Tahun A-2. HR. Minggu Biasa XII
Senin, 22 Juni 2020,.
Bacaan: 2
Raj 17:5-8.13-15a.18; Mzm 60:3.4-5.12-13; Mat 7:1-5.
Renungan:
PEMBUANGAN bangsa Israel ke Asyur pada abad VII SM dimaknai sebagai konsekwensi dosa Israel (Kerajaan Utara), setelah merasa berjaya selama 200 th. Dosa yang sama dan berulang yaitu penyembahan berhala dan tidak taat kepada Allah bahkan setelah berkali-kali diingatkan oleh para nabi. Semua itu karena kesepakatan politik Raja Hosea dengan Raja Asyur sebelumnya dan karena konspirasi politik Isreal dengan Mesir.
Sejarah iman yang terekam dalam Kitab Suci adalah pelajaran berharga dalam hidup kita. Saat-saat jaya membuat kita lari dari Allah, dan membuktikan diri bahwa dengan kekuatan sendiri kita dapat bertahan dan berhasil. Peringatan-peringatan yang diberikan banyak orang kepada kita untuk kembali ke Allah, taat dalam hidup beriman, tidak kita dengarkan. Namun kita ingat bahwa kejatuhan orang yang mengandalkan diri sendiri itu tinggal menunggu saatnya saja. Sejarah merekam, mengingatkan kita, tetapi kitapun juga masih berlaku sama. Kesetiaan dan ketaatan iman adalah pilihan hidup mendasar yang tidak boleh kita tinggalkan sebagai umat beriman, terutama ketika pada saat sekarang ini kita dan keluarga kita bertanggungjawab atas hidup iman kita, mengingat akitiftas gerejawi tidak berjalan seperti biasa.
Pelajaran berharga kita temukan juga dari orang tua kita. Ada pengalaman iman berharga tetapi juga ada pengalaman kejatuhan sejarah orang tua kita. Pengalaman berharga orang tua dalam iman adalah warisan yang harus kita ikuti; namun pengalaman buruk yang terjadi dalam keluarga dan yang membuat kita trauma, kadang ingin kita hindari; tetapi kitapun jatuh pada pengalaman yang sama karena kita tidak belajar dan bertumbuh dari pengalaman hidup mereka.
Sejarah hidup kita, sejarah keluarga, sejarah iman mencatat bahwa orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya dan setia kepadaNya tidak pernah akan dikecewakan oleh Allah.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana bangsa Israel jatuh ke dalam dosa yang sama dan mengalami kehancuran sebagai bangsa setelah berjaya 200 tahun lamanya.
Refleksi:
Apakah dalam kesuksesan dan keberhasilanku, aku mengandalkan dan setia kepada Allah dalam hidup imanku?
Doa:
Ya Bapa, semoga aku tetap berpegang teguh pada iman akan Engkau dan ketetapan-ketetapanMu.
Perutusan:
Tempatkanlah Allah di atas segalanya dan dalam segalanya.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)