Tahun A-2. Minggu Biasa XVIII
Senin, 3 Agustus 2020.
Bacaan: Yer 28:1-17; Mzm 119:29.43.79.80.95.102; Mat 14:22-36.
Renungan:
SITUASI pertempuran Yehuda dan Babel sudah diambang pintu. Berhadapan dengan situasi ini, dua nabi besar, Hanaya dan Yeremia “beradu” nubuat Allah dan tindakan kenabian di depan orang-orang Yehuda. Hanaya menubuatkan bahwa 2 tahun lagi Babel akan hancur dan Yehuda dipulihkan dan sebagai simbol ia mematahkan gandar kayu yang dibawa Yeremia; Yeremia mengatakan bahwa Allah akan mendatangkan malapetaka melalui Babel jika orang Yehuda tidak bertobat dan ia mengganti gandar kayunya dengan gandar besi. Nubuat Hanaya nampaknya enak didengarkan dan menetramkan serta memberi semangat kepada tentara Yehuda; tetapi nubuat Yeremia tidak enak didengar dan dia dituduh melemahkan semangat tempur dan subversif; Nubuat enak dan tidak enak adalah tetap nubuat; kebenaran nubuat itu nampak seperti yang diungkapkan oleh Yeremia : “Tetapi mengenai seorang nabi bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan.” Karena menyesatkan umat, Yeremia menubuatkan Hanaya meninggal dan nubuat itu terjadi.
Suara kita sebagai gembala kadang bisa berbeda satu dengan yang lain; bisa karena kebijakan pastoral, tetapi bisa juga karena kekurangpahaman kita akan yang pokok dan kadang karena keyakinan pribadi. Perbedaan ajaran dan perubahan pastoral ini bagi kita sebagai gembala nampak biasa, tetapi dampak pada umat adalah kebingungan. Apalagi yang satu menyatakan lebih benar daripada yang lain. Maka perlu bagi kita untuk setia memberikan ajaran dan praktek pastoral yang benar dalam hidup menggeraja; mengikuti pola bersama yang sudah baik dan satu dengan keuskupan.
Sebagai umat, kita perlu berhati-hati untuk tidak jatuh dalam dukung mendukung atau jatuh menjadi “fans” atas gembala tententu yang “lebih enak, lebih gampang, lebih bisa mengikuti keinginan”. Kedekatan kita dengan gembala, janganlah kita manfaatkan untuk kepentingan kita; Boleh kita mengungkapkan apa yang kita inginkan, tetapi hendaknya juga kita paham bahwa ada ajaran dan pedoman pastoral yang perlu ditaati bersama; dan biarkan para gembala mengambil kebijakan pastoral bukan atas nama pribadi tetapi atas nama gereja yang dapat dipertanggungjawabkan. Kitapun perlu belajar pada ajaran yang benar yang diajarkan gereja dengan terus membaca, belajar dan mempraktekkannya; bukan mendasarkan pada ajaran gembala tertentu. Ajaran dan pastoral yang benar akan menuntun kita akan bertumbuh benar sebagai anggota gereja yang baik.
Kontemplasi:
Gambarkanlah “duel” nubuat dan tindakan kenabian antara Hanaya dan Yeremia.
Refleksi:
Apakah aku sebagai gembala memberikan “nubuat” ajaran iman dan praktek pastoral yang dipertanggungjawabkan? Apakah sebagai umat aku juga belajar untuk mengikuti apa yang benar dan bukan apa yang kuinginkan dan mengenakkan?
Doa:
Ya Bapa, ajarilah kami untuk setia mengajarkan dan mengikuti ajaran yang benar dan praktek pastoral yang bertanggungjawab.
Perutusan:
Setialah untuk mengajarkan dan mengikuti ajaran yang benar dan praktek pastoral gereja secara bertanggungjawab.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)