Kamis, 2 Agustus 2018. PW St. Alfonsus Maria de Liguori
Bacaan: Yer 15:10.16-21; Mzm 59:2-3.4-5a.10-11.17-18; Mat 13:44-46
Renungan:
KARENA menerima panggilan menjadi nabi karena “bujukan Allah”, Yeremia justru mengalami situasi sulit. Ia dimusuhi bukan hanya oleh keluarganya tetapi juga para nabi lain dan seluruh pendengarkan. Ia ditolak dan diperolok banyak orang. Yeremia tidak tahan dengan situasi ini dan berkeluh kesah atas hidupnya, mengutuki masa lalunya dan merasa dicurangi Allah yang tidak membela dia. Dalam situasi ini, suara Allah masih menguatkan harapan Yeremia : ” Aku akan melepaskan dikau dari tangan orang-orang jahat, dan membebaskan dikau dari genggaman orang-orang lalin”.
Mungkin tanpa kita dengarkan dan ketahui, banyak pelayanan, baik awan, religius maupun imam pernah mengalami situasi berat dalam pelayanan mereka dan berkeluh kesah di hadapan Tuhan dalam tangisan doa. Segala jerih payah dan pengorbanan yang diberikan tidak membuahkan hasil karena kepasifan umat. Maksud dan rencana baik kadang juga mengalami penolakan dan bahkan ‘suara minor”. Bahkan mungkin ada yang mengalami “pembunuhan karakter”. Bukan maksud bahwa umat buruk, tetapi karena komunikasi yang terkadang tidak sambung. Tidak sedikit orang tua kita berdoa juga dalam keluhan dan tangisan di hadapan Allah merasakan kegagalan mereka mendidik anak-anak mereka. Rancangan baik orang tua ditolak dan dicap otoriter.
Dari pengalaman ini, Allah mengundang kita untuk terus melanjutkan karya pelayanan kita sampai paripurna. Janji Allah adalah pengangan hidup kita.
Kontemplasi
Gambarkan situasi hati yang dialami oleh Yeremia dalam pelayanannya.
Refleksi
Dalam keluh kesah panggilanku sebagai pelayan umat maupun keluarga, apakah aku setia dan percaya kepada Allah yang mengutusku?
Doa
Ya Bapa, ajar aku setia menjadi pelayanMu dalam situasi apapun sampai paripurna.
Perutusan
Boleh berkeluh kesah, tetapi belajarlah untuk setia dan percaya pada panggilan dan janji Allah.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)