuat apapun) atau sikap melarikan diri atau mencari kompensasi yang salah sehingga situasi menjadi lebih buruk dari keadaannya. Sikap-sikap seperti ini justru membuat perkawinan dan keluarga sulit untuk ditolong.
Yesaya mengajak kita untuk membiarkan diri dipegang Tuhan dan pengharapan bahwa Tuhan mampu dan sanggup menjadikan segala sesuatu itu baik. Situasi terpuruk justru harus membuat kita lebih berhati-hati dan cermat; membuat kita berlajar menata diri dan menata hati. Masa terpuruk adalah masa Tuhan menempa karakter kita.
Mari kita belajar dari pribadi-pribadi yang ditambilkan Kitab Suci menjelang Natal. Pribadi-pribadi mereka ditempa oleh Allah justru dalam situasi-situasi berat. Jangan salahkah situasi buruk karena situasi buruk kadang datang kepada kita begitu saja, tetapi salahkanlah diri anda jika anda menjadi orang buruk karena situasi buruk.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana kata-kata Yesaya ini menjadi penguat harapan bagi umat Israel.
Refleksi
Bagaimana reaksi dan sikapku ketika berhadapan dengan keterpurukan hidup?
Doa
Ya Bapa, kupegang tanganMu erat dan kubiarkan diriku Kautempa dan Kautuntun di jalanMu.
Perutusan
Bersikaplah hati-hati, cermat, dan tetap mencari yang terbaik ketika anda mengalami situasi terpuruk
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)