Rabu, 22 November 2017 . PW St. Sisilia, Perawan dan Martir.
Bacaan: 2Mak 7:1.20-31; Mzm 17:1.5-6.8b.15: Luk 19:11-28
Renungan
SELAIN ada Eleazar, figur pria, yang setia, Makabe juga mengisahkan kemartiran seorang Ibu dengan tujuh anaknya, yang menjadi figur wanita yang setia dalam iman. Ibu ini adalah figur wanita yang luar biasa. Ia menjadi figur kesetiaan iman dan pendorong kesetiaan iman bagi ketujuh anaknya, yang mati dalam waktu 1 hari saja. Keutamaan Ibu ini diungkapkan oleh Makabe dengan indah, terutama kepada anak yang bungsu: ” “Anakku, kasihanilah aku yang sembilan bulan lamanya mengandungmu dan tiga tahun lamanya menyusui engkau. Aku pun sudah mengasuhmu dan membesarkanmu hingga umurmu sekarang ini dan terus memeliharamu. Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatu yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah menjadikan kesemuanya itu bukan dari barang yang sudah ada. Demikianlah bangsa manusia juga dijadikan. Jangan takut kepada algojo itu. Sebaliknya hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu dan terimalah maut itu, supaya aku mendapat kembali engkau bersama kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak.”
Semua ibu dipanggil untuk melahirkan anak-anak di dalam iman akan Tuhan. Dan kenyataannya, figur ibulah yang mengajari anak ke gereja, berdoa, belajar dll. Kita bersyukur karena teladan iman ini mengantar kita mengenal Allah. Sebagai seorang ibu, apapun akan diperjuangkan dan dikorbankan untuk kebahagiaan anak-anaknya; namun seorang ibu harus menunjukkan kepada anak bahwa kebahagiaan itu bukan soal materi, kedudukan dan masa depan; tetapi kesetiaan kepada Allah.
Kita hari ini juga berdoa bagi para ibu yang berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anaknya, baik dalam iman maupun dalam hidup sehari-hari. Ibu yang menguatkan hati anak-anaknya, meskipun hatinya juga rapuh; yang mendorong anak-anaknya untuk jangan menyerah meskipun iapun kerap kali tidak sanggup dan ingin menyerah; seorang ibu yang menghibur anaknya, meskipun hatinya sendiri pilu; seorang ibu yang merelakan anaknya jauh darinya, meskipun ia takut mengalami kesepian dan kesendirian.
Kontemplasi
Gambarkan darah dan nasihat keteguhan iman yang dihidupi oleh Ibu ini dan disampaikannya kepada anak-anaknya.
Dalam juga merenungkan lagu ibu: https://www.youtube.com/watch?v=RuvZDrXWJIk.
Refleksi
Bagaimana aku, sebagai seorang ibu, menjadi teladan/model iman bagi anak-anakku?
Bagaimana aku, sebagai seorang anak, mengalami peneguhan iman dari ibu?
Doa
Ya Bapa, syukur dan terima kasih atas Ibu yang menjadi teladan dan peneguh iman bagiku.
Kuatkanlah para ibu, dimanapun juga berada, untuk menjadi teladan dan peneguh iman bagi anak-anaknya. Amin
Perutusan
Aku berterima kasih kepada Ibu dan bersyukur atas teladan iman yang ia berikan kepadaku.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)