Pesta St Laurensius.
Bacaan: 2Kor 9:6-10
Mazmur : Mzm 112:1-2.5-9
Injil : Yoh 12:24-26
Renungan
KEHIDUPAN baru digambarkan oleh Yesus seperti siklus kehidupan gandum “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap sebiji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Kehidupan baru ini bukan hanya berbicara mengenai kebangkitan pasca kematian, tetapi secara lebih luar berbicara mengenai artinya keberanian untuk kehilangan diri sendiri dan menghasilkan buah. Lawan dari sikap ini adalah “mengenggam erat” diri sendiri. Dua tipe orang; yang pertama berani kehilangan diri dan menghasilkan buah; dan yang kedua adalah “mengenggam erat” hidup.
Kehilangan benda yang berharga membuat kita cemas dan mungkin tidak bisa tidur untuk memikirkan dan mencarinya. Dan lebih lagi apa yang akan kita rasakan jika kita kehilangan diri sendiri? Semakin berusia kita, semakin besar tanggungjawab kita, kitapun semakin kehilangan diri kita sendiri. Dengan menikah, kita menyerahkan kebebasan dalam perkawinan. Dengan mempunyai buah hati, kitapun semakin dituntut untuk semakin mengorbankan waktu, kesenangan, dan hobi. Demikian juga ketika anak-anak sudah dewasa. Pemberian diri kita itu semakin nyata ketika kitapun menurun dalam kondisi fisik. Kita semakin melepas pola hidup muda kita, segala aktivitas yang menuntut kesigapan dan mobilitas tinggi, melepaskan keinginan-keinginan pribadi, menerima kelansiaan kita sampai pada suatu saat kita masuk pada pemberian diri kita paripurna. Semakin kita menggenggam erat pola-pola hidup lama, hidup membujang dalam perkawinan atau hidup merasa muda di usia senja, kita justru sering berbuah pada ketidakpuasan dan kekecewaan serta konflik dengan mereka yang ada di sekitar kita. Pemberian diri yang kita lakukan dengan tulus, total dan sukarela akan berbuah pada kebaikan pasangan, anak-anak kita dan kebaikan orang-orang di sekitar kita. Hidup kita menjadi “roti hidup” bagi orang-orang di sekitar kita.
Kontemplasi
Gambarkan dengan cermat perumpamaan biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati serta akan menghasilkan buah yang melimpah.
Refleksi
Apakah dalam hidup keluargaku aku bersikukuh terhadap karakter diri dan pola hidupku sendiri ataukan aku mempersembahan hidupku dan mendedikasikannya kepada pasangan, keluarga dan Allah dengan total, rela dan sukacita?
Doa
Ya Bapa, semoga aku semakin berani kehilangan diriku dan mempersembahkan hidupku dengan total, rela dan sukacita kepada mereka yang Kaupercayakan kepadaku. Amin.
Perutusan
Aku mau merubah pola-pola hidupku dan membaktikan hidup untuk keluarga.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)