Home BERITA Lentera Keluarga – Kesedihan Hana

Lentera Keluarga – Kesedihan Hana

0

Tahun A-2. Pekan Biasa I
Senin,  13 Januari 2020.
Bacaan: 1 Sam 1:1-8; Mzm 116:12-13.14.17.18-19; Mrk 1:14-20. 

Renungan:

KITAB Samuel mengisahkan kepada kita penderitaan Hana “Karena Tuhan telah menutup kandungan Hana, Penina selalu menyakiti hatinya, supaya gusar”; Dapat digambarkan betapa sedih dan sakit hatinya Hana karena sudah “tidak normal”, dan masih dihina.  Dalam menghadapi sittuasi itu, Hana pergi ke bait Allah, menangis dan tidak mau makan; bahkan hiburan suaminyapun tidak mampu meringankan hatinya. 

Penderitaan, tangisan dan sikap Hana juga dialami oleh sebagian dari wanita yang karena aneka alasan tidak atau belum dapat melahirkan anak dari perkawinan mereka; Ada yang bergumul dan menyalahkan diri karena keterbatasan yang dialami; masih juga mendengarkan pertanyaan atau bahkan “buly” mengapa tidak mempunyai anak setelah sekiah tahun lamanya. Kadang juga merasa bahwa ada perasaan tidak dicintai ketika oleh pasangannya. Penderitaan inipun kadang membawa seorang wanita untuk datang ke Bait Allah dengan kesedihan dan tangisan. 

Gereja melihat bahwa “anak adalah mahkota perkawinan” tetapi cinta kasih perkawinan tidak pudar tanpa keturunan. Kesuburan cinta perkawinan adalah melahirkan cinta yang baru. Cara berpikir “tota mulier in utero” (penghargaan wanita karena kemampuan untuk melahirkan) kadang masih begitu kuat bercokol dalam benak wanita dan sering dihayati secara fisik. Padahal hidup seorang wanita jauh lebih dari itu. Ia adalah pribadi yang pembawa kehidupan (Hawa), yang memberikan hidup dan dirinya dengan penuh kasih bagi kehidupan.  

Yang membuat hati kita menderita adalah melihat bahwa dalam perkawinan masih ada saja yang menolak kehadiran anak dalam perkawinan; dan bahkan menjadikan kehadiran mereka sebagai beban. 

Kontemplasi:

Gambarkan dan rasakanlah apa yang dialami Hana di dalam hatinya. 

Refleksi:

Bagaimana sikapku terhadap mereka yang belum dikaruni keturunan dalam keluargaku? Atau bagaimana kita pikiran, perasaan dan sikapku ketika dalam perkawinan, Tuhan belum mengaruniakan keturunan kepadaku? 

Doa: 

Ya Bapa, hiburlah setiap wanita yang mengalami situasi seperti Hana. Semoga kamipun menumbuhkan sikap hormat dan kasih kepada mereka yang belum mendapat anugerah keturunan. 

Perutusan:

Bagi yang belum mendapat keturunan : lahirkanlah kasih dalam perkawinan anda.

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version