Tahun C-1
Selasa, 8 Januari 2019.
Bacaan: 1 Yoh 4:7-10; Mzm 72:1-4,7-8; Mrk 6:34-44.
Renungan
“SETIAP orang yang tidak mampu untuk mengasihi tidak pernah mengenal Allah, karena Allah adalah kasih”. Frase ini sederhana tetapi dalam makna. Bagi Yohanes, mengasihi tidak cukup dengan kata atau lidah tetapi harus juga dengan perbuatan. Kasih itu berarti melakukan sesuatu yang konkret untuk kebaikan orang lain. Ketika orang perlu makan, kita memberi mereka makanan; ketika mereka perlu dukungan doa, kita dukung dengan doa; ketika mereka membutuhkan kehadiran kita, kita hadir ada bersamanya; Pikiran yang rumit dengan aneka pertimbangan untung rugi, mampu tidak mampu, justru menjadi penghalang bagi kita untuk mampu mengasihi. Ini yang dipikirkan oleh murid-murid Yesus ketika mereka diminta Yesus memberi makan orang banyak yang mengikutiNya. Selain “pikiran yang terlalu njlimet, kita”tidak mampu / gagal dalam mengasihi”, terutama karena kita tidak mau rugi, memberikan syarakat dan mengharapkan balasan yang membahagiakan. Gagal mengasihi, gagal juga kita mengenal Allah.
Kadang kita merasa sudah mengasihi pasangan kita dengan aneka pengorbanan sukarela, menjaga pergaulan kita, memprioritaskannya dalam hidup, mengkhususkan waktu untuknya, memikirkan kebutuhannya, tetapi kita kadang kecewa karena ia yang kita kasihi kita anggap “tidak merasa diistimewakan” dan tidak melakukan yang sama sebagaimana kita lakukan. Hal yang sama juga dirasakan oleh pasangan kita. Kalau kita membiarkan pikiran dan perasaan ini bergumul dalam diri kita, maka kita akan jatuh dalam sikap “percuma mengasihinya”; kita gagal dalam kasih.
Mengasihi kadang membuat kita tidak mendapat balasan yang sama; mengasihi berarti siap kecewa; mengasihi berarti tetap terus melakukan kebaikan bagi orang yang kita kasihi. Mengasihi berarti berpikir sederhana dan berbahagia serta percaya.
Sebagai gembala jemaat, mengasihi jemaat yang beraneka ragam adalah sebuah tantangan tersendiri. harus realistis, bahwa kita tidak dapat menyenangkan dan membahagiakan banyak orang, tetapi dapat masih dapat berbuat kebaikan untuk banyak orang. Kadang pengorbanan pribadi gembala tak terungkap, kadang pergumulan hidup mereka yang terbaca dalam hidup kita, tetapi jemaat menuntut yang terbaik, padahal kita sudah memberikan yang terbaik bagi kita. Mengasihi jemaat itu sederhana: mengenalnya, ada bersamanya, menjawab kebutuhan hidup mereka dan turut ikut repot mencarikan solusi bagi hidup mereka yang konkret. Walaupun kita tidak dapat membahagiakan semuanya, tetapi kita masih dapat berbuat baik bagi mereka.
Kontemplasi
Resapkanlah surat Yohanes hari ini terutama frase “Setiap orang yang tidak mampu untuk mengasihi tidak pernah mengenal Allah, karena Allah adalah kasih”.
Refleksi
Apakah aku pernah mengalami pengalaman menyerah mengasihi pasangan/kelaurga/jemaat? Apa yang mendorongku untuk terus mengasihi mereka?
Doa
Ya Bapa, ajar aku untuk semakin mengasihi dengan sederhana, tulus, dengan sukacita dan tanpa pamrih demi kebaikan orang lain. Amin.
Perutusan
Janganlah pernah menyerah untuk mengasihi pribadi yang Tuhan berikan kepada anda.
https://www.youtube.com/watch?v=DEPI0__Ui80
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)