Lentera Keluarga – Kerendahan Hati Dalam Penderitaan

0
1,301 views

Kamis,  4 Oktober 2018.  PW. St Fransiskus Asisi
Bacaan: Ayb 19:21-27; Mzm 27:7-9c.13-14; Luk 10:1-12

Renungan

BUKAN penghiburan dan dukungan yang Ayub dapatkan dari para sahabatnya, tetapi justru mereka mengatakan bahwa segala pengalaman itu adalah karena dosa-dosanya. Ayub masih membela diri dan berpegang teguh pada keyakinan  bahwa penderitaan yang ia alami bukanlah karena dosa. Ayub yakin bahwa hidupnya itu akan ditebus.  Mereka  berdebat mengenai sumber penderitaan bahwa  “tidak mungkin orang menderita jika tidak karena dosa”.

Dalam penderitaan, kadang bukan dukungan yang kita dapatkan tetapi justru  kesalahan dan kebodohanlah yang ditimpakan kepada kita. Kita sudah gagal bisnis karena ditipu atau disingkirkan oleh lain, tetapi kita justru yang disalahkan mengapa kita bisa sampai ditipu dan tidak mau melawan. Kita sudah sakit, kitapun justru disalahkan karena tidak menjaga diri dan stamina. Kadang juga muncul pembelaan dalam diri kita dihadapan Allah dan dihadapan para sahabat kita bahwa kita bukan yang bersalah atas kegagalan bisnis atau sakit dslb.

Dari Ayub kita dapat belajar dua hal.

Pertama, bahwa di hadapan penderitaan orang lain, kita tidak perlu mencari-cari kesalahannya sebagai sumber penderitaan, tetapi  apapaun sebabnya kita perlu memberikan penghiburan dan dukungan untuk dapat pulih.

Kedua, penderitaan perlu kita lewati bukan dengan sebuah sikap bahwa “ini bukan salah saya’ sehingga kita membela diri di hadapan Allah dan orang lain. Penderitaan dapat kita lalui dengan sikap rendah hati, menerima dan percaya bahwa penderitaan ini bukan “ending” yang Allah berikan dalam hidup kita.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana pembelaan Ayub bahwa ia tidak bersalah atas penderitaan yang ia alami.

Refleksi

Apakah aku menerima penderitaanku dengan sikap rendah hati dan tidak membela diri di hadapan Allah dan sesama? Bagaimanakah sikapku terhadap penderitaan orang lain?

Doa

Ya Bapa, semoga penderitaan yang aku alami membuat aku untuk lebih semakin rendah hati. Amin.

Perutusan 

Belajarlah menerima penderitaan dan kesulitan dengan rendah hati

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here