Kamis, 14 Juni 2018.
Bacaan: 1Raj 18:41-46; Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13; Mat 5:20-26
Renungan:
“JIKA hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”, demikian kotbah Yesus kepada orang-orang yang mengikutiNya. Hidup keagamaan orang-orang Farisi dan ahli Taurat sungguh sangat “militan”: berdoa 3 x sehari menghadap Bait Allah di Yerusalem, rajin merenungkan Taurat dan beribadah serta sangat disiplin dalam hukum Taurat. Apa yang “tidak benar” dan apa yang “lebih benar”? Yang tidak benar adalah bahwa penghayatan hidup keagamaan tersebut mengesampingkan hidup nyata orang, menyalahkan hidup kegamaan orang lain, memaksakan penafsirannya sendiri atau dengan kata lain cara penghayatan seperti ini tidak membuat orang hidup dalam radikalisme sempit. Harus kita ingat pula, bahwa tidak semua orang farisi dan ahli kitab seperti itu; ada banyak dari mereka yang baik.
Hidup keagamaan yang militan dan taat walaupun dilambari dengan “persepsi” mencintai Allah, tetapi jika mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan itu tidak tepat. Semakin benar hidup keagamaan seseorang maka orang akan menjadi semakin manusiawi. Semakin manusiawi artinya adalah semakin hidup dalam kasih. Semakin taat beribadat, semakin taat merenungkan firman, semakin taat hidup menggereja, seharusnya kita menjadi semakin mempraktekkan dan menghayati kasih. Radikalisme sempit itu ada dalam setiap agama, karena keterbatasan penafsiran dan faktor-faktor lain seperti emosi, ekonomi dan sosial.
Hidup beriman keluarga harus kita pupuk sejak awal dengan kebiasaan-kebiasaan iman: berdoa, merenungkan firman, merayakan iman, tetapi juga harus disertai dengan perubahan hati dan perilaku yang semakin manusiawi. Jangan mendidik iman anggota keluarga kita dengan kebencian atau gambaran buruk tentang orang lain. Tetapi berikanlah kepada anggota keluarga kita bahwa kebenaran hidup beragama itu tampak dalam penghayatan kasih yang dipraktekkan dalam hidup sehari-hari.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana reaksi para pendengar Tuhan Yesus ketika memberikan kotbahNya.
Refleksi
Apakah aku menghayati hidup agamaku dengan baik dan aku semakin menjadi pribadi yang manusiawi?
Doa
Ya Bapa, semoga aku membangun hidup keagamaanku dengan dasar kasih Kristus.
Perutusan
Hiduplah beragama dengan benar dengan menjadi pribadi yang semakin manusiawi.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)