Sabtu, 10 Maret 2018.
Bacaan: Hos 6:1-6; Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Luk 18:9-14.
Renungan
“AKU menyukai kasih setia (khesed) , dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah (da’at elohim), lebih daripada kurban-kurban bakaran (zevakh)” demikian Hosea menangkap kehendak Allah. Bagi Hosea, hubungan dengan Allah, termasuk pertobatan, tidak hanya cukup diungkapkan dengan memberikan kurban pepulih dosa. Asal kewajiban agama terlaksana, relasi dengan Allah sudahlah beres. Ini yang disebut dengan ekternalisme agama. Hosea mau menekankan internalisasi hidup beriman yang benar-benar terwujud dalam cara hidup orang beriman.
Dalam masa prapaska ini, kitapun diundang untuk menghayati hidup beriman bukan hanya dengan kegiatan dan ritual karena kebiasaan. Tidak cukup bagi Tuhan, sikap asal sudah dilaksanakan. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bukan hukum baru dalam hidup beragama, tetapi cara baru dalam penghayatan hidup beragama yang menekankan aspek perubahan hati dan cara hidup. Yesus menolak ritualisme tanpa batin dan formalisme tanpa pendalaman. Bagi Yesus, hidup beriman harus merubah dara hidup orang sepadan dengan sifat dan kehendak Allah sendiri.
Bahaya esternalisme beriman juga dapat diterapkan dalam relasi suami isteri, atau relasi dalam keluarga secara lebih luas. Banyak waktu, acara, kegiatan, hadiah kita berikan untuk orang-orang yang kita kasihi. Tetapi semuanya itu tanpa makna/tidak ada artinya jikalau kita tidak membenahi relasi dan membangun intimitas. Jika ada intimitas dan relasi yang mendalam, tindakan sesederhana apapun akan mempunyai makna yang mendalam dan berdampak pada relasi.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Hosea menekankan pentingnya perubahan cara hidup daripada kurban.
Refleksi
Bagaimanakah aku melaksanakan kewajiban agamaku? Apakah aku melaksanakan semuanya itu dengan penuh cinta, kesadaran dan sungguh berdampak pada cara hidupku?
Doa
Ya Bapa, ajarlah aku untuk hidup di dalam kasih setia dan ikatan yang kuat denganMu serta hidup seturut dengan kehendakMu.
Perutusan
Bertobatlah dari sikap eksternalisme hidup beriman. Lakukan kewajiban agama dengan hati dan cinta; dan ungkapkanlah hidup beriman itu dengan cara hidup yang benar sebagaimana Tuhan kehendaki.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)