Tahun A-2. Pekan Biasa IV
Selasa, 04 Februari 2020.
Bacaan: 2 Sam 18:9-10.14b.24-25a.30-19:3; Mzm 86: 1-2.3-4.5-6; Mrk 5:21-43.
Renungan:
SEBURUK-BURUKNYA perilaku Absalom, bahkan terhadap Daud, ayah kandungnya sendiri, Daud tetap mengasihi Absalom sebagai anaknya. Kematian tragis Absalom yang bagi orang lain merupakan kabar sukacita, bagi Daud merupakan kabar dukacita, yang menambahkan lagi beban penderitaan yang ia alami. Kemenagan menjadi sebuah perkabungan.
Konflik keluarga yang berujung pada kehancuran salah satu anggota keluarga, bukanlah hal yang membanggakan, tetapi membawa kesedihan yang mendalam bagi semua. Yang kalah dan yang menang sama-sama menderitanya. Kasih keluarga tidak hilang; Kasih keluarga itulah yang membawa orang tua, mengalahkan segala luka, untuk menerima anaknya kembali; Kasih keluarga itulah yang membawa anak untuk menerima dan merawat orang tuanya, yang pernah mengutuki dan mengusirnya. Kasih keluarga itulah yang membawa kita menerima kembali anggota keluarga yang datang dalam kondisi terluka dan hancur.
Mari kita rawat keluarga kita dari “perang saudara”, dari sikap mencari “kalah menang”.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana cinta dan kesedihan Daud atas kematian Absalom anaknya.
Refleksi:
Bagaimana aku tetap merawat kasih di tengah keluarga yang sedang mengalami konflik?
Doa:
Ya Bapa, semoga cinta kasih di antara keluarga kami semakin bertumbuh, sehingga kami hidup dalam kerukunan, berkepala dingin dalam menyelesaikan persoalan, dan hati yang penuh kasih dalam mencari kebaikan bersama.
Perutusan:
Selesaikanlah perbedaan dan konflik dalam keluarga dengan kepala dingin dan hati yang penuh kasih.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)