Tahun C-1. Jumat Paska VI. Pesta Santa Maria Mengunjungi Elisabeth
Jumat, 31 Mei 2019.
Bacaan: Zef 3:14-18a; Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Luk 1:39-56.
Renungan:
“TERPUJILAH engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu” demikian Elisabeth mendengar salam Maria. Seharusnya salam tersebut ditujukan kepada seorang muda kepada seorang ibu yang lebih tua. Orang Israel mempunyai keyakinan bahwa seorang wanita yang terberkati adalah wanita yang mempunyai anak banyak dan anak-anak itu membahagiakan mereka. Tetapi justru Elizabeth memberikan pujian tersebut kepada seorang perawan yang baru saja secara rahasia mendapat mandat untuk mengandung Mesias. Salam Elisabeth dan doa Maria mengubah mindset tentang artinya kebahagiaan seorang wanita : “..sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku….” Inilah rahasia kebahagiaan hidup Maria sebagai seorang wanita dan seorang ibu.
Benar bahwa anak adalah buah kasih dan mahkota perkawinan. Namun identitas seorang wanita tidak hanya ditentukan oleh kemampuannya untuk melahirkan dan mempunyai keturunan. Kebahagiaan seorang wanita-ibu terletak ketika ia dipilih, dan terlibat dalam rencana Allah. Hidup Maria sebagai seorang wanita dan seorang ibu jauh dari kata “beruntung – nyaman – enak” dari kaca mata dunia: melahirkan dalam situasi yang tidak nyaman, pergi mengungsi dalam kondisi lemah dan tidak pasti, memulai hidup baru tinggal di Nazareth, menjadi seorang janda saat Yesus remaja, menjadi tanggungan hidup keluarga besar, mengikuti Anaknya bahkan sampai salib-wafat, dan tinggal bersama Yohanes sampai akhir hidupnya. Tetapi Maria sebagai wanita dan ibu yang luar biasa, meletakkan perstiwa hidup tersebut dalam satu kaliman “bahagia ..karena perbuatan besar dikerjakan bagiku.”.
Namun demikian kita sebagai anak tetap mempunyai tanggungjawab untuk mengantar ibu kita menemukan kebahagiaan hidupnya. Perhatian dan dukungan kita menjadi suasana baginya untuk boleh menerobos kesepian, kesendirian, sakit, ketidakberdayaan yang dialaminya dan menemukan sumber kebahagiaan sejati di dalam Tuhan.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Maria meletakkan kebahagiaan hidupnya sebagai seorang wanita – ibu.
Refleksi:
Dimanakan aku meletakkan kebahagiaan hidupku? Apakah aku menyadari bahwa Allah memilihku dan sedang melakukan perbuatan besar dalam hidupku?
Doa
Ya Bapa, rencana dan kehendakMulah satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidupku.
Perutusan:
Berbahagialah bukan karena anda mendapatkan banyak hal sebagai seorang wanita/ibu, tetapi karena Allah memilihmu dan melakukan perbuatan besar dalam hidupmu.
(Morist MSF – www.misafajava.org)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)