Tahun A-2. Minggu Biasa XVI
Sabtu, 25 Juli 2020. Pesta St. Yakobus Rasul
Bacaan: 2 Kor 4:7-15; Mzm 126:1-2ab.2c-3.4-5.6; Mat 20:20-28.
Renungan:
KISAH permohonan Ibu Zebedeus dan kedua anaknya ini unik. Mereka sepakat untuk memohon sesuatu, dan itu dimulai dari seorang ibu yang memohon sambil bersujud untuk menempatkan kedua anaknya di tempat istimewa dalam Kerajaan Surga “supaya anakku ini kelak boleh duduk di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.’ Dua Murid ini memang murid yang dekat dengan Tuhan, karena mereka ada pada waktu peristiwa transfigurasi. Mereka bertiga merendahkan diri untuk memohonkan kemakmuran dan kedudukan dari Tuhan. Mereka tidak paham bahwa perjalanan Yesus ke Yerusalem adalah untuk wafat di salib. Dan walaupun Tuhan sudah menerangkan tetapi keinginan mereka membuat mereka tidak sadar besarnya konsekwensi yang harus ditanggung yaitu kematian anak-anak mereka.
Keinginan untuk kemakmuran kadang membutakan orang sehingga dengan cara apapun orang dapat merendahkan dirinya (atau bahkan orang lain) dan menelan konsekwensi yang tidak mereka pahami untuk mendapatkan keinginan mereka. Keinginan untuk mendapatkan kemakmuran membuat orang buta akan kehendak Tuhan, dimana penderitaan, salib dan kematian adalah jalan. Kisah Ibu Zebedeus dan anak-anaknya membuat kita belajar pentingnya mengikuti Tuhan tanpa pamrih apapaun dan hanya setia pada kehendak dan rencanaNya.
Dalam hidup panggilan kita sebagai religius, imam juga ada keinginan-keinginan pribadi yang menyisip. Bukan rencana kita untuk menginginkan tugas karena kita ditugaskan; bukan rencana kita untuk tinggal bersama dengan orang-orang yang dekat dengan kita, karena kita ditempatkan. Tidak perlu merasa rendah diri ketika tidak mendapatkan tugas khusus atau studi khusus. Karena smeua ini adalah pemuridan.
Dalam panggilan kita sebagai umatpun demikian. Walaupun di dalam gereja, petugas itu tidak mendapatkan upah, tetapi juga di sana sini masih saja ada yang berebut pelayanan, termasuk juga pendekatan-pendekatan khusus kepada para gembala atau umat yang lain untuk menggalang suara dan memberitakan berita buruk tentang orang lain. Keinginan kadang membutakan diri bahwa semuanya itu adalah sebuah perutusan dan kita adalah murid. Kesetiaan sebagai murid jauh lebih berharga daripada keinginan untuk menjadi murid yang hebat.
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana dialog Ibu Zebedeus-kedua anaknya dan Tuhan Yesus.
Refleksi:
Apakah aku belajar setia menjadi murid yang tanpa pamrih dalam pelayanan?
Doa:
Ya Bapa, ajarilah kami menundukkan rencana dan keinginan kami pribadi untuk belajar menjadi murid, tunduk dan setia pada rencanaMu yang pasti jauh lebih baik daripada apa yang dapat kami inginkan. Amin
Perutusan:
Jadilah murid yang setia dan yang lain akan dipercayakan kepada anda.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)