Lentera Keluarga – Kerendahan Hati

0
501 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XXII
Minggu, 1 September 2019
Bacaan: Sir 3:17-18.20.28-29; Mzm 68:4-5ac.6-7ab.10-11; Ibr 12:18-19.22-24a; Luk 14:1.7-14

Renungan:

MAKIN besar engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu, supaya engkau mendapat karunia di hadapan Tuhan”.  Kerendahan hati sering ditafsirkan sebagai sikap “menunggu untuk ditunjuk” walaupun mampu atau “mengalah”  atau “diam” atau “tidak memanfaatkan kesempatan untuk berkembang”.  Rendah hati juga tidak sama dengan rendah diri atau pesimis. Rendah hati (Ibr Anavah)  berasal dari kata “anah” yang artinya menderita/direndahkan; atau dekat dengan kata “kana” yang artinya menundukkan diri (erat dengan kata “shafel” atau “rafas”)   atau tidak sombong / memegahkan diri sendiri. Rendah hati berarti berarti mengakui kesalahan, mau diajar dan belajar, tidak memegahkan diri, dan mementingkan kepentingan bersama. 

Kerendahan hati bagi Yesus menjadi ciri hidup kristen, termasuk di dalamnya hidup rohani. Jabatan dalam gereja atau masyarakat kadang membuat kita merasa berhak dan menuntut untuk dihormati dan dihargai atau diprioritaskan atau dilayani. Dan kemudian muncullah sikap arogan dan otoriter. Jika kita menempuh jalan ini, maka hidup kita akan tidak berkembang. Kita akan berkembang menjadi pemimpin atau pelayan jika pertama-tema dengan mendengarkan dengan baik, sikap terus untuk mau belajar, menerima kelemahan dan memikirkan banyak orang. 

Kerendahan hati juga menjadi keutamaan kita sebagai orang tua dan anak, yang masing-masing mempunyai dunia, cara berpikir, cara mengungkapkan diri secara lain. Semakin “orotiter” orang tua maka anak juga akan semakin “melawan/mengeyel”. Maksud baik orang tua kepada anak, maksud baik anak terhadap orang tua baru dapat tersampaikan jika ada sikap kerendahan hati. Hanya dengan sikap rendah hati, kita mampu bertumbuh menjadi orang tua yang semakin baik dan anak yang semakin dewasa.  

Kontemplasi:

Renungkanlah arti kata kerendahan hati sebagaimana diungkapkan oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. 

Refleksi:

Apakah aku sudah bertumbuh dalam sikap rendah hati: mendengarkan, mau belajar, mengakui kelemahan, tidak egois dan memegahkan diri/arogan? 

Doa:

Ya Bapa, semoga aku semakin mampu mengikuti Yesus PuteraMu yang mengosongkan diri menjadi sama dan bahkan lebih rendah dari kami. Amin. 

Perutusan:

Belajarlah untuk bersikap rendah hati dengan mendengarkan, mau belajar, menerima kelemahan, tidak egois dan tidak arogan. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here