Tahun A-2. Pekan Biasa VI
Kamis, 20 Februari 2020.
Bacaan: Yak 2:1-9; Mzm 34:2-3.4-5.6-7; Mrk 8:27-33.
Renungan:
KEHIDUPAN jemaat perdana diwarnai dengan beradaan aneka macam orang dari macam status, termasuk orang yang kaya dan sudah biasa. Kepada para pemimpin jemaat Yakobus mengingatkan, “ janganlah iman kalian amalkan dengan memandang muka”, mencari muka dan memberikan prioritas kepada orang yang tampil kaya; dan mempermalukan dan menghina orang yang tidak punya. Secara positif dikatakan bahwa hendaknya semua disapa, diterima dan dihormati serta dilayani secara sama sebagai anggota jemaat.
Sebagai pelayanan gereja di tingkat manapun, kehadiran orang yang mampu itu menjadi berkat; terutama jikalau ada aneka kegiatan atau pembangunan, mereka bisa menjadi donatur atau penyandang dana. “Rasa berhutang dan balas budi” itu kadang muncul dengan memberikan prioritas pelayanan kepada yang bersangkutan. Bahkan membuat kita sungkan untuk menolak. Ada dari orang kaya itu bersikap lepas bebas atas pemberian yang ia berikan kepada jemaat; tetapi ada juga yang secara tidak sadar menggunakan “rasa berhutang atau membalas budi itu” dengan mengatur kegiatan ataupun pembagunan di dalam gereja; bahkan mengatur hidup para pelayanan dengan “membelokkan” cara hidup pelayan bergeser dari cara hidup religius atau imamat. Bagi kita yang diberkati Tuhan dengan kekayaan, berikanlah kepada gereja dengan sukarela dan jadilah warga gereja yang sama dengan lain; biarkanlah para pelayanan gereja hidup sebagaimana mereka seharusnya hidup.
Saudara-saudara kita yang kurang kadang menjadi beban bagi kita, terutama ketika kita harus memberi bantuan, support ekonomi dalam aneka kegiatan ataupun acara lainnya. Ketika mereka tidak mampu ikut acara atau kegiatan karena tidak mampu membayar, janganlah kita melihat mereka sebagai orang yang tidak aktif. Mereka memerlukan untuk kepentingan yang lebih baik. Tuntutan uang walaupun bagi kita sedikit, tetapi tidaklah sedikit bagi saudara-saudari kita yang berkekurangan. Bagi saudara-saudari yang berkekurangan, jangan jadikan masalah finansial untuk tidak terlibat dalam hidup menggereja; dan jangan menjadi ketakutan bagi kita untuk meminta pelayanan dari para gembala, walaupun kita tidak mampu memberikan apa-apa.Tetapi juga jangan mempunyai mentalitas miskin, sehingga aneka kegiatan gereja kita jadikan sebuah proyek untuk mendapatkan sepeser rejeki.
Seorang pemimpin dan pelayan jemaat harus dekat dengan semua orang, bersikap lepas bebas. Bantuan orang kaya tidak membuat kita berlebihan; bantuan orang miskin tidak membuat kita berkekurangan. Mari kita layani mereka semua sebagai saudara, sebagai penyalur berkat.
Kontemplasi:
Gambarkan apa yang dikisahkan oleh Yakobus.
Refleksi:
Bagaimanakah sikapku dalam pelayanan terhadap saudara-saudara yang berada maupun kepada saudara-saudara yang kurang beruntung?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami melayani siapapun yang datang kepada kami dengan penuh cinta, pemberian diri dan sikap hormat.
Perutusan:
Layanilah semua orang dengan sikap lepas bebas dan kerendahan hati.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)