Lentera Keluarga – Hidup Bersatu dan Berakar

0
1,086 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XXIII
Selasa, 10 September 2019
Bacaan: Kol 2:6-15; Mzm 145:1-2.8-11; Luk 6:12-19. 

Renungan:

KEPADA jemaat di Kolose, Paulus  mengungkapkan “…hendaklah kalian tetap hidup bersatu dengan dia. Hendaklah kalian berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia…” Nasihat ini diberikan karena jemaat Kolose adalah jemaat baru dan mereka tinggal di tengah hiruk pikuknya ajaran filsafat yunani (hellenisme), ajaran mengenai roh yang lain serta perdebatan mengenai berkaitan dengan pokok-pokok ajaran iman. Dan tidak jarang mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan imannya di hadapan aneka ajaran itu, dibelokkan, ragu di dalam iman kristen darn kemudian meninggalkannya. Nasihat Paulus bukan untuk menyerang orang lain atau ajaran lain tetapi lebih kepada pembangunan pondasi iman yang kuat  “bersatu  dan berakar.”

Iman kristen sekarang ini tidak berada sendirian, tetapi juga ada berbagai macam agama dan kepercayaan yang berkembang dan tumbuh bersama; bahkan bukan hanya kepercayaan tetapi juga sikap anti agama – kepercayaan baik yang menolak Tuhan maupun yang tidak mengakui adanya Tuhan. Dan kadang-kadang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, penelitian dlsb, banyak fundamen agama dijadikan bahan kajian ilmiah, sehingga kadang menggocangkan pondasi iman terutama yang hidup dalam periferi iman.  Selain itu, umat kristen sendiri juga banyak yang jatuh dalam iman subyektif ( beriman menurut versi pemikiran, penangkapan dan keinginan pribadi). Melindungi umat kita dari bahaya meninggalkan iman tidak kita lakukakan dengan iming-iming atau ancaman, atau bahkan dengan berdebat menjelek-jelekkan agama dan kepercayaan orang lain; tetapi justru dengan membangun fondasi iman :” hidup bersatu dan berakar “ dalam Kristus”. Kebingungan dan kegelisahan iman harus dijawab dengan belajar dan terus belajar mengenai kebenaran iman dari sumber yang benar yaitu Gereja. Kitab Suci, Tradisi Gereja dan Magisterium adalah tiga sumber utama “kesatuan dan akar” dari iman. Kehadiran Tradisi dan Magisterium membuat kita tidak menjadi penafsir subyektif Kitab Suci dan perwujudannya. Penting bagi kita untuk rajin bukan hanya merenungkan dan membaca Kitab Suci tetapi juga belajar bagaimana Kitab Suci ditasfirkan dan dihayati dalam Tradisi Gereja dan dirumuskan dalam ajaran-ajaran dasar gereja. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana reaksi umat di Kolose setelah membaca nasihat Paulus. 

Refleksi:

Apakah hidupku “bersatu dan berakar” dalam Kristus? Apa bentuk-bentuk kesatuan itu?

Doa: 

Ya Bapa, semoga imanku akan Engkau tetap teguh dan mendalam di tengah aneka tawaran dan ajaran lain. Amin. 

Perutusan:

Bersatulah kuat dengan Tuhan di dalam doa dan perlengkapilah iman anda dengan pemahaman iman melalui Tradisi, Magisterium Gereja dan sumber-sumber yang benar dan dapat dipertanggunjawabkan. 

(Morist MSF)- www.misafajava.org

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here