Lentera Keluarga – Effata

0
626 views

Jumat, 9 Februari 2018.
Bacaan: 1Raj 11:29-32;12:19; Mzm 81:10-11ab.12-13.14-15; Mrk 7:31-37

Renungan

BIASANYA Tuhan Yesus menyembuhkan cukup dengan berkata baik kepada si sakit maupun orang yang meminta. Kisah penyembuhan orang yang tuli dan gagap ini unik.  Markus memberikan secacara detail apa yang diperbuat Tuhan Yesus : memisahkan, memasukkan jari ke telinga, meludah, meraba lidah, menarik nafas dan berkata :”Effata”. Kata Effata itu mempunyai dampak bukan hanya kepada kesembuhan orang yang tuli dan gagap tetapi juga pada keberaniannya untuk mewartakan perbuatan besar Tuhan.  Tuli dan gagap tidak hanya mengenai kondisi fisik; tetapi juga dapat kita beri makna rohaninya. Tuli berarti menuntup telinga atau tertutup telingannya untuk mendengarkan Tuhan dan panggilannya; gagap berarti takut dan tidak mampu memberikan kesaksian. Maka Sabda Tuhan hari ini “Effata” membuka hati kita untuk mampu mendengar dan memahami Tuhan yang berbicara dan mampu memberikan kesaksian hidup.

“Effata” itu adalah sebuah pengalaman iman. Kadang kita sendiri mengikuti retret, pendampingan, rekoleksi atau camp  atau kegiatan rohani berkali-kali tetapi kok rasanya hambar dan tidak ada pengaruhnya. Atau kadang teguran orang mengenai tindakan dan kebiasaan kita yang kurang baik, tidak mudah kita praktekkan atau amini.  Tetapi pada hari, pengalaman “effata” itu kita alami sehingga ada semacam “cahaya” dan “pemahaman baru” yang membuat kita mengalami Allah yang mengubah hidup.

Kadang kita juga memberikan pengertia, masukan, teguran kepada anggota keluarga kita karena kebiasaan atau sikapnya yang kurang terpuji; Yang bersangkutan mengerti secara logika, tetapi kadang tidak mengubah hidupnya. Kadang hal itu membuat kita jengkel dan malas untuk berbicara dengannya. Kita perlu mohon kepada Tuhan pengalaman “effata” itu, supaya hatinya terbuka dan memperoleh cahaya kebenaran dalam batinnya.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana pengalaman “Effata” itu dialami oleh oleh yang tuli dan gagap. Renungkan perubahan yang terjadi dalam hidupnya.

Refleksi

Apa pengalaman “effata” yang kualami dalam hidupku? Bagaimana pengalaman itu mengubah hidupku?

Doa

Ya Bapa, semoga aku boleh mengalami pengalaman “effata” itu sebagai pengalaman iman yang menjadikan hidupku boleh menjadi pendengar dan pewarta kebaikanMu. Amin.

Perutusan

Mohonlah kepada Tuhan pengalaman “effata” itu untuk hidup anda dan hidup anggota keluarga anda

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here